Cinta Pada Istri Urakan - Bab 101 Pergilah Jika Kamu Merasa Takut, Aku Tidak Akan Pergi

Tugas Yuni adalah melindungi Laras, sekarang penculik yang pernah menculik Laras muncul di jalanan, Laras bahkan sedang mengikutinya, ini adalah hal yang sangat berbahaya, Yuni segera menghubungi pasukan khusus.

"Hei, kakak ipar, tunggu aku." setelah Yuni mengirimkan pesan kepada Damar, dia segera mengikuti Laras.

Kedua pria dan kedua wanita yang ada di depan ternyata benar-benar datang untuk melihat festival lentera, mereka tidak ada bedanya dengan pasangan pada umumnya.

Yang satu pasang terlihat seperti seorang pria kaya yang membawa kekasihnya, sedangkan pasangan yang satu lagi, yang merupakan pasangan yang sedang diamati oleh Laras itu terlihat seperti pasangan sungguhan, yang wanita sedang makan manisan buah, dia juga tidak lupa untuk memberikannya kepada pacarnya, hanya saja pria itu sepertinya tidak suka tindakannya yang seperti itu, dia menolaknya dengan dingin.

Laras berpikir di dalam hatinya, tahanan yang melarikan diri dari penjara masih bisa dengan santainya berpacaran dan juga menikmati bunga dan lentera, orang ini benar-benar bernyali sangat besar.

Tuan black dan yang lainnya tidak masuk ke dalam area pusat festival lentera, mereka hanya berjalan sebentar di bagian pinggir lalu berjalan ke jalanan di luar.

Dari jauh Laras dapat melihat mereka melangkah ke arah sebuah kedai minuman.

"Kakak ipar, kita tunggu polisi datang saja, kita cukup melihatnya dari luar."

"Tidak bisa, jika mereka kabur dari pintu belakang bagaimana?" karakter Laras yang sangat membenci kejahatan membuatnya sangat bertekad, dia tidak akan membiarkan tumor ganas seperti ini berkeliaran di tengah-tengah masyarakat dan membahayakan orang banyak.

Setelah itu Laras dan Yuni juga masuk ke dalam kedai minuman itu.

Cahaya di dalam kedai minuman itu redup, Laras mencari tempat duduk yang dekat dengan mereka, lalu dia duduk, kebetulan dia dapat mendengar pembicaraan mereka.

Tuan black melihat arlojinya dan berkata : "Kita bisa duduk sebentar dan minum sedikit di sini, setelah itu kalian berdua kembali ke hotel, kami akan kembali agak malaman."

Jenny (menyamar) : "Pergi kemana, kenapa tidak membawa kami juga? Huh, tuan black, jika anda ingin pergi, maka pergi bersenang-senang sendiri saja, jangan mengajarkan yang tidak-tidak kepada Nimo ku."

Nimo?! Iya benar, benar sekali, Laras tiba-tiba teringat kembali, di antara para penculik itu memang ada yang bernama Nimo, bahkan dia sepertinya adalah pemimpin dari geng penculik itu.

Tuan black : "Aiya, jika aku masih tidak membawa saudara Nimo keluar untuk mencari angin, takutnya dia akan diperas sampai kering olehmu."

Jenny (menyamar) menyangkalnya dengan malu-malu : "Tidak kokkkk...."

Seiring dengan suara Jenny (menyamar) yang terdengar diseret panjang itu, bulu roma Laras yang mendengarnya menjadi berdiri semua, dia teringat dengan Gavin dan para tentara yang lain, dan juga para pejabat publik lainnya, demi melindungi keamanan negara dan juga stabilitas sosial negara, mereka mempertaruhkan nyawa mereka dan juga sangat berdedikasi, bahkan melewati tahun baru di kampung halaman saja merupakan hal yang mewah bagi mereka, sedangkan para buronan keji ini sudah melakukan segala macam kejahatan, namun malah melewati harinya dengan begitu santai.

Begitu memikirkan hal ini, Laras merasa sangat tidak adil.

Saat ini Yuni merasakan kalau ponsel yang ada di sakunya bergetar, ketika dia melihatnya, bola matanya hampir melompat keluar, dia menutupi mulutnya dengan sangat terkejut.

"Ada apa?" Laras bertanya dengan penasaran.

Yuni membelalakkan matanya dan menatap Laras sambil menggeleng, kemudian dia segera menelungkup di atas meja sambil berkata dengan lirih : "Kakak ipar, kita jangan berurusan dengan orang-orang ini, ayo kita pergi!"

"Tidak bisa!" Laras bertekad untuk tidak pergi, semakin dibujuk, dia semakin tidak mau pergi, "Mereka pasti muncul di sini dengan maksud yang tidak baik, kita harus menangkapnya."

"Tapi tapi......" Yuni sulit mengatakan apa yang ingin dikatakannya, itu adalah rahasia militer, tidak boleh mengatakannya kepada siapapun.

"Tidak usah tapi tapi lagi, Yuni, bukankah kamu adalah seorang tentara? Bahkan kamu adalah seorang tentara pasukan khusus, apakah kamu tidak berambisi untuk membasmi kejahatan? Pergilah jika kamu merasa takut, tapi aku tidak akan pergi."

Yuni benar-benar merasa ingin menangis, bahkan dengan menepuk dadanya juga tidak cukup untuk melampiaskan rasa sesak di hatinya, bagaimana mungkin dia bisa takut kepada orang jahat, dia hanya takut mengacaukan rencana besar yang sudah lama dirancang oleh pasukan khusus.

Saat ini ponsel Laras berdering, itu adalah telepon dari pihak kepolisian yang menanyakan lokasi spesifiknya.

"Kami ada di....." sebelum Laras sempat mengatakan lokasinya, ponselnya sudah direbut oleh Yuni yang tiba-tiba menerjang ke arahnya, "Kamu....." dia membelalakkan kedua matanya yang besar dan menatap Yuni dengan tatapan tidak percaya, "Kembalikan ponselku, apa yang kamu lakukan?!"

Yuni pernah menerima pelatihan secara khusus, gerakannya sangat cepat, satu tangannya mencengkeram pergelangan tangan Laras, tangannya yang lain menutup mulutnya dan menekannya ke atas sofa, selama prosesnya itu, dia tidak membuat siapapun curiga.

Laras tiba-tiba saja ditahan tanpa alasan, dia memelototi Yuni dengan kedua matanya yang besar.

Yuni berkata dengan suara pelan : "Maafkan aku kakak ipar, aku juga tidak ada cara lain, aku jamin akan memberikanmu sebuah penjelasan yang masuk akal, kamu tahan dulu sebentar oke?"

Laras bukan orang yang bisa diperlakukan seperti itu, dia pernah sendirian melawan belasan pemuda, dia berjuang untuk membebaskan dirinya dari kekangan Yuni, mulutnya terus mengeluarkan suara perlawanan "Emmhh emmhh emmhh"

Kedai minuman itu cukup sepi, jika terus seperti ini, takutnya akan menarik perhatian orang lain, jadi Yuni langsung mengayunkan tangannya dan memukul belakang kepala Laras, membuat Laras pingsan saat itu juga.

"Kakak ipar, maafkan aku, aku juga tidak ada cara lain lagi." hati Yuni juga sangat kalut.

Dia menarik Laras yang sudah dibuat pingsan untuk duduk dan membuatnya bersandar di pundaknya, berpura-pura membuatnya terlihat seperti sedang tertidur karena mabuk.

Lalu dia menoleh melihat sekelilingnya bagaikan tidak terjadi apa-apa, sandaran sofa sangat tinggi, setiap sekat yang menghalangi satu tempat duduk dengan yang lainnya bagaikan memiliki tempat duduk VIP masing-masing, jadi tidak ada yang memperhatikan apa yang sudah terjadi kepada mereka di sini.

Dia menoleh dan menatap ke belakang dengan hati-hati, kebetulan sekali, Nimo juga sedang melihat ke arahnya, jadi mereka berdua tanpa sengaja saling bertatapan.

Yuni merasa gugup, tatapan mata di bawah topeng kulit manusia itu terlihat dingin, kejam dan ganas, membuatnya yang melihatnya merasa gemetar.

Gavin meminum birnya perlahan-lahan dan terus mengobrol dengan tuan black bagaikan tidak terjadi apapun.

Pada saat ini, sebuah mobil polisi tiba-tiba berhenti di depan pintu kedai minuman, bola mata tuan black tiba-tiba menegang, tangan kanannya secara refleks memegang senjata yang diikatkan di pinggangnya, lalu menyumpah pelan, "Sialan, dia kemari untuk cari mati?"

"Siapa?" Nimo tampak bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, tatapan matanya terlihat ketakutan.

Tuan black menunjuk dengan dagunya lalu berkata dengan tenang : "Kenapa kamu panik, tenang dulu."

Nimo melihat ke arah sana dan semakin merasa takut, dia hampir sedang memohon kepada tuan black : "Kenapa polisi bisa datang kemari, apakah datang untuk menangkapku? Aku sudah bilang bukan kalau kita tidak boleh pergi ke tempat yang begitu ramai seperti ini, sekarang bagaimana, kita kabur dari pintu belakang saja."

"Lihat dirimu yang ketakutan sampai seperti itu, biasanya kamu terlihat cukup tenang, kenapa begitu bertemu dengan polisi kamu langsung berubah menjadi pengecut?"

"........" Nimo merasa cemas dan takut, dia sudah siap untuk kabur lewat pintu belakang.

Mobil polisi berhenti, lalu turunlah beberapa pria yang mengenakan seragam kepolisian, mereka melihat sembarangan ke sekeliling tempat terlebih dahulu, kemudian mereka berpencar menjadi 2 kelompok, yang satu ke ke kanan dan yang satu lagi ke kiri.

Tuan black menghela nafas lega dan berkata : "Sepertinya hanya datang untuk berpatroli."

Nimo melihatnya, sepertinya begitu, barulah dia menjadi tenang kembali, dia berkata datar : "Memang tetap tuan black yang lebih pintar, aku salut padamu."

"Namun tidak baik terlalu lama berada di tempat ini, lebih baik kita cepat pergi."

"Baik." itu juga yang diinginkan oleh Nimo.

Saat meninggalkan tempat duduknya, selagi Nimo sedang memeluk Jenny (menyamar), dia menggunakan ekor matanya untuk melirik orang yang duduk di sampingnya, dia melihat Yuni bertopang dagu dan mengalihkan tatapannya sambil duduk memunggungi mereka, sedangkan di sebelahnya ada seorang gadis yang duduk bersandar di pundaknya.

Firasatnya mengatakan kalau orang itu adalah Laras.

Polisi mencari ke semua tempat namun tetap tidak menemukan siapapun, kemudian mereka menelepon kembali, Yuni mengangkatnya dan berkata : "Maafkan aku paman polisi, aku sudah salah lihat."

"Nona Laras, anda ini sedang membuat laporan palsu, akibatnya sangat serius, anda tahu tidak?"

"Maafkan aku, maafkan aku, aku benar-benar sudah salah lihat, maafkan aku."

"Benar-benar sembarangan!" polisi segera menutup teleponnya dengan marah.

Yuni menghela nafas lega, namun saat dia melihat Laras yang pingsan, dia merasa sangat panik dan bingung, dia segera menelepon Damar, "Halo, kak....."

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu