Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1049 Suara Masyarakat Umum

Orang yang berada di dalam kerumunan, mulai ada yang berbicara:”Biarkan dia menunggu kabar saja dulu, bagaimanapun juga, sedikit kasihan juga.”

“Iya, suaminya baru saja masuk ke dalam, setidaknya tunggu kabarnya dulu baru pergi.”

“Orang rumah siapa juga yang tidak pernah sakit, anak perempuannya dan suaminya berada di rumah sakit, hatinya pasti sangat khawatir.”

Telinga Nagita sangat peka, setelah mendengar suara orang di sekelilingnya, dia berusaha mengedipkan mata untuk mengeluarkan air matanya, lalu mengeluarkan suara tangisan dan berkata :”Dengarkan, coba dengar, ini suara masyarakat umum, kakak polisi, aku tahu kalian juga mengikuti perintah atasan, atasan kalian pasti sudah di bayar oleh keluarga Pradipta. Kalian masih muda jangan mengikuti tindak kejahatan mereka, harus bisa membedakan kebenaran.”

Polisi :”Ibu Wicaksono, tolong perhatikan kata-katamu, aku memperingatkanmu, hanya dengan beberapa kalimat ini sudah termasuk tindakan menghina polisi.”

Nagita menangis bersendu, sudah melontarkan begitu banyak kata kejam tetap tidak bisa membuat kedua orang polisi ini mengalah, sepertinya dia hanya bisa mengganti akal, hanya bisa memanfaatkan cara lembut apabila cara kasar tidak berhasil.

Oleh sebab itu, tiba-tiba nafasnya tersesak, matanya dipejamkan, dan kedua kakinya juga lemas, lalu terpeleset dan hampir terjatuh ke depan bagaikan orang yang sedang mabuk.”

“Aku… dadaku sesak….kalian bisa tolong mengerti perasaanku saat ini ?”

Kecepatan Nagita dalam berbicara jelasnya sudah mulai lambat, pernafasanya juga mulai terasa sulit,

“Anak perempuanku masih di unit perawatan intensif, suamiku baru saja masuk unit gawat darurat, kalau kalian benar-benar ingin menangkapku. Boleh, aku hanya ada satu permintaan saja, setidaknya membiarkanku menunggu kabar suamiku dulu di sini, boleh ?”

Dua orang polisi saling menatap, lalu mengerutkan alis, sepertinya sangat kebingungan.

“Pelaku yang sudah dihakimi masih ada hak asasi manusia, aku yang belum dihakimi tidak boleh mengajukan permintaan ya ? Lagi pula, apa permintaanku keterlaluan ya ? Kalau ke depannya kalian sudah ada pasangan hidup, dia tiba-tiba sakit, apakah kalian tidak khawatir?”

Polisi mulai berbisikan, salah satu dari mereka berjalan ke belakang untuk konfirmasi ke atasannya dan satunya lagi mengawasi Nagita.

Nagita justru beralih mencari perhatian kepada penonton di sekitarnya, “Anak perempuanku adalah korban kebakaran di teater, sekarang masih menginap di unit perawatan intensif, peringatan kondisi kritis sudah tiga kali dikeluarkan.”

Orang di sekeliling langsung mulai merasa simpati padanya, mulai marah dan keberatan, “Aku mendengar ada pengusaha yang tidak berhati nurani demi mengejar progres, ceroboh memasang listrik dan menyebabkan korsleting listrik, oleh karena itu menimbulkan kebakaran.”

“Memang sialan, korban kematian mencapai lima orang, korban yang luka parah ada lima orang, semuanya luka terbakar, kalau tidak hati-hati akan terjadi infeksi pada seluruh tubuh, meskipun berhasil diselamatkan, tetapi bekas luka di tubuhnya tetap sangat mengejutkan.”

“Kasihan sekali, orang yang terkena luka bakar paling menyedihkan, selamanya akan disiksa oleh dampak kebakaran ini, lebih baik mati saja.”

Semua orang mulai mengeluarkan pendapatnya, membahas dan tatapan kepada Nagita semakin simpati.

Nagita juga tidak mengecewakan harapan umum, semakin menangis dengan tragis, “Iya iya, kita hanya masyarakat biasa, di rumah juga hanya ada anak ini saja, kita yang sebagai orang tuanya kalau tidak bersatu lagi, siapa yang akan membela kebenaran untuk anak kita ?”

“Kalau ini ada benarnya juga, terlalu kasihan.” Semua orang yang melihat mulai mengangguk, beberapa orang yang sudah menjadi orang tua, sepertinya mulai terbayang dengan anaknya yang sedang sakit, juga mulai menangis tersedu.

Nagita sambil menangis sambil berkata :”Pagi itu anak perempuanku masih baik-baik saja, aku membuat sarapan untuknya, lalu melihat dia keluar berangkat kerja, dia masih bilang malamnya mau minum sup ayam, tetapi siapa tahu sore itu sudah dapat kabar buruknya, sup ayam juga sudah aku siapkan, tetapi sayangnya dia tidak dapat makan lagi.”

“Anak perempuanku sangat cantik, kulitnya putih mulus, dia senang berdandan, suka keluar rumah setelah berdandan cantik, tetapi saat ini, kebakaran telah menghancurkan masa depannya, seluruh kulit di tubuhnya tidak ada yang utuh, aku bahkan tidak bisa mengjenguknya.”

Gambaran Nagita sangat menyentuh perasaan, membuat beberapa orang yang mendengarnya juga ikut bersedih hati.

“Sampai hari ini sudah tepat satu minggu, peringatan kondisi kritis sudah tiga kali dikeluarkan, sampai saat ini dia masih belum sadar total, aku tahu, dia tidak bisa menerima dirinya yang saat ini.”

Sambil berbicara, hati Nagita juga terasa sangat sedih, Maira adalah anak perempuan satu-satunya, adalah darah daging di puncak hatinya, juga harapan dan andalan sisa masa hidupnya, dia memukul dada sendiri, menangis bersendu.

Disuatu sisi polisi sudah melaporkan kondisi di rumah sakit kepada atasannya, atasannya juga menyetujui permintaan Nagita.

Akan tetapi, pihak rumah sakit tidak mengizinkan ada sekumpulan orang yang berbuat rusuh di luar ruang unit gawat darurat.

Setelah dipertimbangkan lagi, pihak rumah sakit menyediakan sebuah kamar kecil khusus untuk Nagita, sambil menanti kabar Rama.

Pada saat yang sama, pihak polisi sudah menyelidiki dan memastikan identitas pelaku yang ditangkapnya hari ini, semua orang yang ditangkapnya adalah pihak saudaranya korban, polisi melakukan bimbingan dan peringatan kepada mereka dan membebaskannya.

Romo membawa pengacara yang mendampinginya, sehingga semakin cepat selesai mengurusnya.

Di depan pintu kantor polisi ada beberapa wartawan yang sedang menunggu, apabila ada yang keluar, mereka akan menghampiri dan mengelilingi untuk wawancara, namun pihak keluarga yang keluar dari kantor polisi dengan pintarnya memilih untuk berdiam, tidak memberikan kesempatan kepada wartawan untuk memancing kata-katanya.

Selain pihak keluarga, polisi juga bertanya kepada wartawan di tempat kejadian, semua kejadian di tempat sudah terekam oleh beberapa kamera maupun ponsel, dari semua sisi dan sudut pandang, sangat jelas. Kenyataan membuktikan, dalam kerusuhan yang terjadi, Romo sama sekali tidak memukul siapapun, orang yang terus menghasut dalam kejadian ini adalah Nagita.

Berdasarkan pengakuan dari beberapa pengawal Romo, sekumpulan preman yang telah melarikan diri itu, sangat ahli dalam menyergap, bahkan gerakannya sangat tepat, dan sangat bertenaga, semuanya adalah orang bayaran yang terlatih.

Selain itu, dengan adanya adegan yang sudah di rekam, polisi dengan cepatnya sudah menentukan ada bebrapa orang yang terlibat, berdasarkan perhitungan awalnya lebih kurang berkisar tiga puluh orang.

Sementara pihak keluarga korban yang tiba di tempat, hanya sekitar belasan orang saja.

Tujuan Nagita semakin jelas lagi.

Romo sudah bisa pulang ke rumah, hal pertama yang dilakukannya adalah, memberi kabar kepada Eli, “Tidak ada masalah lagi, Gavin sama Laras juga di sini, kami akan langsung pulang.”

“Papa” Laras langsung menghampirinya.

“Terima kasih.”

Romo meletakkan ponselnya, lalu mengulurkan tangan untuk mengelus kepala anak perempuannya, tersenyum dan berkata :”Sayang, buat apa juga mengatakan terima kasih kepada papa, ibumu sedang menunggu di rumah, kita cepat pulang saja.”

“Baik.”

“Tunggu…” Tiba-tiba ekspresi wajah Romo menjadi suram, lalu mengerutkan alisnya dan berkata,

“Sudah ada kabar pamanmu ?”

Nada Laras juga mulai serius, “Barusan pihak rumah sakit mengabarkan, paman stroke yang kedua kalinya, dan masih dalam proses penyelamatan.”

“Stroke yang kedua kalinya ? stroke infark ?”

“Benar, kondisi jelasnya aku sekarang juga tidak terlalu mengetahuinya, pihak rumah sakit juga belum ada pernyataan apapun, hanya memberi kabar kalau kondisinya tidak terlalu ada harapan positif, meminta pihak keluarga pasien agar ada persiapan dulu.”

Romo menghabiskan banyak tenaganya untuk berdiri stabil, dia sudah lama bertengkar dengan kakaknya, sehingga hubungan persaudaraan sangat tipis, meskipun tidak sampai kondisi mematikan.

Namun tetap saja saling membenci.

Akan tetapi, tiba-tiba mendengar kabar buruk seperti ini, juga sebuah tekanan bagi Romo.

“Aku sudah merasa kondisinya mulai tidak stabil, Nagita masih saja tarik menarik dan menyentuh tubuhnya, memang benar-benar….” Romo menarik nafas, usahakan tidak membiarkan emosinya meledak di kantor polisi.

“Papa, kamu jangan terlalu khawatir lagi, kita tunggu kabar saja dulu.”

“Hanya dengan demikian, ayo, pulang ke rumah dulu, ibumu sudah panik menantinya.”

“Baik.”

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu