Cinta Pada Istri Urakan - Bab 83 Menangkap Penguntit (1)

Setelah keluar dari salon kecantikan, Manda bergegas pulang ke rumah, home sweet home, semewah apapun kediamaan Pradipta, dia tetap harus pulang ke rumah.

Terlebih lagi, tinggal di sana sama sekali tidak ada guna baginya dalam hal mendekati Rendra.

Laras terpaksa pulang sendiri, dia berjalan sambil bertanya-tanya, apakah pesona "Tuan Muda Laras" benar-benar tidak dapat ditolak, baik oleh laki-laki maupun perempuan?

Diikuti oleh seorang wanita, hal ini benar-benar membingungkan dan juga membuatnya sangat penasaran.

Semakin dipikirkan, orang itu terasa sangat mesum, aku adalah seorang wanita yang sudah bersuami, tahu tidak, tidak mungkin kan begitu menarik perhatian orang lain? terlebih orang itu adalah seorang wanita, setelah dipikir-pikir lagi, hal ini membuatnya merinding.

Laras dari tadi menahan dirinya untuk tidak menoleh dan melihatnya, karena dia tahu begitu dia menoleh, maka itu artinya sama dengan memberitahu orang itu kalau dia sudah menyadari kalau sedang diikuti olehnya, maka orang itu akan menjadi semakin berhati-hati.

Dia tetap melangkah ke depan seperti tidak terjadi apapun, sebentar melihat jalanan, sebentar melihat toko-toko yang berjejer di samping, terlihat seperti sedang melihat sekilas saja, padahal dia sebenarnya sedang mencari barang-barang yang bisa memantulkan sesuatu.

Dasar amatiran, kalau hari ini gue tidak bisa menangkapmu, maka jangan panggil gue "Tuan Muda Laras" lagi!

Setelah membulatkan tekatnya, Laras tidak langsung bergegas pulang ke rumah, jarang-jarang dia bisa keluar rumah, jadi tentu saja dia harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dengan bersenang-senang di seluruh kota.

Setelah gedung permainan indoor ditutup, maka restoran tahu petis itu juga sudah tutup, tetapi restoran yang menjual tahu petis yang enak bukan hanya di situ saja, di dekat kota tua juga ada satu restoran yang cukup terkenal.

"Waaa, antriannya sepanjang ini....." Saat Laras melihat antrian panjang yang tidak terlihat ujungnya itu, dia merasa sedikit pusing, tetapi saat dia mencium aromanya yang pekat, lalu dia melihat lagi kotak-kotak kecil yang berwarna keemasan di dalam kuali yang berisi minyak, dia benar-benar merasa sangat gembira, air liurnya sudah memenuhi seluruh mulutnya.

"Nona, tolong mengantri di belakang."

"Oh, aku lihat dulu untuk memotivasiku mengantri." Laras menggigit bibirnya, air liur yang memenuhi mulutnya itu sama sekali bukan melebih-lebihkan, hanya perlu mengantri saja bukan, it's oke, lagipula gue punya banyak waktu.

Jadi Laras berjalan menyusuri antrian panjang ke bagian belakang antrian.

Bangunan-bangunan di daerah kota tua ini bisa dibilang merupakan bangunan yang sudah tua, jalanannya tidak begitu besar, banyak pedangang-pedagang kaki lima, lalu lintasnya macet, tetapi banyak orang yang datang kemari, jalanan yang memang sudah ramai dengan pengunjung, ditambah lagi dengan antrian yang mengular seperti ini, membuatnya semakin ramai dan berdesak-desakan.

Laras berjalan di sisi bagian dalam, jalan di sini sangat sempit, hanya bisa dilalui oleh satu orang saja, dia memiringkan tubuhnya, ekor matanya secara alami melihat ke arah belakang.

Di belakangnya tidak ada orang yang mencurigakan.

Di bagian paling belakang antrian pas kebetulan adalah di dekat sebuah bangunan tua, anginnya bertiup dengan sangat kencang, Laras berdiri mengantri disana dan segera memakai jaket dan juga topinya.

Topinya sangat besar sehingga bisa menutupi sebagian besar wajahnya, dengan cara inilah dia mengamati sekelilingnya dengan diam-diam.

Di sekelilingnya tidak ada orang yang mencurigakan sama sekali.

Langit perlahan-lahan menjadi gelap, akhirnya dia sampai juga di antrian yang paling depan, karena Laras merasa sangat lapar dan juga kedinginan, sekalian saja dia membeli 5 porsi.

Setelah dia memakan 5 porsi tahu petis beraroma pekat ini, takutnya baunya akan tidak mau hilang selama 3 hari.

Laras makan sambil berjalan, dia tidak mau pulang ke rumah, dia sengaja ingin membuat orang itu lelah.

Langit semakin gelap, Laras yang sudah kenyang memegang segelas milk tea panas di tangannya sambil berjalan-jalan.

Dia berpikir di dalam hatinya, di tengah cuaca yang tidak bersahabat seperti ini, orang itu tidak makan, tidak minum dan juga kedinginan, apakah dia bermaksud untuk mengadu kuat dengannya, apa tujuannya? Sebenarnya untuk apa dia melakukannya?

Jalan ini sangat panjang, pohon-pohon yang ada di kanan kirinya hanya tersisa ranting-rantingnya saja, tidak ada daunnya sama sekali, meskipun lampu jalanan menyala, tetapi tetap terasa sangat suram.

Laras merasa semakin kedinginan, jika dia tidak segera menangkapnya, dia tidak akan bisa menahannya lagi.

"Aduhhh...." dia tiba-tiba berjongkok, kedua tangannya memegang perutnya, ekspresinya terlihat sangat sakit, "Akhh.....Duhh, aduhh...sakit, sakit sekali....." dia sekalian saja duduk di jalanan, hampir mau tengkurap disana.

Dia mengulurkan tangannya ke dalam kantung celana mencari ponselnya, setelah dia menemukan ponselnya, tangannya bergetar karena sakit, karena hal itu, ponselnya langsung jatuh di atas tanah.

Dia menjatuhkan dirinya keatas tanah, berteriak dengan lirih, "Tolong, tolong......"

Bahkan dirinya sendiri saja salut akan kemampuan aktingnya.

Tiba-tiba dari belakang terdengar derap langkah kaki yang tergesa-gesa, semakin lama semakin jelas, semakin lama semakin mendekat.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu