Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1050 Masih Ada Empat Ratusan Miliar

Strategi Nagita kali ini sangat merugikan diri sendiri dan tidak mendapatkan imbalan apapun, dia bukan hanya tidak mendapatkan keuntungan apapun dari Laras, justru melibatkan kesehatan Rama.

Sebenarnya, Rama sudah ada gejala stroke infark pada malam saat Maira terjadi kecelakaan, hanya saja gejala saat itu tidak terlalu parah, dia sendiri tidak mengatakannya dan Nagita juga tidak menyadarinya

Beberapa hari setelah itu terus bergadang di rumah sakit, membuat kondisi kesehatannya semakin memburuk. Di saat membuat kerusuhan di depan kediaman Gavin, hal yang tidak diinginkan tetap saja terjadi, dia stroke untuk kedua kalinya, bahkan kondisinya sangat kritis.

Saat ini, tidak terlalu beruntung, Rama hampir kehilangan nyawanya.

Setelah Rama selesai menjalankan operasi, langit sudah terlihat semakin gelap. Nagita tetap saja tidak bisa menghindari nasibnya untuk di bawa ke kantor polisi.

Namun dikarenakan beberapa preman bayaran tersebut masih belum tertangkap, buktinya tidak mencukupi, ditambah lagi kondisi emosional Nagita sangat tidak stabil, dia terus menangis, bahkan hampir pingsan karena tangisan tragisnya,membuat pihak polisi juga mempertimbangkan cara penyelesaiannya, sehingga setelah menanya pendapatnya, mereka mengantar dia pulang ke rumah pinggiran kota pada malam itu juga.

Hari sudah malam, villa di pinggiran kota, terkesan sepi dan sunyi.

Tetap saja dua petugas polisi yang sebelumnya, mereka mengantar Nagita sampai ke depan pintu rumahnya dengan aman.

Setelah menangis dan ribut satu hari satu malam, Nagita sudah tidak bertenaga lagi, suaranya juga mulai serak, dia tidak berkata apapun, langsung beranjak masuk ke rumahnya.

Villa ini adalah hadiah yang diberikan oleh Tanu Dibyo untuk Maira, tidak terduga sampai kondisi saat ini, dia hanya bisa mengandalkan keluarga Dibyo yang kejam dan sialan itu untuk mempertahankan hidupnya.

Villa ini sangat besar, Nagita berdiri sendirian di ruang tamu, rasanya dingin sekali.

Dinding yang melatarbelakangi sofa di ruang tamu, semuanya memajangkan foto Maira, buah hatinya, harapan seluruh hidupnya, saat ini sudah hancur segalanya.

Dia benci, membenci semua orang yang hidupnya lebih baik dibanding keluarganya, membenci semua orang yang pernah mencelakai mereka, dia benci dengan sosial ini yang menjunjung kekayaan dan menginjak kemiskinan, dan juga benci dengan hidup yang penuh perubahan.

Tiba-tiba Nagita memeluk kepalanya sendiri, perlahan-lahan berjongkok di lantai, pada kali ini, dia melepaskan semua topeng kekasaran yang kejahatan, benar-benar menangis bersedih hati.

“Ya Tuhan, aku mau Maira yang sebenarnya, aku mau anak perempuanku yang sebenarnya…..”

“Ya Tuhan, kamu tidak adil, mengapa, mengapa mau merengut segala suatu yang aku miliki, mengapa ?”

Akan tetapi, di dalam rumah besar yang kosong ini, hanya tersisa gema suara dirinya.

Setelah menangis beberapa saat, tiba-tiba Nagita kepikiran sesuatu, dan langsung mendirikan badannya, akan tetapi, belum dua langkah dirinya berlari, penglihatan di depan matanya tiba-tiba menjadi gelap dan pusing.

“Aduh !” Kepalanya langsung berbenturan pada susuran tangga.

Akan tetapi, setelah istirahat sejenak, dia mulai merasa bersemangat lagi, dia beranjak dengan langkah besarnya untuk berlari ke atas, dan berlarian sampai ke kamar Maira, lalu membongkar lemari dan laci untuk mencari sesuatu.

“Di mana ya ?”

“Letak di mana ya ?”

“Buat apa begitu hebat menyembunyikan ?”

Dia membongkar semua lemari bajunya Maira, mencari seluruh laci meja berdandan, terakhir di dalam laci meja kerjanya, akhirnya dia menemukan juga barang yang sedang dicarinya.

“Hahahahaha, hahahahaha, ketemu, hahahaha, sudah ketemu….” Dia tertawa, dengan suaranya yang serak, sambil tertawa keras, sambil menangis tragis, menangis dan tertawa, tertawa dan menangis.

Dia menggenggam akta bangunan di dalam tangannya, pemilik di atas akta ini hanya tertera nama Maira, sedangkan harga pasaran villa ini berkisar empat ratusan miliar.

Anak perempuannya sudah tidak berguna, suaminya juga tidak bisa diharapkan, namun setidaknya, dia masih ada empat ratusan miliar.

Empat ratusan miliar, apa tidak cukup membuat dirinya tertawa keras dalam tangisan tragis.

——

Demi menjaga keselamatan anggota keluarganya, Gavin memperkuat kekuatan keamanan di kediaman Gavin, juga menambahkan beberapa pengawal yang antar jemput Nana dan Bobi dalam berangkat dan pulang sekolah, lalu juga memperkuat pengawasan terhadap TK dan sekelilingnya, keluar masuknya orang tua juga ditemani oleh pengawal, dia tidak mengizinkan anggota keluarganya terluka atau terjadi kecelakaan apapun.

Sedangkan Laras, selain ada Yuni Rizaldi yang melindunginya secara diam-diam, ada juga Gavin yang menjadi pengawalnya dalam melakukan perlindungan untuk 24 jam.

Apabila ditanyakan mengapa Gavin bisa begitu santai, dikarenakan dia memiliki alasan yang sangat masuk akal——menghindari kecurigaan.

Markas besar Pasukan Khusus Serigala selalu membuntuti dan menyelidiki Ariel Tatum, setelah bekerja sama dengan pihak polisi, mengikuti Ariel Tatum sudah menjadi petunjuk untuk mencari bukti terbarunya, sementara Laras adalah orang dalam masa jaminan yang terlibat dalam kasus ini, dia sebagai pimpinan pasukan serigala, tentu saja harus menghindari kecurigaan ini.

Tentu saja, tindakan menghindari kecurigaan hanya untuk diperlihatkan kepada orang luar saja, pada kenyataannya, dia selalu menjalin komunikasi dengan anggota pasukan, dan juga mengatur strateginya di belakang.

Pada hari itu, pihak rumah sakit mengabarkan sebuah kabar yang baik, akhirnya Maira sudah sadar juga.

Sebenarnya dalam beberapa waktu ini, Maira bukan selalu dalam kondisi koma, hanya saja ketika dia bangun dan membuka matanya, pemikirannya belum tentu dalam kondisi sadar, namun pada kali ini, dia benar-benar sudah sadar total.

Maira sudah sadar, berarti menandakan bahwa, pihak polisi kemungkinan besar bisa mendapatkan lebih banyak informasi lagi.

Setelah mendapat informasi ini, Laras dan Manda juga buru-buru berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguknya.

Ketika mereka tiba di rumah sakit, polisi baru saja keluar dari unit perawatan intensif.

Pada saat kapten Zhang melihat Gavin, langsung menarik lengan Gavin untuk berbicara di tempat lainnya.

“Suster, kami anggota keluarganya Maira, boleh masuk menjenguknya ?”

“Dia baru saja selesai membuat rekaman untuk polisi, terlalu banyak menghabiskan tenaga, lebih baik kalian jangan masuk dulu, apalagi orangnya banyak menandakan bakterinya juga banyak, saat ini dia paling takut terjadi infeksi bakteri.”

Laras mengangguk-angguk, juga tidak menyusahkan suster lagi, “Baik, kami mengerti, kalau begitu kami boleh menjenguk dia di luar ? Tidak perlu masuk.”

“Kalau begitu tidak masalah.”

Selesai berbicara, Laras dan Manda bergandengan tangan dan berjalan menghampiri ruang unit perawatan intensif, mereka saling memberikan semangat, dan juga memberikan semangat kepada kak Maira.

Melalui dinding kaca, mereka dapat melihat Maira yang sedang baring di atas kasur pasien, seandainya suster tidak menjelaskan pada mereka, mereka sama sekali tidak bisa mengenal Maira.

Seluruh tubuh Maira di perban oleh kain kasa, dikarenakan lukanya yang terlalu besar, sehingga perlu melakukan pencangkokan kulit, satu-satunya tempat yang tidak luka terbakar oleh api, juga sudah habis dimanfaatkan, saat ini tubuhnya benar-benar tidak ada kulit yang masih utuh.

Laras dan Manda sama-sama tidak berbicara, hanya saja semakin mengeratkan genggaman masing-masing, matanya sudah mulai kemerahan.

Siapa dapat terpikir bahwa, keluarga Atmaja yang begitu mewah dan terkenal, akan berakhir seperti ini.

Rama mengalami stroke infark, kelumpuhan dan hanya bisa berbaring di atas kasur, apabila dibandingkan dengan orang yang sedang koma, setidaknya dia masih bisa membuka matanya. Dia tidak dapat menelan, hanya bisa makan lewat penyuntikan, hanya dapat bertahan dengan menghitung hari.

Maira mengalami luka terbakar pada seluruh tubuhnya, kondisinya tidak stabil, proses penyembuhannya juga tidak tahu masa berakhirnya.

Sedangkan Nagita, setelah kehilangan suami dan anak perempuannya yang sehat, sepertinya hidupnya juga tidak ada harapan lagi.

Hanya saja Nagita memang bernasib tahan banting, baru sanggup bertahan sampai hari ini.

Laras dan Manda, semuanya terlibat dendam dan budi terhadap keluarga Atmaja, namun setelah mengalami perubahan pada kecelakaan ini, semua kedendaman dan kebaikan, juga mulai memudar dan musnah.

Pada saat mereka sedang menatap Maira dengan serius, tiba-tiba terdengar suara yang menyakitkan telinga, “Kalian dua wanita sialan masih berani datang ya ? !” Ini suara Nagita, orangnya masih belum sampai, suaranya sudah kedengaran.

Laras :”……”

Manda :”…..”

Nagita berlarian ke hadapan mereka, mulai memaki dengan kasar, dia menjerit sekuat tenaganya, sama sekali tidak menjaga citra dirinya, tempat ini adalah unit perawatan intensif, pastinya tidak akan mengizinkan keributan, apalagi memaki dan membuat kerusuhan.

Para suster mulai menghampiri untuk menghentikannya, dan juga langsung memberitahukan kepada sekuriti.

Laras dan Manda melihat demikian, tidak peduli lagi, intinya membawa orangnya keluar terlebih dahulu, dia ingin memaki, memaki saja di luar sana.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu