Cinta Pada Istri Urakan - Bagian 378 Kabar Palsu

Minggu pertama setelah sekolah dimulai, hari itu adalah hari Sabtu yang cerah.

Melati musim dingin ditaman mengeluarkan bunga berwarna kuning muda, dan ditengah angin yang dingin menari bersama dengan bunga winter swee yang merekah dengan sangat bagus.

Laras tidur malas-malasan dengan sangat puas, selimut yang hangat ini membuatnya enggan untuk bangun.

pelayan mengetuk pintu dari luar, “Nyonya muda, apakah anda sudah bangun?”

“Sudah bangun sudah bangun, segera bangun.”

“Baiklah, kalau begitu sarapan aku bawa dilantai bawah ya, kamu turun dan makan.”

“Baiklah.”

Tidak lama kemudian, laras mengenakan sepaket pakaian olahraga warna merah turun ke lantai bawah.

Cahaya matahari masuk kedalam dari jendela perancis yang besar, rambutnya diikat dua ekor kuda, mengenakan topi tenis pelindung matahari berwarna putih, dua kuncir ekor kuda yang berada diluar dan terlempar kedepan dan kebelakang, sungguh imut. Punggungnya menggendong raket tenis, dan

tangannya memegang sepasang sepatu baru yang berwarna putih.

Pada saat ini, sinar matahari yang cerah baru saja masuk dari jendela perancis yang besar, sinar mentari dan musim semi menambah kesempurnaan yang ada dalam dirinya.

Pelayan – pelayan yang ada dibawah melihatnya, tanpa sadar semua tersenyum bahagia, bos wanita di keluarga kita sungguh menghangatkan hati dan enak dipandang.

“Kepala pelayan, sudahkah nenek bilang hari ini pulang jam berapa?”

“Belum, hanya berkata kalau hari ini akan datang.”

“Baiklah, jika dia sudah datang dan aku tidak ada, tolong sampaikan padanya aku pergi main badminton.”

“Baiklah.”

Setelah selesai sarapan pagi, dan bersiap untuk keluar rumah, telepon rumah tiba-tiba berdering.

Kepala pelayan bergegas untuk mengangkat, “Nyonya tua, iya ada, Nyonya muda ada, baiklah….”

Kepala pelayan kemudian memberikan telponnya kepda Laras, Laras menerimanya dan bertanya: “Nenek, Anda kapan pulang lah, aku sudah rindu kamu, aku sedang bersiap untuk pergi bermain badminton .”

Nyonya tua justru dengan nada bicara yang lain didalam telepon, gelisah dan khawatir, “Aduh Laras, ada masalah besar.”

“Nenek ada apa? kamu bicaralah dengan pelan-pelan.”

“Pasukan khusus menelepon, mengatakan bahwa Gavin tertembak saat latihan dilaut.”

“Ha?” Laras kaget dengan tertegun, “Tertembak dibagian mana?”

“Dadanya….”

“Haaaa?!”

“Para tentara yang disana berkata bahwa kita harus menyiapkan hati dan mental, ketika ayahmu mendengarnya, darah tingginya naik hingga jatuh pingsan, dan diantarkan kerumah sakit.”

“Ha?!!!”

“Ibumu harus menemani ayahmu, aku yang hanya seorang nenek tua tidak bisa pergi jauh, Laras, kumohon padamu, hanya kamu yang bisa pergi.”

Laras mengangguk, “Baiklah, aku pergi, tapi nenek, aku pergi kemana? Dan bagaimana perginya?”

“Kamu tenang, ayahmu akan baik-baik saja, dan pasukan khusus yang disana pasti ada orang yang menjemput, sekarang kamu segera pergi ke bandara.”

“Oke oke oke, baiklah.”

Jadi, Laras tidak memperdulikan apapun, dia hanya menyiapkan dua set pakaian untuk ganti, dan menggendong tas ransel kemudian pergi, pergi dengan bawaan yang ringan.

Supir sudah menerima perintah, dan langsung mengantarkan nyonya muda menuju bandara.

“Nyonya muda, ini beberapa obat untuk mabuk laut, sebelum naik kapal anda harus meminumnya.” Desak sang supir.

Pada saat itu Laras masih belum paham, dan masih mengira obat yang disiapkan pak supir untuknya untuk mabuk udara, “Baiklah, terimakasih.”

Perjalanan pesawat empat jam terasa seperti setahun, dia tidak sabar ingin segera bertemu dengan Gavin.

Sudah tidak tahan menunggu, dia menutup matanya dan meneteskan air mata.

Terdapat banyak luka ditubuh Gavin, semua tidak bisa dibedakan antara yang baru dan lama, besar dan kecilnya, dia tidak berani membayangkan bagaimana tembakan yang didadanya, dia hanya bisa memikirkan, Gavin akan meninggalkan bekas luka yang sangat besar lagi.

Teringat Jino yang menjadi korban belum lama ini, air matanya tidak bisa berhenti jatuh.

Setelah turun dari pesawat, dan disebuah pelabuhan, seorang tentara berpakaian militer memberitahunya, dia harus naik kapal pasokan ke pangkalan militer di laut China selatan, setidaknya memerlukan waktu paling sedikit 70 jam.

“Apa, aku tidak salah dengar kan ? 70 jam ?”

Tentara itu berjalan sambil menjelaskan, langah kaki sedikit terburu-buru, “Benar sekali kakak ipar, anda sedikit lebih cepat, kapal pasokan sedang menunggu Anda.”

“Gavin ada di pangkalan militer?”

“Benar.”

Laras bergegas mengikuti prajurit itu menaiki kapal pasokan, kapten kapal menyambutnya sendiri dan masih menyiapkan kamar single yang nyaman untuknya.

70 jam, tiga hari tiga malam, Laras hampir gila memikirkannya.

Meskipun sudah makan obat mabuk laut, tetapi waktunya sungguh lama, dimalam pertama, dia telah mabuk laut, dan sedikit muntah.

Pada saat-saat seperti ini, emosi seseorang mudah runtuh, dia berbaring di ranjang yang reyot, dengan menggunakan selimut menutup wajahnya, sambil menangis dan berteriak menyebut nama Gavin.

Gavin adalah satu-satunya motivasinya untuk terus bertahan.

Akhirnya, di radio menyiarkan kabar bahwa mereka akan tiba di tujuan akhir, Laras sudah putus asa, bahkan senyumnya menjadi putih pucat.

Dia sudah 70 jam mengambang diatas laut, melalui pengembaraan selama tiga hari tiga malam, akhirnya tiba di pangkalan militer dimana Gavin berada,

Hidupnya sudah hilang setengah, tapi dia berpikir bahwa Gavin sedang dalam bahaya, sekejap pun dia tidak berani untuk berhenti.

Ini adalah sebuah pulau, dan dikelilingi oleh laut, sejauh mata bisa memandang, suhunya juga sangat nyaman, tetapi angin laut sangat besar, mataharinya juga sangat terik. Laras turun dari kapal pemasok, saat dia menginjakan kaki ditanah, tubuhnya masih gemetar.

Dia sudah hampir pingsan, tetapi, lelah tubuhnya masih belum apa-apanya, kecemasan hatinya baru dia tidak bisa menyangga.

Seorang prajurit yang tulus dan jujur menyambutnya, dan membawanya ke kantor yang sederhana untuk beristirahat.

“Kakak ipar, anda duduklah disini, beristirahatlah sebentar.”

Laras mengkhawatirkan Gavin, tidak sabar ingin bertemu dengannya, “Gavin dimana ?”

“Kapten tidak sedang disini sekarang, kakak ipar, minumlah air.”

“Terimakasih, sesungguhnya dia ada dimana?”

“Ini….ini susah untuk diungkapkan.”

Laras yang lelah, lapar dan pusing, ketika mendengat perkataan ini, dia menangis, “Mengapa susah untuk diungkapkan, apa yang susah diungkapkan?”

Melihat dia menangis, prajurit kecil ini menjadi tidak berdaya, “Ah, Anda jangan menangis kak.”

“Kalau begitu jelaskan padaku.”

“Latihan perang adalah diatas laut, aku tidak bisa memastikan dimana posisi mereka. Kapten yang bertanggung jawab diatas laut, ketika terjadi masalah, kapal militer langsung kembali, tidak lama lagi kapal militer akan segera tiba.”

“Baru kembali, bagaimana bisa kembali selama ini?”

“Karena laut selatan begitu besar, bukankan kamu kemari juga perlu waktu 70 jam?”

Perasaan laras sungguh panik, “Lantas bagaimana keadaannya sekarang?”

“Aku juga tidak tahu, aku hanya menerima kabar bahwa kapter terluka dan tidak sadarkan diri.”

Terluka dan tidak sadarkan diri……..

Melewati dada, dalam bahaya….

Laras semakin panik, juga tidak tahu apakah bergetar karena kelaparan, atau bergetar ketakutan, jalannya bergelombang siang dan malam, dia sudah mempersiapkan perkiraan yang paling buruk, tapi dia juga tidak berani untuk memperkirakan seperti itu.

Saat itu, tiba-tiba terdengar suara sirine dari luar, laras tiba-tiba melihat kearah luar jendela, “Bagaimana situasinya?”

“Ada kapal militer yang kembali, pasti kapten mereka sudah kembali, aku ingin melihat.”

Laras putus asa dan tetap dalam posisinya, Gavin yang tertembak dan tak sadarkan diri, waktu kembali menghabiskan tiga hari tiga malam, apakah sungguh tidak apa-apa dibiarkan selama ini? Apakah peralatan medis di pulau ini memadai? Apakah bisa menolong orang ? atau bahkan Gavin telah……

Semakin dia memikirkannya maka hatinya semakin sakit, air matanya jatuh dengan derasnya.

Ketika hendak keluar, pintu dibuka oleh orang dari luar, dia menatap dengan penuh perhatian, “Gavin?” dia berseru.

Ternyata, Gavin was-was kapal militer itu akan mendarat dengan lambat, jadi dia mengganti dengan speedboat untuk mendarat lebih dulu.

Laras melihat pria yang ada dipintu dengan rasa tidak percaya, melihatnya dengan pakaian yang gagah, heroik dan bersemangat, perkasa dan kuat, dengan senyum tipis disudut bibirnya, dalam keseriusan terdapat kelembutan.

Pada saat itu, kesedihan hatinya berubah menjadi sukacita tanpa batas, dan air matanya mengalir.

Ini adalah kata-kata paling bagus di dunia, yaitu kabar palsu.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu