Cinta Pada Istri Urakan - Bab 922 Dia Selalu Berbohong Padaku

Setelah Ferdian pergi dari tempat ini, Farah Motar masih bersedih hati dengan hubungan pernikahannya yang telah berjalan dua puluhan tahun, namun ketika senja tiba, dia sudah selesai mencerna hasil ini.

Mana ada yang lebih penting dari kebebasan ? !

Ketika borgol tangan Farah Motar dibuka, dan saat dia menginjak keluar penjara, pada waktu pertamanya dia langsung berlari menghampiri mobil yang berhenti di samping, menjadikan kaca mobil sebagai cermin, untuk membereskan penampilan dirinya.

Dia baru saja berumur empat puluh tahun, dikarenakan sangat memperhatikan perawatan kulit, sehingga tidak kelihatan sudah berusia empat puluh tahun.

Bagaimanapun kaca jendela mobil tidak dapat dibandingkan dengan cermin, Farah Motar menundukkan kepalanya, mendekati kaca jendela untuk melihat lebih jelas, sepertinya ada jejak keriput di sudut matanya.

Kadang-kadang dia membuka lebar matanya, dan pejam lagi matanya, kadang-kadang dia tersenyum selebar mungkin, ingin memastikan bahwa apakah ada keriput di sudut mata atau hanya garis senyuman.

Tiba-tiba, jendela mobil diturunkan, seorang pria berwajah mesum yang penuh dengan jenggot sedang tersenyum menyapanya, “Hei, naik mobil ?”

Farah Motar terkejut karenanya, dia merasa segan dan canggung, dan langsung berlari.

Pria itu mengintip dari jendela mobil dan bersiul.

Farah Motar tidak berani menoleh kepalanya, berlari sekuat tenaga......

--

Di rumah sakit, Almora sedang meributkan masalah pulang negeri untuk menggugurkan anaknya, bahkan diam-diam melarikan diri, ketika saat suster sedang bergantian jam bekerja, untung saja Ferdian sempat menyadari, dan berhasil menghalanginya.

“Ayah, aku tidak mau melahirkannya......” Ini kesempatan terakhirnya, seandainya usia kehamilan bertambah, akan sangat bahaya apabila melakukan pengguguran, Almora hanya bisa berusaha berjuang untuk dirinya, “Ayah, tolonglah, aku tidak ingin melahirkannya.”

Pada saat itu matahari baru saja terbit, sebagian besar pasien di rumah sakit masih belum bangun, Almora menangis dan ribut di depan lift, dia menimbulkan keributan yang sangat besar, semua keluarga pasien yang terganggu sedang mengintip ke luar kamar.

Ferdian menggendongnya, dikarenakan perutnya sudah besar, sehingga tidak mudah digendong.

Suster yang membantu telah membawakan kursi roda, semua orang bekerja sama untuk membawa dia kembali ke kamarnya.

Bagaimanapun sedang hamil, kemampuan Almora untuk melawan juga terbatas, gagal “melarikan diri”, dia hanya bisa ribut di dalam kamarnya.

Ferdian meminta maaf kepada suster dan juga berterima kasih, setelah semuanya telah keluar, dia duduk di atas kasur, mulai menasihatinya :”Momo, kalau kamu keluar, juga tidak bisa pulang negeri, kamu sekarang tidak memegang uang, tidak ada tempat tinggal, bukannya akhirnya harus pulang ke sini juga ?”

Almora :”Aku pergi mati,aku tidak mau hidup lagi.”

Ferdian :”Kamu dengar kata-kata ayah, ibumu sudah dibebaskan.”

Almora :”Justru dia dibebaskan makanya aku harus pergi, dia selalu memaksa aku melahirkan anak ini, ayah, ayah kandung anak ini sedang dipenjarakan, aku tidak ingin melahirkan sebuah beban, kalau melahirkan, aku juga tidak sanggup membesarkan dia, aku bahkan tidak sanggup menghidupi diri sendiri, hanya dengan menggugurkan dia, aku baru bisa mulai menjalankan hidupku lagi.”

Ferdian yang mendengarkannya, hatinya semakin sakit, dia menjanjikannya :”Aku akan menghidupi anak ini, kamu dan anakmu, ayah yang akan menghidupinya, tidak bermasalah. Momo, anak ini sudah berusia tujuh bulan, sudah hidup kalau sudah dilahirkan, kamu tega menggugurkan dia ?”

“Anak ini akan bermarga Ren, tidak perlu peduli dengan ayah kandungnya, dia tetap cucu ayah, Momo, kamu hanya mengkhawatirkan masalah biaya hidup kan ? Ayah akan membantumu, terserah kamu mau lanjut kuliah, atau tetap jadi artis, terserah kamu, ayah yang akan membiayai anak ini.”

Almora yang bergenang air mata, muncul harapan di dalam tatapan bingungnya, “Benarkah ?”

Ferdian mengangguk kepalanya dan berkata dengan serius :”Ayah tidak akan membohongimu, ayah pasti akan tepati janji.”

Almora tiba-tiba tersenyum dalam tangisannya, “Ayah, kamu jangan membohongiku, sebenarnya aku juga tidak tega dengan anak ini, dia menendang perutku setiap hari, tetapi kalau kepikiran dengan masa depan kami...... Aku bahkan tidak sanggup menghidupi diri sendiri, bagaimana menghidupi dia ?”

“Momo jangan menangis lagi, ada ayah bersamamu, kamu bukan sendirian, ayah akan membantumu.”

Almora menangis dan berkata :”Ibu pernah bilang kalau kamu tidak mau bersama kami lagi, katanya kamu sudah ada istri dan anak di luar negeri, katanya.....katanya.....kamu hanya mau membayar sebagian biaya pengobatannya......”

Dada Ferdian menyesak karena emosi, sesuai dugaan, Farah Motar tidak akan berkata jujur di depan anak perempuannya, namun dia tidak kepikiran bahwa Farah Motar akan merancukan kenyataan.

Ferdian tidak dapat bertingkah kurang ajar seperti yang dilakukan oleh Farah Motar, akan tetapi, dia tetap harus membela dirinya, “Momo, ayah dan ibu sudah berpisah, ini urusan kami berdua, tetapi, ayah tidak pernah kepikiran untuk meninggalkan kamu. Beberapa tahun ini, ayah memang banyak berutang padamu, akan tetapi, ayah tetap perhatian sama kamu, tetap berpikir segala caranya untuk membahagiakan kamu.”

“Memang terkesan norak kalau membahas uang, tetapi ayah menetap di luar negeri, hanya bisa menggantikan dengan uang. Beberapa tahun ini aku berusaha keras untuk mencari uang, tidak peduli banyak atau sedikit yang ayah dapat, ayah tidak pernah menunggak pembayaran biaya hidupmu, nominalnya tidak pernah berkurang. Selain biaya hidupmu, setiap kalinya ibumu minta uang padaku, aku pasti kasih, aku lebih memilih lapar sendiri, daripada kamu yang hidup susah.”

“Seperti kali ini, ibumu bilang kamu terjadi masalah di Miami, harus menginap di rumah sakit, dia mesti datang untuk menjagamu, dia langsung minta lima ratus ribu, meskipun aku tidak ada dana sebanyak itu, tetapi kalau kepikiran kamu yang sedang membutuhkannya, aku hanya bisa mengumpulkan tiga ratus ribu dulu. Dia membentak aku di telepon, bagaimanapun aku menjelaskan juga tidak ada gunanya, dia hanya terus memaki, katanya akan menyalahkan aku seandainya pengobatanmu tertunda, kalau begitu biarkan dia yang menyalahkan aku saja......”

“Terus aku terima telepon, katanya ibumu dipenjarakan, kamu sendirian di rumah sakit dan tidak ada yang menjaga, saat itu aku sangat kaget, berharap bisa langsung terbang ke sini. Lalu bos ayah mengetahui hal ini, dia datang bersamaku, dan dia juga mencari pengacara yang bisa diandalkan, serta memanfaatkan segala relasinya. Kesuksesan ayah beberapa tahun ini, semua berkat bantuannya.”

Almora selesai mendengarkan hal ini, merasa sangat kaget, dan juga sedih, dia memutuskan pembicaraan dan berkata :”Ibu bilang padaku semua biaya rumah sakit dibayarkan dengan tabungan pensiun kakek, katanya kamu tidak mau angkat telepon.....” Semakin mengatakan hal in, dia semakin sedih, “Katanya biaya hidup yang aku berikan padanya, semuanya dihabiskan untuk membiayai kakek, kakek mengidap kanker paru-paru, akan menghabiskan banyak uang untuk operasi, pemeriksaan selanjutnya juga membutuhkan uang.”

“Aku berpikir lagi, seandainya tidak ada anak ini, aku masih bisa kembali bekerja ke dunia hiburan, seandainya melahirkan anak ini, kami sekeluarga harus kelaparan. Ibu membohongi aku, dia membohongi aku......”

Ferdian memeluk Almora, dia masih ingat saat pertama kalinya dia memeluk anaknya, anaknya hanya berumur tiga tahun, tangannya sangat kecil, dan melingkar erat di lehernya, sangat manja, namun saat ini, anaknya telah dewasa, banyak hal yang telah dia lewatkan.

“Momo jangan menangis lagi, kita jangan mengungkit masa lalu lagi, tidak peduli ke mana uang itu digunakan, ayah tidak akan memperhitungkan lagi, ayah sekarang sudah ada karir sendiri, cukup menghidupi kamu dan anakmu, kamu tidak perlu mengkhawatirkan ini lagi.”

Almora berkata dengan nada kesal :”Aku mengikuti lomba aerobik sejak kecil, setiap tahun mendapatkan penghargaan, beasiswa aku sudah cukup banyak, tidak perlu menggunakan uangnya, dia tidak pernah bekerja, aku masih membanggakan diri karena dapat memberikan kehidupan yang mapan untuk mereka. Aku tidak tahu, aku tidak pernah tahu, katanya kamu telah meninggalkan kami, dan juga tidak mau memberikan uang tunjangan, katanya kamu mau memutuskan hubungan dengan kami berdua, dia berusaha membujukmu, tetapi kamu tidak peduli, rupanya, dia selalu berbohong padaku....”

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu