Cinta Pada Istri Urakan - Bab 302 Seumur Hidup Hanya Cukup Mencintai Satu Orang

“Kalau begitu lain kali lebih sering mengajak kamu pergi bermain keluar, lebih sering mengenal beberapa teman baru, agar terhindar dari drama anak ibu yang asal bicara tidak tahu masalah.”

“.....” Jenderal Gavin yang bijaksana, gosip harus dilawan dengan klarifikasi, bukan asal begitu, oke?

“Tidurlah, aku memelukmu.”

“.....” Kamu yakin seperti ini disebut memelukku, atau ..... aku?

Gavin tiba-tiba berbisik di telinganya dengan emosional “Istriku, terima kasih, aku mencintaimu.”

“Ha?” Sikap seperti ini, pasti ada yang salah.

Tetapi, ini adalah pertama kalinya Jenderal Gavin yang biasanya bersikap dingin dengan inisiatifnya berkata “Terima kasih, aku mencintaimu.” Mendengarnya saja telinganya terasa gatal, hatinya juga terasa gatal.

Apakah kata-kata ini pasti berasal dari mulut Gavin?

Laras agak tidak percaya.

Gavin berkata dengan suara beratnya : “Terima kasih sudah begitu merawat dan melindungi keluarga ini, juga melindungiku.”

“Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan saja.”

“Kalau begitu aku juga melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan juga.”

“Apa?”

“Mencintaimu dengan sungguh-sungguh.”

“.....” Omongannya sungguh seperti seorang yang sudah ahli.

Hari yang sangat penting seperti ini, pastinya adalah “Hari Perayaan” yang paling sulit dilupakan seumur hidupnya.

Keesokan harinya, seorang perawat mengirim surat pemberitahuan keluar rumah sakit lebih awal, meskipun hanya opname 1 hari, tetapi tetap harus mengurus prosedur ini.

Sewaktu perawat itu mengetuk pintu untuk masuk ke kamar, Sonny sudah bangun, dan sudah merapikan kasur dengan rapi.

Terutama dengan selimut yang sudah berbentuk seperti tahu itu, membuat perawat melihatnya dengan terheran-heran.

Sonny baru saja selesai cuci muka, sewaktu keluar dari kamar mandi, mukanya terlihat segar.

Sebuah potongan rambut pendek yang paling sederhana, rambutnya masih sedikit basah, terlihat sangat bersih, badannya sehat dan tegap, seorang laki-laki yang matang pada umumnya, melihatnya membuat muka perawat memerah dan hatinya berdebar.

“Kakak Sonny, ini adalah surat pemberitahuan meninggalkan rumah sakit, kamu hanya perlu pergi mengurusnya ke loket, ada pengembalian uang juga.”

“Baik, terima kasih.”

Gadis kecil yang masih berbaring di kasur itu dengan tak sadar mendengar “Kakak Sonny.” Tiba-tiba langsung terbangun.

Hanya saja muka dia menghadap ke sisi lain, sehingga mereka tidak sadar kalau dia sudah terbangun.

Juga setelah dia terbangun, dengan segera memejamkan matanya lagi, berpura-pura tidur.

Perawat berjalan ke depannya, dengan tangannya menyerahkan surat pemberitahuan ke tangan Sonny, bertanya dengan gembira : “Kak Sonny, kamu kenapa bangun sepagi ini, sekarang baru jam 6, hari masih fajar.”

Sonny tertawa, “Tentara bangunnya lebih pagi.”

“Ooo, benar juga, apakah kalian bangun pagi untuk latihan?”

“Iya.”

“Hehe,” perawat itu tertawa genit, ingin melihat lebih lama kakak yang tampan itu, tetapi juga merasa malu melihatnya, “Apakah kamu penasaran kenapa aku datang sepagi ini?”

Sonny tersenyum dengan aneh, karena bahkan dia tidak penasaran.

“Aku bertugas jaga malam, setelah selesai berjaga aku ingin pulang kerja, maka itu menyempatkan sekarang mengirimkan surat untukmu, untuk menghindari perawat yang bertugas selanjutnya lupa untuk mengirim.”

“Oh, terima kasih.”

“Tidak perlu sungkan... Kak Sonny, bisakah kamu menuliskan nomor teleponmu untukku?”

“...” Eksrepsi Sonny menjadi aneh dan kaku, melihat pandangan gadis yang sangat berharap itu, dia berkata dengan pelan, “Maaf, peraturan kami para tentara tidak memperbolehkan menggunakan HP, maka itu aku tidak punya nomor HP.”

Sebenarnya kemarin malam dia sudah mengerti maksud perawat itu, sewaktu perawat menyuntik Vero sambil mengambil kesempatan berbicara dengannya, juga menanyakan namanya.

Pria itu, seorang laki-laki dewasa, ditanya nama oleh seorang gadis kecil, dia juga tidak bisa tidak memberitahunya kan?

Maka itu, seorang perawat terhadap kakak Sonny, memanggilnya Kak Sonny dengan singkat, dirinya juga tidak bisa mencegahnya.

“Hah? Jaman apa sekarang ini? Tentara masih tidak diperbolehkan menggunakan HP?”

Sonny dengan sabar menjelaskan kepada dia : “Itu harus melihat dari departemen mana, ada beberapa boleh , beberapa tidak boleh.”

“Kalau begitu ketika kamu keluar, bagaimana tentara menghubungimu?”

“Bukankah ini sudah ditentukan waktu keluar dan kembalinya, aku harus kembali di waktu yang sudah ditentukan, jika tidak maka harus menerima hukuman.”

“Ha?” Perawat itu langsung sedih, “Masih seketat ini kah?” Awalnya aku berencana mengajakmu makan juga.

“Hahaha...” Sonny berkata dengan penuh perhatian, “Iya, dalam tentara ada peraturan untuk tentara, setelah aku menyelesaikan tugas harus segera kembali.”

Perawat itu masih tidak putus asa, menunjuk Vero, bertanya : “Tugasmu adalah menjaga Nona Vero kah?”

“Iya.”

“Nona Vero sungguh beruntung, masih ada kakak tentara setampan ini yang menjaga, aku bahkan tidak punya kesempatan untuk memikirkan itu.”

“...” Sonny benar-benar tidak tahu bagaimana menjawabnya, bagaimana gadis muda yang sekarang, berinisiatif untuk menyerang duluan?

Saat ini, ada perawat lain membunyikan bel di luar, perawat itu tidak punya pilihan selain pergi.

Sonny menghembuskan nafas lega, berbisik, “Sial...”

Vero dengan perlahan membuka matanya, sedang bersiap membalikkan tubuh, tiba-tiba pintu kamar terbuka lagi, dengan cepat dia menutup matanya, lanjut berbaring dengan diam.

Sonny terkejut, mukanya penuh keraguan.

Perawat itu dengan tergesa-gesa berlari masuk, dengan muka merah menyelipkan selembar kertas untuknya, “Kak Sonny, ini adalah detail kontakku, ada alamat ada telpon, kalau kamu ada waktu boleh telepon aku, kalau tidak nyaman kita bisa tulis surat, berjanjilah padaku, kita tetap berkomunikasi oke?”

“...” Sialllllllllll.

“Berjanjilah padaku, aku harus pergi, bye-bye” Selesai berbicara, perawat itu langsung pergi dengan gembira.

Sonny menunduk melihat selembar kertas di tangan, di atas tertulis nama perawat, nomor telepon, alamat, di paling bawah masih tertulis sebaris tulisan "Jaman dahulu kereta kuda sangat lambat, surat dikirim sangat jauh, seumur hidup hanya cukup mencintai satu orang."

Hati Sonny dalam keadaan berantakan.

Vero menolehkan kepalanya, mengangkat bagian atas badannya, mengarahkan kepalanya, memfokuskan pandangannya, kebetulan bisa melihat tulisan di atas selembar kertas itu.

Dia berteriak dengan marah memanggil namanya, “Sonny!”

Sonny menolehkan kepalanya, dia pikir dari awal sampai akhir tenang-tenang saja, setelah detik ini tanpa sadar dia merasa bersalah tanpa alasan.

Selembar kertas yang ada ditangan juga diremas menjadi bola kertas.

Vero duduk di atas kasur, menjulurkan tangannya dan meminta, “Kasih aku lihat sebentar.”

“.....”

“Cepat!” Dia tidak sabar.

Sonny berkata dengan pelan :“Buat apa memberimu lihat, ini juga bukan untukmu.”

Vero membuka mulutnya, bibirnya bergetar, “Apa maksudmu?”

“Arti harafiah perkataanku.”

“Baiklah, kamu keterlaluan!” Vero langsung masuk ke dalam selimut, menutupi kepalanya dengan selimut, sedikitpun tidak terlihat.

Permukaan selimut bergetar-getar, sangat jelas dia sedang menangis.

Sonny kebingungan, benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, jika membujuk dia, sekarang dia tidak tahu harus membujuknya dengan apa, jika tidak membujuk, juga tidak bisa melihat dia menangis.

Setelah ragu cukup lama, dia mengumpulkan keberanian untuk bertanya : “Hari ini kamu keluar rumah sakit atau tidak?”

Tidak bersuara.

“Kalau mau keluar nanti mengurus prosedur, kalau tidak mau keluar kamu bisa tinggal, aku harus kembali untuk mengurus masalah di tim-ku.”

Masih tidak bersuara.

“Atau aku memberitahu keluargamu untuk menemanimu.”

Tetap tidak bersuara.

“Kalau begitu kamu mau sarapan atau tidak? Aku pergi belikan.”

Vero tiba-tiba membuka selimut, memelototi dia dengan rambutnya yang berantakan, dia mengumpat : “Aku ingin memakanmu!”

Sonny tanpa ragu menggulungkan lengan bajunya, menutup mulut dia dengan lengannya.

Vero juga tanpa ragu membuka mulut lalu menggigit lengannya.

“...” Sonny menahan nafasnya, menahan rasa sakit, tidak berkata apapun.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu