Cinta Pada Istri Urakan - Bab 333 Kamu Adalah Seorang Anak yang Pengertian

“tante, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”

Marsel terlihat seperti memiliki banyak hal untuk disampaikan: “Rendra adalah anak dan cucu pertama keluarga Pradipta, masa depannya cerah, istrinya nanti juga harus memiliki kedudukan yang sejajar dengannya. Sudah pasti, keluarga Pradipta yang sekarang sudah tidak tertutup seperti dulu, tidak mengutamakan mencari pasangan sepadan, tapi, meski pihak wanita tidak memiliki latar belakang keluarga yang mencolok, tapi juga tidak boleh yang memiliki cela, bagaimana menurutmu?”

Manda menatapnya, ternyata, ini maksudnya, “Tante, aku ingin bertanya …… ini adalah maksudmu, atau maksud bibi?”

“Aku tidak begitu suka ikut campur, ia adalah Kakakku, jadi barulah aku rela menjadi orang yang jahat. Manda, aku menanyakanmu dengan posisi sebagai orang luar, apa yang bisa kamu lakukan untuk Rendra? JIka tidak bisa membantunya, bukankah kamu menghambatnya?”

“……” Manda membuka mulutnya beberapa kali, tapi tidak mengatakan apa-apa.

“Manda, bibimu dan aku tahu bahwa kamu adalah anak yang baik, masalah Ayah asuhmu dan artis perempuan itu tidak ada hubungannya denganmu, kamu terjebak di antara Tanu dan Maira pastinya adalah salah sangka, juga kemunculanmu, kamu sendiri juga tidak bisa memastikannya, jadi semua ini bukan salahmu, jika ingin menyalahkan, hanya bisa menyalahkan takdir.”

Meski Marsel mengatakan tidak menyalahkannya, tapi setiap poin yang ia ungkit, semuanya adalah noda dari dirinya.

Ia sedang memperingatkannya, Manda tidak pantas untuk Rendra.

“Rendra anak dengan pikiran tegas ini, kalau bukan tidak membicarakan hubungan, maka sekalinya berhubungan, ia akan terhanyut 100 persen. Dilihat dari sosoknya, kamu bertemu dengan hal seperti ini, tidak mungkin ia putus denganmu. Jika kamu benar-benar mencintainya, seharusnya kamu banyak berpikir untuk dia.”

“Kami tahu sekarang kamu tidak mempunyai sandaran, juga tidak ada pemasukan, jadi di sini ……” Marsel mengambil sebuah cek yang sudah disiapkan terlebih dahulu dari dalam tasnya, berbicara, “Ini adalah sedikit kebaikan hati dari Paman dan bibimu, kita berharap kamu bisa dengan sendirinya berinisiatif meninggalkan Rendra. Di sini aku juga memohon padamu, berharap kamu bisa memahami kekhawatiran mereka sebagai orang tua, juga, berharap kamu tidak akan mengadukan masalah hari ini kepada Rendra.”

Drama yang sangat kuno, rayuan yang sangat menusuk hati, kenyataan yang sangat pahit.

Ucapan Marsel terdengar tenang, tapi kalimat manalah yang tidak sedang membahasnya?

Sedangkan ia, lagi-lagi tidak ada perlawanan.

“Bibi, tidak usah dilanjutkan lagi, aku mengerti.”

Marsel menyodorkan cek itu, “Baiklah, kalau begitu kamu terima ini, uang ini cukup hingga kamu lulus kuliah, lalu sedikit modal untuk masa awal bekerja.”

Manda menggelengkan kepalanya, langsung menyodorkan cek itu kembali, “Terima kasih, aku tidak bisa mengambil uang ini.”

“Tapi……”

“Beri aku sedikit waktu,” Manda menyelak, “Aku akan meninggalkannya.”

Senyum tipis tampak di wajah Marsel , lalu langsung menggenggam tangan Manda, menggunakan nada bicara yang terdengar menghibur dan sedih: “Anak baik, semoga kamu tidak menyalahkan Paman dan Bibimu, mereka sudah bilang, nantinya jika saja kamu menghadapi kesulitan, bisa mencari mereka untuk bantuan.”

Manda tersenyum pahit, matanya terasa panas, tapi ia menahan air matanya sekuat tenaga.

Demi menghindari malu, Manda berdiri dengan tenang, berkata: “Tante, tiba-tiba aku teringat masih ada urusan di sekolah, kalau begitu aku pamit dahulu.”

“Tidak makan lagi?”

“Tidak, terima kasih.”

“Baiklah, jika kamu memiliki urusan, maka kamu pergilah terlebih dahulu, kamu adalah seorang anak yang pengertian, Tante tulus mendoakan masa depan yang baik untukmu.”

“Terima kasih.”

Begitu keluar dari restoran, angin dingin yang menusuk tulang pun datang, seperti pisau tajam, menggores wajahnya, juga menggores hatinya.

Ia tidak lagi bisa menahan air matanya, pertama kalinya ia begitu mencintai seorang pria, ia menggunakan seluruh kemampuannya mengejar pria ini, ia sempat merasa sangat beruntung mengetahui dirinya mendapatkan Rendra.

Tapi, keberuntungannya terlalu cepat, pada akhirnya ia harus melepaskannya.

Pertama kali bertemu dengannya, Manda sedang menggantungkan nyawanya pada sebuah tali panjat tebing, Rendra seperti pangeran yang tidak memiliki kelemahan yang menolongnya turun, saat itu ia pun jatuh cinta, cinta pada pandangan pertama terhadap Rendra.

Di dalam lubang dalam Gunung Sumbing, kedatangannya membuat Manda memiliki harapan ditengah kepasrahannya.

Setelah kericuhan di turunan gunung, keduanya melalui cobaan antara hidup dan mati, saling mendukung, melindungi, membiarkan Manda benar-benar jatuh cinta padanya.

Sejak mengetahui orang tuanya bukanlah orang tua kandung, tiba-tiba ia menjadi orang ketiga di antara Kakak perempuan dan Kakak iparnya, lalu memutuskan hubungannya dengan keluarga Atmaja, ia merasa kehilangan semuanya dalam sesaat.

Kehilangan orang tua, kehilangan keluarga, juga kehilangan Rendra……

Di dalam restoran, Alexa berlama-lama di dalam kamar mandi, melihat Marsel duduk sendirian di sana, ia bertanya, “Di mana Manda?”

“Sudah pergi.”

“Bagaimana kamu mengatakannya?”

“Aku langsung saja mengatakannya, ia juga memahaminya dengan jelas.”

Diam-diam hati Alexa merasa tidak tenang, “Jika Rendra tahu, ia akan melawanku.”

Marsel berkata menghibur: “Kak, aku sudah memberitahunya untuk tidak mengadu pada Rendra, kurasa ia cukup mengerti keadaan, kamu tidak perlu terlalu khawatir.”

Alexa mengangguk, menghela napas, “Hah, sebenarnya aku cukup menyukai anak ini, hanya saja hubungannya dengan keluarga Atmaja terlalu kompleks, sekarang juga memiliki sangkut paut dengan keluarga Dibyo, aku benar-benar khawatir Rendra akan terluka.”

Marsel : “Iya kan, untung belum lama mereka bersama, lebih mudah untuk menyelesaikannya.”

Alexa: “Semoga Rendra bisa memahami kekhawatiranku dan Ayahnya.”

Setelah kembali ke asrama, Manda langsung menyembunyikan kepalanya ke dalam bantal, ia tidak ingin orang lain melihatnya menangis dengan tragis.

Tidak lama, ponsel di bawah bantalnya bergetar, begitu melihatnya, air matanya langsung mengalir, adalah telepon dari Rendra.

Mengangkatnya, atau tidak mengangkatnya?

Ketika masih ragu, telepon terputus, langsung terlihat kesedihan di matanya.

Dengan cepat, telepon masuk kembali, begitu tangannya bergetar, ia langsung menjawabnya.

Ia langsung membuka lebar matanya, dan menutup mulutnya.

“Halo, Manda, di mana kamu?”

Manda takut Rendra mendengarnya, ia tidak berani mengeluarkan suara.

“Halo? Halo?”

“Hm.” Jawabnya lirih.

“Masih bersama ibuku?”

“Tidak.” Ia berusaha membuat suaranya terdengar santai, “Aku sudah di asrama.”

“O, bagaimana pertemuan dengan ibuku? Adakah ia kurang bersahabat?”

“Hehe, hm.”

Rendra mendengar suaranya yang kurang baik, ia bertanya: “Ada apa denganmu? Flu?”

“Tidak, aku sedang tidur.”

“Mengapa tidur sekarang, tidak enak badan?”

“Tidak tidak, jangan membahasku, bahas tentang dirimu, bagaimana rapatmu?”

Rendra menghela napas, “Iya, setelah rapat seharian, pinggangku sakit karena duduk, ayo makan malam bersama, sekarang aku datang menjemputmu.”

“Tidak usah, aku …… aku masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.”

“Ada apa denganmu? Mengapa hari ini aneh? Apakah Ibuku menyulitkanmu?”

“Tidak, bibi sangat baik.”

“Ia hanya saja cerewet, selalu khawatir, percaya padaku, jika ia menanyakanmu juga karena ia mengkhawatirkanmu, perhatian padamu, tidak ada maksud jahat.”

“Hm, aku tahu, bibi sangat baik, mengobrol dengannya begitu rileks.”

“Baiklah kalau begitu, apakah kamu benar tidak mau keluar?”

“Hm, pekerjaan rumahku cukup terburu-buru, besok harus dikumpulkan.”

Rendra berkata dengan kecewa: “Baiklah, baik-baiklah merawat dirimu, telepon aku jika ada masalah, aku akan selalu menemanimu.”

Manda di sini sudah dipenuhi air mata, air matanya terus menetes keluar, bantal dan selimutnya sudah basah, “Ya.”

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu