Cinta Pada Istri Urakan - Bab 124 Kebetulan Yang Tidak Terduga

Jika dilihat dari keberanian, kekejaman dan juga kemampuan bertarung, Laras pasti tidak akan mampu mengalahkan bahkan satu saja dari antara mereka, namun jika dilihat dari bertindak pura-pura bodoh, dialah ahlinya, tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Untuk apa dia menjaga mukanya, nyawanya saja saat ini hampir melayang, jadi untuk apa masih menjaga mukanya.

Dia menoleh dan menatap ke dalam kamar sambil menahan rasa takut di hatinya, dia berusaha melihat dengan cermat, ada banyak orang yang tergeletak di dalam lorong yang sempit itu, semuanya tidak bergerak sedikitpun.

Darah yang mengalir di lorong itu masih terus menyebar keluar.

Pemandangan yang seperti ini hanya pernah dilihatnya di dalam televisi, namun saat ini malah benar-benar muncul di hadapannya, tidak mungkin jika dia mengatakan dia tidak takut.

Kedua tangannya "diikat" di belakang tubuhnya, bagian depan tubuhnya juga dipasangkan bom, bom itu kebetulan menutupi pergelangan tangannya, jadi tadi tidak ada yang menyadari kalau sebenarnya dia menarik tali yang mengikat kedua tangannya dengan kencang.

Dia mendongak dan melihat Gavin berdiri di lantai atas sedang berhadapan dengan pemimpin para penjahat itu, dia berpikir, meskipun dia tidak bisa membantunya, tapi dia juga tidak boleh menjadi bebannya.

10 menit yang sudah dijanjikan telah berlalu, namun bahkan bayangan helikopterpun tidak terlihat sama sekali di langit yang berwarna biru itu, langitnya terlihat sangat tenang, bahkan satu ekor burung lautpun tidak ada, Navi merasa sangat panik, suara teriakannya saja terdengar bergetar, "Mana helikopternya? Kamu sedang mempermainkanku bukan?!"

Gavin menatapnya dengan dingin dan angkuh, "Aku sudah bilang kalau membutuhkan waktu setengah jam, tapi kamu tidak percaya, sesungguhnya 10 menit benar-benar tidak bisa sampai."

"Dasar brengsek," Navi mengangkat pistolnya dan mengarahkannya kepada Laras yang berada di bawah lalu mengancamnya, "Gavin, kamu percaya atau tidak aku bisa melenyapkan istrimu dalam sekali tembakan?!"

Laras dikejutkan oleh suara teriakan Navi yang bagaikan orang gila itu, dia mendongak dan melihat sebuah senjata diarahkan kepadanya dari jauh, dia bergeser ke kiri, pistolnya ikut ke kiri, dia bergeser ke kanan, pistolnya juga ikut ke kanan.

"Kamu tidak akan berani melakukannya, jika dia sampai mati, aku jamin kamu akan lebih memilih mati daripada hidup." Gavin berkata dengan tenang, Navi masih berharap menggunakan Laras untuk dapat ditukar dengan sebuah helikopter, jadi dia tidak akan dengan begitu bodohnya membunuh satu-satunya senjata yang dimilikinya.

Navi memerintahkan bawahannya : "Lempar dia ke laut."

Dia menunjuk kepada Jenny yang sudah sekarat di atas dek, "Jika 10 menit belum tiba aku akan membuang satu orang ke dalam laut, aku pasti akan melakukan apa yang sudah aku katakan, lempar!"

Jenny diangkat oleh dua orang pria berbadan besar, di atas dek terlihat genangan darah yang cukup besar, Jenny sudah benar-benar kehilangan kekuatannya karena kehilangan begitu banyak darah, jika saat ini dia dilempar ke dalam laut, dia pasti mati.

Laras menatap Gavin, dia tidak bergerak sedikitpun, dia bahkan tidak mengatakan sepatah katapun, Laras benar-benar merasa panik, apakah dia benar-benar akan melihat Jenny dilempar begitu saja ke dalam laut?

Tidak bisa!

Di saat perhatian semua orang tertuju kepada Jenny, Laras segera melepaskan ikatan di tangannya yang sudah mengendur, setelah itu dia membebaskan satu tangannya, kemudian membebaskan tangannya yang satu lagi, begitu dia bangkit berdiri, bomnya langsung jatuh ke bawah.

Dia melepaskan pakaiannya sambil berlari ke arah mayat itu berada, karena di tangan mayat itu ada sebuah senjata, sebuah senjata yang sangat panjang dan juga besar.

Di pos komando kapal selam yang jauh dari sana, semua pasukan khusus yang melihat hal itu lewat layar monitor terlihat tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat saat ini.

"Itu siapa? Kakak ipar?" jaraknya terlalu jauh dan juga dihalangi oleh sesuatu, jadi mereka tidak bisa melihat dengan jelas.

"Iya benar, itu kakak ipar, dia sendiri yang sudah melepaskan ikatannya."

"Ya Tuhan, apa yang ingin dia lakukan?"

"Dia berjongkok, apa yang sedang dia lakukan? Tidak kelihatan!"

Laras merasa dirinya seperti sedang dihinggapi oleh roh keberanian, memberikannya keberanian yang tidak terhingga sehingga dia berani untuk mengambil senjata dari tangan seorang mayat.

Tentara bayaran yang mati karena ditembak kepalanya itu, mati dalam keadaan mata yang terbuka dan wajah yang terlihat mengerikan.

Di belakang kepalanya masih ada darah yang belum mengering, kaki Laras tanpa sengaja menginjak ke atas genangan darah itu, darah kental yang berwarna merah gelap itu mengenai sepatu kets putihnya dan juga celananya.

"Maafkan aku." Laras berkata dengan lirih, dia menutup mata tentara bayaran itu kemudian mengambil senjata yang ada di tangannya.

"Astaga, berat sekali...." Dia sama sekali tidak mampu mengangkatnya dengan satu tangan, jadi dia memeluknya dengan kedua tangannya lalu menjepit badan senjatanya dengan lengannya, kemudian menggunakan pinggangnya untuk menahan gagang senjatanya, akhirnya dia bisa mengangkat senjatanya dengan postur yang terlihat aneh.

Saat Laras muncul sekali lagi di layar monitor pemantauan, dia terlihat sedang membawa sebuah sniper, jantung semua anggota pasukan khusus seolah-olah sudah mau melompat keluar.

Kesadaran Jenny masih sangat jelas, hanya saja kehilangan terlalu banyak darah membuatnya tidak memiliki tenaga sedikitpun untuk melawan semua hal ini.

Empat orang mengangkat Jenny bersama, hanya tinggal menunggu perintah terakhir dari Navi saja.

Tiba-tiba terasa hembusan angin kencang di atas permukaan laut, kapal pesiar bergoyang semakin hebat, membuat orang-orang yang berdiri di atas dek juga ikut bergoyang.

Karena Laras tidak berdiri tegak dan juga karena senjatanya sangat berat, dia langsung jatuh menabrak dinding kapal bersama dengan senjatanya, pegangan senjatanya menabrak dinding kapal, membuat suara tabrakan yang terdengar sangat nyaring.

"Awww....." dia terlalu cerobah.

Semua orang yang ada di atas kapal, termasuk Gavin menatapnya dengan terkejut.

Sepertinya Laras sudah menyentuh posisi pelatuknya, setelah dia mengira-ngira posisi para penjahat itu dan mengarahkan senjatanya kepada mereka, dia menembakkannya dengan sekuat tenaga, "dor dor dor" 3 tembakan berturut-turut dikeluarkan olehnya, kekuatan tembakan yang sangat besar membuat dirinya mental ke belakang dan sekali lagi jatuh menabrak dinding kapal dengan sangat keras.

Semua orang yang ada di sana bengong melihatnya, dia menembakkannya kemana?

Semua pria yang ada di depannya setengah berlutut dan memeluk kepala mereka secara refleks, namun begitu suara tembakannya sudah tidak terdengar, mereka semua saling lihat-lihatan, setelah rasa terkejut mereka sudah lewat, seluruh tempat itu langsung dipenuhi oleh suara tawa mereka.

"Hahahaha, menurutku dia sepertinya benar-benar datang untuk melawak."

"Dia menembak ke arah mana, benar-benar canggih sekali, kita semua berdiri disini, tinggal di tembak saja, tapi dia tetap tidak bisa menembak kita."

"Ternyata masih ada orang yang seperti ini, sepertinya sudah saatnya bagi dia untuk pulang dan minum obat."

Masih ada lagi yang tidak berbicara namun hanya terus tertawa dengan sangat keras disana.

Di tengah ejekan mereka, Laras menggigit bibirnya dengan tidak terima, tanpa memikirkan apapun, dia langsung memanggul senjatanya sekali lagi, lalu mengarahkannya ke depan dan langsung menarik pelatuknya.

"Dor dor dor dor......" setelah tembakan beruntun yang dilepaskannya, gerombolan pria-pria itu jatuh setengahnya, sesaat kemudian suara tawa mereka berubah menjadi erangan kesakitan.

Pria-pria kekar yang sedang mengangkat Jenny ada yang tertembak di bagian kaki, ada yang tertembak di bagian perut, ada juga yang tertembak di bagian lutut, jadi Jenny juga ikut jatuh ke lantai bersama mereka.

Benar-benar kebetulan yang tidak terduga, Laras beruntung sekali, tembakan sembarangannya kali ini ternyata ada yang mengenai mereka.

Reaksi Gavin sangat cepat, dari pertama kali Laras menarik pelatuknya, dia sudah bereaksi dengan cepat, dia segera melesat maju ke depan dan mencengkram pergelangan tangan Navi, kemudian dia segera menekuknya, "krak" terdengar suara tulang yang patah.

"Akkhhhhh!!" Navi berteriak kesakitan, Gavin terlalu cepat, dia sama sekali tidak sempat untuk bereaksi apapun.

Kemudian saat suara tembakan beruntun Laras yang kedua terdengar, Gavin kembali menarik tangan Navi yang satu lagi kemudian mematahkannya seperti yang pertama.

"Akkhhhh!!!" kedua tangan Navi lumpuh seketika, dia langsung jatuh ke lantai dan berteriak kesakitan.

Kecepatan Gavin sangat cepat dan juga kejam, dia langsung merebut kembali sniper yang diambil oleh Navi lalu "dor dor" dua kali, dia menembakkannya ke kedua lutut Navi.

"Akhhhh akhhhh!!!" suara teriakan kesakitan Navi dan suara teriakan kesakitan orang-orang yang ada di bawahnya bergabung menjadi satu.

Gavin memanggul sniper dengan satu tangan, kemudian mengarahkannya ke orang-orang yang berada di bawah, yang tidak terkena tembakan Laras dan sekarang sedang berusaha untuk menembak Laras, dia menarik pelatuknya tanpa belas kasihan sama sekali.

Orang-orang yang ada di bawah jatuh 3 orang, tembakannya pas mengenai dahi.

Semua orang berlarian ke segala arah, membuat tempat itu menjadi kacau balau, kedua mata Tuan Black memerah, dia mengangkat pisaunya dan berlari ke arah Laras.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu