Cinta Pada Istri Urakan - Bab 56 Gavin Tidak Mengijinkanku Makan Diluar (1)

Satu set lipstik ini adalah salah satu brand terkenal edisi terbatas di hari Natal, satu set ada 8 pcs, semuanya warna populer, brand ini sebut sebagai brand ratu dunia, bahkan beberapa warna lipstik ini juga barang laris.

Manda adalah fans dari brand ini, begitu melihat satu set lipstik ini kedua matanya langsung berbinar, satu orang satu ya paman Tere, panggil dia dengan sangat ramah.

Tapi Laras tidak bisa melakukannya, dia tidak bisa tersenyum ramah pada Tere seperti paman dan bibi, pertama dia tidak tertarik pada lipstik, kedua, dia merasa sangat jijik dengan Tere.

“Terima kasih, aku tidak perlu.”

Manda melihat Laras seperti orang bodoh, di dalam hatinya, dia ingin marah, dasar bodoh, kamu tidak mau bisa berikan padaku!!!

Tere tidak kecewa dan kesal, dia mengambil kotak lisptik dan menyerahkan ke tangan Laras, bahkan dia sempat berpikiran untuk meraba tangan Laras, “ Laras, ini niat baik paman Tere, kalau kamu tidak suka, paman Tere bisa beli yang kamu suka.”

Laras mundur kebelakang, dengan tatapan mata jijik, seolah Tere adalah seekor anjing yang terserang wabah penyakit, dia berkata dengan marah: “Aku tidak butuh barang pemberianmu.”

“…..”Tere sedikit canggung, tapi masih suka melihatnya, mulutnya tidak bisa berhenti tersenyum, melihat gadis tangguh ini, tempramennya juga lumayan galak, paman tercintamu ini sangat menyukaimu.

Nagita dan Rama jelas tahu maksud dari Tere, uang sudah dibayarkan, orang menjadi miliknya.

Tapi, sampai sekarang rencana tidak kunjung berubah, mau menyinggung orang juga jangan Gavin, Nagita bergegas membantu, “Kak Tere, aku ada masalah mau diskusikan denganmu, Laras, Manda, kalian pergi main sana.”

Laras langsung balik badan pergi, kalau tahu bisa ketemu dengan orang ini, pukul aku sampai mati juga tidak akan datang kemari.

“Paman Tere, aku bantu beres-beres ya,” Manda segera memeluk kotak lipstik dan pergi, “Tuan muda Laras, tunggu aku dong……”

Tere terus memandang Laras, dan berkata: “Adik, aku to the point saja sama kamu, tujuanku hari ini datang adalah demi Laras, kita waktu itu sudah bicarakan!”

Yang paling ditakutkan adalah ini, di satu sisi mau orangnya, di satu sisi menyuruhnya merahasiakan, wajah Rama penuh dengan kerutan sedih, “Kak Tere, aku lihat Laras juga punya pemikirannya sendiri, kita lebih baik jangan paksa dia oke?”

Tere yang mendengar ini, wajahnya marah, “Dik, apa maksud dari perkataanmu ini? Waktu itu kamu tidak bilang begini, sekarang uang sudah ditangan, perusahaan selamat dari krisis, kamu sudah lupa janjimu?”

“Tidak tidak tidak, tentu saja tidak, kak Tere, aku juga punya alasanku sendiri…..”

Pada saat ini Nagita menjadi bingung, dia masih ingat waktu itu saat Laras kembali melihat mereka dengan tatapan kejam, ditubuh dan wajahnya ada luka, kalau bukan karena malam itu dia diperkosa oleh Tere, lalu siapa orangnya?

Nagita benar tidak berani memikirkannya, Tere bukan orang yang gampangan, Gavin lebih bukan orang sembarangan, Jenderal Gavin juga memerintahkan mereka untuk menjaga rahasia, kalau tidak mereka akan dibunuh tanpa ampun.

Dibunuh tanpa ampun, seberani apapun dia, juga tidak berani melawan keluarga Pradipta.

Sejak kejadian Laras, dia tidak bisa makan dan tidur, semangatnya tidak seperti sebelumnya, seolah-olah kepala di lehernya akan jatuh kapan saja.

Melihat tatapan mata suaminya yang mencari bantuan, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat Tere sedang marah, Maira yang terus mendengar pembicaraan dilantai dua jalan turun kebawah, dan berkata: “Ayah, ibu, hubungan Laras dan Gavin sudah sejak lama di publikasikan.”

Nagita mempunyai semacam perasaan suram dingin, sudah di publikasikan, itu artinya, keluarga Pradipta tidak akan mengembalikan Laras, Laras sudah pasti menduduki posisi sebagai nyonya muda keluarga Pradipta.

“Ei…..” Nagita langsung terjatuh duduk di sofa, tamat sudah, ini balasan karma.