Cinta Pada Istri Urakan - Bab 788 Keharmonisan Keluarga Adalah Prioritas Utama

Gavin dan Laras keduanya sudah minum, jadi tidak bisa mengendarai mobil, untuk itu, mereka langsung menggunakan taksi untuk pulang.

Jok belakang mobil, Gavin memanfaatkan rasa mabuk menempel erat pada Laras, masih berusaha menyandarkan kepala ke bahunya, Laras tanpa ampun langsung mendorong kepalanya menjauh, “Jangan kemari, menjauh dariku.”

“Kepalaku pusing.”

Gavin sambil bergumam, menyandarkan kepalanya lagi, Laras mengeluarkan kekuatan jarinya, mendorong kepalanya kembali ke sana, “Hanya minum sedikit begitu sama sekali tidak ada efek apa-apa bagimu, begini saja sudah pusing? Pria sejati harus bermoral baik, jangan pura-pura lagi ya?”

Gavin tanpa malu tersenyum-senyum, dengan nakal merangkul pinggangnya, “Sudah mentraktir kamu makan makanan jepang, masih marah?”

“Tidak ada hubungannya makanan jepang dengan marah, walaupun mentraktirku makan perjamuan format lengkap, jika seharusnya aku marah tetap akan marah.”

“Kenapa aku tidak tahu emosimu begitu besar?”

“Huh, masih banyak hal yang tidak kamu ketahui.” Laras mengerling padanya, “Melepaskan tangannya yang tidak bisa diam.”

“Aku tidak mau.”

Di belakang begitu intim sekali, di depan pak supir dengan serius bertanya: “Nona, apakah perlu lapor polisi?”

Laras: “......”

Gavin: “......”

Raut wajah Gavin juga jadi gelap, sungguh menganggap aku si cabul ya?

Laras tersenyum, “Terima kasih pak, kami adalah pasangan suami istri.”

Pak supir langsung mengerti, kemudian mulai “Obrolan santai pak supir” yang tiada habisnya.

“Waduh, ternyata pasangan suami istri, kenapa, bertengkar? Hehe, suami istri siang bertengkar malam juga baikan lagi, pulang ke rumah tidur sudah baik.”

Laras: “......” Pak cukup banyak juga yang kamu ketahui.

Gavin: “.......” Apakah ini masih perlu kamu yang ajari?

“Bahkan ada saatnya gigi juga akan menggigit lidah, suami istri bertengkar adalah hal yang wajar, aku juga sering adu mulut dengan istriku, dia sepanjang hari selalu mengomel, jika ngomel hingga membuat aku pusing aku juga marah dengannya, tapi, sebagai pria tetap harus lebih mengalah sama istri, jika tidak, yang menderita juga diri sendiri.”

“......”

Akhirnya tiba di kediaman Gavin, pak supir sudah bicara sepanjang jalan tanpa berhenti, Gavin bergegas memberinya uang dan turun.

Cahaya rembulan yang terang, angin musim dingin yang kuat dan dingin, Gavin langsung memeluk Laras dalam pelukannya, Laras menoleh dan melototinya, dia berkata: “Aku dingin, aku butuh kamu untuk mendapatkan kehangatan.”

Laras melototnya sejenak, menundukkan kepala, tidak bisa menahan diri dan sudut mulutnya muncul sebuah senyuman, melihat dia sepanjang malam ini “menyanjung dan menyenangi hati seseorang.”, dalam hatinya merasa sangat lega dan nyaman.

Sudah larut malam, papa mama mertua dan anak-anak sudah tertidur, petugas keamanan juga sudah ganti dengan tim malam.

Laras cemberut, Gavin menganggapnya bagai harta berharga, memeluk erat dia masuk ke dalam rumah.

“Jangan marah lagi boleh tidak?” Huh, memang begitu bangga, siapa yang suruh kamu begitu galak bicara padaku!

Gavin mengikuti Laras naik ke lantai atas, sampai di kamar tidur, pintu di tutup, dia langsung menekannya di belakang pintu.

“Hei, ini sangat gelap sekali, apa yang kamu lakukan?”

“Aku yang salah, aku akan menirukan suara kucing padamu boleh tidak?”

“......” meskipun sungguh kehabisan kata-kata, tapi Laras tanpa sebab sangat menantikannya, “Kalau begitu coba kamu tirukan.”

“Miao~”

“Bukahkah ‘miao miao miao miao miao’?

Gavin benar-benar melepaskan harga dirinya, dalam malam gelap yang berangin kuat dan di sekeliling tidak ada orang, dia mulai bernyanyi, “miao miao miao miao miao~”

Laras menahan tawanya, berkata: “Aku lapar.”

“Kebetulan sekali, aku berpenampilan indah dan tampan.”

“Tidak bisa melihatmu.”

“Tidak perlu bisa melihatku, asal makan saja, aku pasti tidak akan menolaknya.”

Laras merasa canggung, menghela nafas, “Aku benar-benar lapar, semua makanan jepang itu mahal sekali, tapi tidak bisa mengenyangkan, kelak tidak akan makan itu lagi.”

Gavin sangat tak berdaya lalu menghentikan “rencana jahatnya”, secara sukarela menyampaikan, “Kalau begitu aku pergi buatkan makanan untukmu.”

“Baik.”

Gavin pergi dengan membawa kekesalan, keharmonisan keluarga adalah prioritas utama, demi memuaskan istri tercintanya, dia harus mengeluarkan keterampilannya yang hebat untuk menyenangkannya.

Menyalakan lampu lantai, cahaya lampu yang berwarna kuning hangat tidak terlalu terang, tapi ini sangat lembut, kebetulan sesuai dengan suasana hati Laras yang agak sedih saat ini.

Sebenarnya dari awal dia sudah tidak marah pada Gavin, kata-kata yang diucapkan saat marah tidak berlaku, setelah amarah reda, juga sudah berlalu, begitu dia terpikir tujuannya karena khawatir dengan dirinya, sebenarnya dalam hati juga penuh kehangatan.

Mengenai Manda, juga bukan yang paling dia khawatirkan, setidaknya Rendra tidak bermasalah, rumah tangga mereka tidak bermasalah, maka, penyakit depresi Manda juga hanya sementara waktu saja.

Yang membuat dia marah adalah, jika hanya Maira yang melakukan hal bodoh ya sudahlah, kenapa paman dan bibi juga begitu bodoh? Mereka sudah pernah masuk penjara, sudah pernah mendapatkan pelajaran, kenapa setiap hari masih bermimpi ingin bangkit kembali?!

Betapa sulitnya memulai bisnis, dia berusaha keras untuk memulai bisnisnya selama dua tahun, itu juga hanya melakukannya dengan bagus saja, dan Maira masih belum mulai berbisnis, sudah berpikir bangkit kembali, apakah bisa semudah itu untuk berdiri lagi?

Sebenarnya seberapa besar rasa percaya diri bibi, baru bisa begitu yakin kalau Maira pasti akan berhasil?

Apakah sedikitpun tidak bisa memahami kekuatan dan kelemahan sendiri?

Alvin Jin mengatakan kalau Maira sekarang khusus berbaur dengan para pebisnis kaya dan terkenal, apakah Maira sama sekali tidak memilih? Demi yang namanya “bangkit kembali”, bahkan reputasi sendiri juga tidak mau lagi? Sebenarnya di mana batas paling rendah dirinya?!

Tapi pada akhirnya, ini adalah masalah orang lain, seberapa cemas dirinya, seberapa marah, orang lain juga tidak akan menghargainya, malah akan mengira kalau dia sedang iri.

Sampai akhir, dalam keluarga Atmaja, hanya dia dan Manda secara sepihak yang bersedia menganggap diri sendiri sebagai keluarga Atmaja.

Dapur lantai bawah, Gavin menyuruh semua pelayan untuk pergi, dia sendiri memakai celemek, terlihat serius sedang memasak mie.

Membuat makanan sungguh bukan keahliannya, tapi, dia memang bisa melakukannya, “pengorbanan” dalam waktu empat tahun itu, dia dan para rekan seperjuangan yang turun tangan sendiri untuk memenuhi kebutuhan makan sendiri.

Mengenang kembali masa-masa itu, kesulitan dalam hidup tidak membuatnya merasa sengsara, terkadang hanya sayur hijau ditambah mie juga sangat nikmat sekali, yang benar-benar membuatnya merasa sengsara adalah, rasa rindu pada keluarga, rasa bersalah pada Laras, sekarang dia memikirkannya lagi, juga merasa salut pada dirinya sendiri bahkan bisa bertahan melewatinya.

Sangat cepat, semangkuk mie daging cincang dengan sup kental selesai dimasak, dia penuh semangat membawanya ke lantai atas.

Begitu membuka pintu, dia langsung melihat Laras memeluk bantal duduk di sofa, di wajah penuh dengan beban pikiran, dirinya tidak berharap dia tidak senang.

“Cepat, makan selagi masih panas.”

Laras sudah mencium aroma harum, aroma rasa sup ayam, menciumnya saja terasa enak, yang paling penting, bahan-bahan yang ada di dalam sangat beragam, penampilan juga bagus, “Wah, mie daging cincang, kamu membangunkan Pak Resna untuk membuatnya ya?”

“Aku yang membuatnya.”

“Kamu yang buat?” Benaran apa bohongan?”

“Belajar sama kak Darius , jika bepergian jauh juga tidak mati kelaparan, sini, cepat dicicipi, aku juga sudah lama tidak membuatnya.”

Sedikitpun tidak berlebihan, mulut Laras penuh air liur, bahannya ada daging, telur, jamur kuping, wortel dan lain-lainnya, ditambah minyak pedas berwarna merah yang mengambang di atasnya, dibandingkan dengan masakan jepang yang halus tapi kecil itu lebih baik seratus kali lipat.

“Enak, sungguh enak sekali, pedasnya sangat nikmat. Aku ingat pernah sekali kamu membuat makanan untuk Nana Bobi , aku pernah mencicipi satu suap, sama sekali tidak enak.”

“Itu makanan buat anak-anak, bahkan tidak berani menambahkan banyak garam.”

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu