Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1011 Memang Ibu Kandungku

Gavin duduk berhadapan dengan Laras, mereka saling menatap dengan tatapan penuh perasaan, mereka tidak pernah lagi duduk seperti ini dan saling mencurahkan isi hati dalam waktu setengah tahun ini.

“Aku selalu percaya padamu, tentu saja, aku juga berharap kamu bisa percaya padaku. Aku hanya kebetulan saja bertemu dengan Randi Uno, aku saja tidak menyalahkan kamu meninggalkanku sendirian di jalan raya pada hari yang panas itu, kamu malah balik menyalahkanku naik ke mobil orang lain ? Gavin, tolong bersikap adil padaku boleh ? Pengorbanan aku untuk keluarga ini, perlindungan aku terhadap kamu dan anak-anak, jangan-jangan masih tidak pantas mendapatkan kepercayaan dari kamu ?”

Gavin menuduk kepala, tatapannya menampakkan pemikirannya yang kacau balau, dia sedang menyalahkan dirinya, dan juga introspeksi dirinya.

“Kamu bilang aku berubah baik dan unggul, aku berterima kasih dengan pengakuanmu, aku juga merasa senang kalau kamu dapat menyadari perkembanganku, sekarang aku balik bertanya, kamu lebih berharap aku seperti Laras dulu yang hanya tahu berbuat masalah, atau berharap aku menjadi diriku yang saat ini ?”

Gavin terbengong, hanya saja menggerakkan bibirnya, tidak dapat melontarkan apapun.

Laras yang sebelumnya, degil dan nakal, sering-sering berbuat masalah, hal yang paling memusingkan otaknya adalah menyelesaikan permasalahan yang dibuat Laras, pada saat itu, dia berada pada posisi yang memimpin dalam hubungan ini, dia adalah seluruh andalan Laras, kesombongan seorang lelaki mendapatkan kepuasan yang sepenuhnya.

Laras yang saat ini, dapat menyelesaikan masalah dengan teliti, mengendali sebuah perusahaan dari titik nol, dan berkembang hingga skala saat ini, semua ini hanya mengandalkan kemampuan dan penilaian Laras sendiri, dia bukan hanya sukses dalam bisnisnya, dan juga dapat mengurus rumah tangga dengan sebaik ini.

Dengan demikian, Gavin tidak perlu mengkhawatirkan apapun, hanya perlu fokus mengurus pekerjaannya saja.

Akan tetapi, malahan kesombongan di dalam hatinya yang berulah, tidak mendapatkan kepuasannya, sehingga mulai mencari masalah.

Dia sama sekali bukan orang yang berhati kecil, namun pada saat ini, dia merasa dirinya berpikiran sempit, merasa dirinya mengecewakan hasil bimbingan ayahnya, mengecewakan edukasi negara terhadap dirinya, dan juga mengecewakan kepercayaan Laras terhadap dirinya.

Laras melihat Gavin yang sengsara ini, merasa sangat sedih, jangan-jangan dia benar-benar hanya mencintai diriku yang dulu ? Jangan-jangan, dia tidak mencintaiku lagi ?

“Gavin, aku tidak mungkin tetap berdiri tempat, sama sekali tidak berubah dalam segala hal, aku selamanya tidak akan bisa kembali lagi ke diriku yang sepuluh tahun lalu, akan tetapi, justru karena mengalami tantangan dan kesusahan dalam beberapa tahun ini, sehingga menciptakan diriku yang saat ini, tidak peduli kamu menyukai yang mana satu, aku tetap aku, Laras yang satu-satunya.”

Mendengar suaranya yang begitu emosional dan panik, akhirnya Gavin menyadari juga, sehingga dia buru-buru berjalan ke hadapannya, dan berlutut satu kaki di hadapannya.

“Kamu….” Laras sangat panik, tidak mengerti maksudnya saat ini.

Gavin menggenggam erat tangannya, dikarenakan terlalu panik sehingga kedua matanya menjadi kemerahan, dia menatapnya dengan dalam, menarik nafas dan meredakan emosional sendiri, akhirnya, dia membuka mulutnya dengan nada serius dan seksama, “Laras, maaf, aku sudah salah, benar-benar salah, aku tidak boleh mencurigaimu, aku terlalu mencintaimu, takut kehilanganmu, takut kalau kamu yang semakin unggul akan menginginkan hidup yang lebih baik dari saat ini, aku bisa memberikan seluruh cinta dan kasih sayang padamu, tetapi aku tidak dapat memberikan waktu yang terlalu banyak untukmu, aku takut kehilangan kamu….”

Hati Laras yang kesakitan dan gemetaran langsung mereda seketika, dia merasakan kehangatan di hati, dan juga kepahitan, lalu memeluk kepala Gavin ke dalam pelukannya dengan erat.

“Kamu seorang bapak tua, kenapa sensitif dan suka curiga seperti wanita ? ! Rasa percaya dirimu di mana ? Kamu Gavin, lelaki yang berbakat dan mulia, kamu juga ada saatnya ketakutan ya ? Bukannya kamu tidak pernah takut dengan apapun dan serba bisa ?”

Wajah Gavin melekat erat pada dadanya, dia bahkan dapat merasakan detakan jantungnya, merasa suasana hatinya yang tidak tetap.

Gavin berkeluh bahwa :”Benar, aku dulu memang tidak pernah takut dengan apapun, tetapi semenjak bersamamu, memiliki Nana dan Bobi, aku jadi takut akan menyakiti perasaanmu, takut kamu dan anak-anak belum mendapatkan perlakuan yang baik.”

“Asalkan kamu jangan meninggalkan aku lagi, lain kali kamu begini lagi, aku benar-benar-benar akan meninggalkan rumah dan selamanya tidak memedulikan kamu lagi, aku pasti akan tepati kata-kataku.”

“Tidak akan, tidak akan lagi.”

Gavin mengangkat kepala, lalu menciumnya dengan tidak sabar.

--

Keesokan harinya, mendekati siang hari, mereka berdua buru-buru pulang ke kediaman Gavin.

Cuaca yang panas ini memang tidak ada ampun, radio di dalam mobilnya menyiarkan bahwa, suhu cuaca hari ini semakin meningkat lagi, suhu di perjalanan telah memecah angka 60 derajat, mobil yang sedang berkendara di luar, bahkan dapat merasakan unsur lengket pada perjalanan, seolah-olah ban mobil juga hampir meleleh.

Sebenarnya saat ini sudah menginjak musim semi, namun cuaca dengan suhu tinggi ini seolah-olah tidak berujung, tetap saja terasa semakin panas.

“Kebetulan aku sedang liburan, atau kita coba liburan ke Sanya saja ?”

“Sanya tidak panas ya ?”

“Di pantai pasti lebih sejuk dibanding sama Jakarta, sambilan mengajar Nana dan Bobi berenang, bagaimana ?”

“Tanya dulu maksud ayah dan ibu.”

“Mereka pasti setuju, kebetulan bisa menjenguk paman Motar, tidak tahu juga bagaimana kondisi kesehatannya.”

“Berarti harus bertemu dengan Farah Motar ? Dia sudah dipulangkan kan ?”

“Iya, setelah dibebaskan dari penjara langsung pulang negeri, katanya sekarang Almora Ren juga tidak terlalu mau melayaninya, saat ini sedang tinggal bersama dengan suami istri Ferdian Ren di Inggris.”

“Katanya ? Kata siapa ?”

“Abang sepupu kamu.”

“Dia di Inggris ?”

“Benar, dia pergi ke Inggris setelah kepergian Nguyen Song.”

“Jadi Amanda Verto juga bersamanya ?”

“Sepertinya iya.”

“Baiklah, siapa yang dekat siapa yang dapat.”

Gavin tidak mengerti maksudnya, “Kenapa ?”

“Haih, tidak apa-apa, aku hanya berkeluh saja, mungkin saja tidak lama nanti kita dapat minum anggur pernikahan, bagaimanapun abang sepupu juga tidak muda lagi.”

“Jangan mengalihkan pembicaraan, jadi mau ke Sanya ?”

“Kamu yakin saat kita sampai ke Sanya, kamu tidak akan langsung pulang karena urusan kerja ?”

“…..Ini aku susah menjamin, makanya harus mengambil kesempatan sekarang, bermain dulu selagi bisa.”

Laras mengangguk-angguk, “Benar juga katamu.”

Gavin membawa mobil, kadang-kadang menoleh dan meliriknya, sudut bibirnya juga ikut melayang, bahkan sudut mata juga membawa senyuman.

Melihat wajah Gavin yang membawa senyuman, dan reaksinya yang bersemangat, Laras menjadi emosi, tidak bisa bertahan keluhannya :”Kamu masih tertawa, tidak tahu bawa mobil harus fokus ya ?”

“Sedang fokus kok.”

“Aku sudah bilang harus pulang cepat, kamu malah nekat…..sudahlah, sekarang pulang makan siang, ibumu pasti akan mengomel aku lagi, susah payahnya membuat dia berubah penilaian padaku, sekarang malah harus kembali ke awalnya lagi. Jangan-jangan kamu merasa saat mertua dan menantu terjadi perselisihan, baru bisa menonjolkan pentingnya kamu ?”

“Mana ada, nanti aku jelaskan sama dia, kalau aku yang berurusan mendadak, makanya telat pulang.”

Laras mencibirkan bibir, semakin berpikir semakin khawatir, “Semalam tidak pulang juga lupa mengabari mereka, dia pasti akan berkomentar, kamu masih belum mengerti ibumu ya ? Anaknya boleh tidak pulang dan tidak beraturan, namun menantunya harus disiplin dan taat aturan, dia sama seperti dirimu, penerapan standar ganda.”

“Kalau begitu aku terus terang saja bilang sama dia, semua ini demi kebahagiaan anakmu, makanya keluar untuk menikmati malam dunia berdua.”

Laras tersenyum keceplosan, “Hanya kamu yang tidak tahu malu.”

Namun tidak terduga, ketika mereka tiba di kediaman Gavin, sedang bersiap-siap untuk menerima komentar dan amarah Anna, malah mendapatkan pemberitahuan bahwa -- Tuan tua dan nyonya tua membawa tuan dan nona kecil berliburan ke Sanya pada pagi ini, nyonya tua masih sengaja meninggalkan pesan, meminta mereka menikmati saja dunia berduaan.

“…..” Laras terbengong.

Namun Gavin malah berkata dengan ekspresi penuh senyuman, “Memang ibu kandungku.”

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu