Cinta Pada Istri Urakan - Bab 276 Seorang Pria Yang Pencemburu

Tiba-tiba Manda mencaci : “Jangan sembarangan mengaku saudara, siapa adik iparmu?! Ayahku tidak akan menyetujui kalian, mimpi kamu.”

Lorong yang sempit dan sunyi masih disertai gema, ekspresi Tanu yang semakin rumit.

“Cepat pergi dari sini, jika tidak aku akan memukulmu.”

Tanu juga tidak menyangkal apapun, dia sendiri merasa mungkin mau dengan Maira yang sudah gila, dicaci juga merasa lebih baik.

Dia tersenyum pahit, dengan patuh berbalik badan dan pergi.

Rendra melihat dia dalam bayang-bayang sepi, mengulurkan tangannya dan memeluk Manda, dengan nada rendah bertanya: “Kamu sungguh tidak apa-apa?”

“Tidak apa-apa, aku mengira itu kamu, setelah berbalik ternyata adalah dia, sungguh mengagetkanku.”

Rendra memikirkan sesuatu, sebagai sesama pria, tatapan mata Tanu terhadap Manda yang dia lihat tadi, sama sekali bukanlah permainan, melainkan perasaan yang mendalam.

Tanu terhadap Manda…….Rendra menatapnya dengan keheranan, dan bertanya dengan hati-hati: “Kamu sungguh tidak apa-apa?”

Manda menggelengkan kepala, “Tidak apa-apa, ada apa denganmu?”

Rendra tidak menjawab, justru menggandeng tangannya terus berjalan kedepan.

“Hei….”

“Dimana kamarnya?”

“Didepan, 207.”

“Kartu kamar.”

Manda mengeluarkan kartu kamar dari dalam tas genggamnya, “Kenapa? Tiba-tiba merasa sangat aneh.”

Didepan adalah kamar nomor 207, raut wajah Rendra serius, menggesek kartu dan membuka pintu.

Ketika masuk, dia langsung membuang tongkatnya, berbalik dan menggenggam pergelangan tangan Manda kemudian menariknya masuk, “Klak” terdengar suara dia menutup pintu, kemudian menahannya dibelakang pintu.

“Kamu…….” Pertanyaan belum dilontarkan, namun bibir Manda sudah ditahannya.

Dia merasakan kekuatan dan kemarahan pria itu, dia menciumnya, dan juga menggigitnya, sama sekali tidak lembut.

Kesan pertama terhadapnya sopan lembut, kemudian setelah bersama, penampilannya juga menunjukkan kesan seperti ini, dia tidak pernah memaksa melakukan apapun, berhati-hati, perhatian, stabil dan sangat lemah lembut.

Namun sekarang, dia menjadi sangat kasar, dan kasarnya sedikit tidak masuk akal.

“Apa yang kamu lakukan?!” Manda dengan sekuat tenaga mendorongnya, menatapnya dengan sepasang mata yang polos, “Bisakah dibicarakan baik-baik?”

Terbukti, Rendra sama sekali tidak rasional saat ini, dia bertanya sedikit diluar kendali : “Sejak kapan kamu berhubungan dengan Tanu Dibyo?”

“Hah?”

“Yang aku tahu saat itu kita memergoki dia selingkuh, dengan sembrono memukul dia dan pacarnya, karena ini kita sampai di kantor polisi, dia bilang akan menuntutmu sampai ke penjara, mengapa selanjutnya tidak ada kabar?”

“…….” Tatapan Manda kosong.

“Hubungan yang terjadi diantara kalian berdua adakah yang tidak aku ketahui? Mengapa dia tidak menuntutmu, bahkan sikapnya terhadapmu yang berubah 180 derajat?”

Manda dengan sungguh-sungguh bertanya: “Adakah? Bukankah dia hanya bercanda menggodaku saja?”

“Dia bercanda macam apa seperti itu? Kamu bodoh kah, kamu sendiri tidak mengetahui bahwa dia…….” Rendra ingin melanjutkan tapi terhenti.

Manda berkata : “Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan kakak perempuanku, dia datang

Ke rumahku mengakui kesalahan, tapi sudah jelas-jelas keluarganya ada tujuan tertentu, aku pastinya tidak menyetujui kakaku menikah dengannya, apakah masih ada masalah?”

Rendra bertanya dengan emosi : “Kamu benar-benar tidak paham, atau pura-pura tidak paham?”

“Apa sih?”

“Lupakan-lupakan, selanjutnya jangan terlalu dekat dengannya.”

Manda kesal lagi, “Kapan aku pernah dekat dengannya? Kamu hari ini sangat aneh, ada apa denganmu?”

Rendra tidak mungkin mengakui bahwa dia sedang cemburu, merasa dirinya terlihat rendah.

Manda menyesap bibirnya yang sakit, seperti ingin marah padanya, namun tidak bisa marah, siapa suruh bagaimanapun penampilan atau wataknya selalu terlihat sangat cocok dengan kriterianya, menghadapi pasangan yang begitu sempurna, belum sempat menikmati, bagaimana masih bisa marah terhadapnya?

“Kamu tadi menggigitku, selanjutnya…selanjutnya jangan seperti ini lagi, sungguh mengagetkan orang…..”

Melihatnya seperti sedang teraniaya, Rendra sangat puas, dan terasa panas mengalir dari kaki hingga ke otaknya.

Dia pelan-pelan mendekatinya lagi, dengan lembut berkata : “Manda, kamu sungguh cantik hari ini, aku melihat orang-orang diluar melihatmu dengan tatapan mata yang tidak baik, dan aku tertekan.”

“Hah, apakah kamu ini sedang cemburu?”

“…….”

“Kalau begitu aku akan lebih jarang datang ke pesta seperti ini, lagi pula aku juga kurang suka.” Manda melihat jakun pria yang menelan ludah, begitu seksi, begitu menggoda, dia sungguh gemas, dan tanpa sadar menggigit bibirnya.

Sebenarnya, Manda secara bersamaan dibuat bingung dengan muslihatnya, dan Rendra juga dibuat bingung dengan muslihat Manda.

Ketika pandangan mata keduanya saling bertatapan, dalam sekejap, percikan kembang api menyebar ke segala arah.

Bibir seksi Rendra ditempelkan kembali, kali ini dia lebih lembut dari sebelumnya.

Namun kali ini dibanding yang sebelumnya dia lebih……..nakal.

Ya, dia sangat nakal.

Tanpa sadar, tangannya sampai ke punggung Manda, dan kemudian menurunkan resleting gaunnya.

“Waw”, ketika dia belum menyadari, gaun sudah terlepas dari bagian belakang, kedua bahunya terbuka, Bra nya terbuka, kemudian…..

“Jangan….” Dia menghentikannya.

Tapi, Rendra tidak seperti sebelumnya yang setiap kali menerima perintah langsung berhenti, kali ini dia seperti tidak mendengar, melanjutkan gerakan tangannya.

Manda tertegun dengan ciuman itu, bahkan jika menolak, sepertinya dia juga menginginkannya.

“Kapan memberi tahu ayah dan ibumu?” Rendra tiba-tiba bertanya, ini adalah pertanyaan yang dia khawatirkan.

Kali ini harusnya saat-saat Manda bahagia, pria ini ingin mengenal kedua orang tuanya dan menunjukkan bahwa perasaannya sungguh-sungguh, namun kejadian waitu itu membuatnya malu.

Rama dan Nagita bukan orang tua kandungnya, mengenai pernikahan Maira, beberapa ucapan Nagita membuatnya getir, jika masalah semakin bertambah, dia merasa akan diusir dari keluarga Atmaja kapan saja dan dimana saja, dan orang tuanya bisa kapan saja dimana saja putus hubungannya dengan dia.

Dalam situasi seperti ini, dia juga tidak tahu harus menceritakan ke keluarganya tentang hubungan keduanya.

“Aku…..aku belum siap…”

Melihat pandangan matanya yang gelisah, Rendra segera memberinya jaminan dan berkata: “Manda, tidak peduli kamu putrinya siapa, orang yang aku cinta itu kamu, bukan orang tuamu, paham?”

“Tapi…..”

“Tidak perlu banyak tapi, semua masalah yang kamu khawatirkan itu bukan masalah, kamu takut orang tuamu memanjat keluarga Pradipta dan memanfaatkan untuk keuntungan di bisnis? Atau takut orang tuaku tidak suka terhadap latar belakangmu?”

Manda menundukkan kepala, ini semua adalah masalah yang dia khawatirkan, dia tidak pernah membahasnya, dan Rendra mengetahui semuanya.

“Ayah ibuku orang yang sangat terbuka, terlebih ibuku, dia sangat menyukaimu, mendengar kita sudah bersama, dia amat sangat senang. Dulu ayahku punya kesan buruk terhadap ayahmu, tapi hanya terhadap ayahmu, bukan terhadapmu. Manda, aku sudah siap, hanya tinggal tunggu kamu.”

“Aku….aku…..” Manda sedikit gelisah, gagap dan tidak tahu harus berkata apa.

Dibawah sinar lampu, bahunya yang kuning langsat dan harum, bagian bawah bahu membuat Pria itu tidak bisa menahan hatinya yang panas, dia sudah di batas kemampuannya, ketika wanita membuka mulut dengan tergagap-gagap, dengan segera bibir pria menempel dibahunya.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu