Cinta Pada Istri Urakan - Bab 297 Dibayar Dengan Nyawa

Gavin dan Aaron sedang berbincang, melihat koridor perlahan-lahan dipenuhi orang, tapi semua orang yang menggunakan bikini, dia juga segan melihat kesana.

Aaron malah sangat welcome, juga mengejek: "kakak kedua, kita mau kesana nonton keramaian?"

Gavin memutar matanya, langsung membalikkan badannya.

Kedua orang ini lanjut membahas rencana mereka, bagaimana agar Tere Liye masuk ke jebakan mereka, tapi dia tidak menyadarinya, kali ini harus direcanakan matang-matang.

Koridor penuh dikelilingi orang-orang, semuanya adalah wanita muda yang cantik.

"Sobek bajunya, aku berani bertaruh, didalam roknya pasti ada menyembunyikan barang lain."

"Siapa yang berani menyentuhku, tanggung sendiri akibat buruknya!"

"......"

Suara marah Laras mengejutkan semua orang, termasuk tuan muda yang berdiri jauh disana.

Dan juga gadis kaya yang mengira bisa menaklukkan Laras lebih ketakutan lagi.

Manusia dipengaruhi oleh sekitarnya, Laras dan Gavin sudah lama bersama, tanpa sadar tubuhnya juga memiliki aura dominan Gavin.

Apalagi, dia memang bukan orang yang lemah.

Mumpung tangan mereka melemah, Laras dengan kuat mendorong mereka.

Dia berdiri di kerumunan orang, dengan bermartabat membela dirinya, "Kalian jangan hanya dengan mulut kalian saja langsung mau menyalahkanku, berbicara dengan bukti adalah hukum adil, hanya dengan mulut tidak ada gunanya, harus dengan bukti juga."

"Yang pertama, aku sama sekali tidak kenal dengan kedua nona ini, aku tidak punya alasan untuk mendorongnya."

"Yang kedua, aku bukan pencuri, aku tidak masuk ke ruangan loker, yang aku masuki itu toilet, bukan ruangan loker."

"Yang ketiga, aku dan suamiku secara resmi diundang kesini, bukan diam-diam masuk untuk mencuri."

"Dan yang terakhir, kalian dengar baik-baik, disini adalah ruangan dalam, kalian menggunakan sandal yang basah masuk, lantai licin baru mudah terpleset, yang tidak bermoral sebenarnya siapa?"

Tapi aura Laras terlalu kuat, penampilannya yag adil dan menakjubkan, nada bicaranya juga sangat jujur, dalam sekejap tidak ada orang yang bisa membantahnya.

Anya yang dipapah di samping sambil menangis berkata: "Aku bukan terjatuh sendiri, aku memang didorong sampai jatuh. Saat itu sebelahku hanya ada kamu, selain kamu ada siapa lagi? Apa ada setan?"

Begitu mendengar Anya berkata seperti itu, Nana semakin sombong, dia tidak bisa membiarkan wanita ini terlepas dari kesalahan, "Kalau kamu bilang tidak terus jadi tidak gitu? He, aku melihat sendiri kamu mendorong dia, kamu saja bilang kita tidak saling kenal, kalau begitu aku ada alasan apa menuduhmu?"

Orang ditempat semuanya adalah teman Anya dan Nana, ada beberapa sahabat, tentu saja membantu mereka.

"Kalau dia memang tidak mengaku, langsung lapor polisi saja."

"Sengaja melukai orang dan mencuri, mencuri saja setidaknya didenda 400 juta rupiah, pasti akan dipenjara."

"Iya, lebih baik semuanya periksa loker kalian ada kehilangan barang tidak, biar kita hukum sekalian."

"Suami apanya, kulihat kamu masi muda, suami dari mana? Berbohong saja tidak pintar, kebohongan yang begitu gampang ketahuan juga berani dipakai."

"Hehe, suami apanya, jangan-jangan suami setan? Suami setannya itu yang mendorong Anya?"

"Aih, sudah, jangan bilang lagi, kaki Anya harus diobati, cepat lapor polisi."

Koridor menjadi sangat ribut, semua orang berbicara, seperti sekelompok lalat yang berdengung, dan Laras tidak tau harus menyerang ke arah mana.

Dia menjijitkan kakinya, tapi dikelilingi kerumunan bahkan angin saja tidak bisa lewat, dia sama sekali tidak bisa melihat Gavin dan Aaron.

Kedua orang ini pergi kemana? Kalau memang di luar harusnya melihat disini ada terjadi sesuatu, jangan-jangan pergi ke tempat lain?

Diluar tempat, orangtua keluarga Bai yang tau kaki anaknya terkilir dengan tergesa-gesa datang.

Mereka juga kebetulan sedang menginap di hotel ini, demi penampilan anak perempuannya besok, mereka sekeluarga datang sehari sebelum acar menginap di sekitar teater nasional.

Melihat Anya terluka dan menangis, teman baiknya Sasa langsung menghubungi orang tua Anya.

Ibu Anya dengan panik berlari didepan, masuk ke tempat kejadian, menerobos kerumunan orang.

"Sayang, sayang, sayangku, kamu dimana?"

Melihat Ibu Anya sudah datang, semua teman-temannya memberi jalan, "Tante, Anya disana, kakinya sudah membengkak."

"Bibi, kebetulan sekali anda datang." Nana maju selangkah, menunjuk Laras dan mengadu: "Dia, dia yang sengaja mendorong Anya, dia pencuri, dia juga mencuri sangat banyak barang kami."

Begitu Ibu Anya mendengar, tidak berbicara apa-apa lagi, menatap Laras dengan marah, mengangkat tangannya mau menampar Laras.

Kali ini Laras ada persiapan, reaksinya sangat cepat, langsung menangkap pergelangan Ibu Anya yang terangkat tinggi, "Tante, aku tidak ada, mereka yang menuduhku, aku sama sekali tidak mengenal anak perempuanmu, aku tidak punya alasan untuk mendorongnya."

Dia kira, senior yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak akan lebih cerdas dan mendengar perkataannya.

Siapa sangka, Ibu Anya dibandingkan dengan kumpulan siluman muda lebih brutal, dan juga lebih keterlaluan.

Ibu Anya bertaya anaknya sendiri, "Sayang, katakan, siapa yang mendorongmu?"

"Dia," Anya menangis semakin kuat, sangat tersentuh teman-temannya dan mamanya yang sedang membelanya, "Ma, dia yang mendorongku, tapi dia tidak mau mengaku......Kakiku sudah terluka begini, besok bagaimana bisa tampil, huhuhuhu......"

Melihat anak perempuannya menangis, hati Ibu Anya sangat sakit, dengan tajam menatap Laras, sangat ingin menelan hidup-hidup orang yang melukai anak perempuannya.

Dia mencoba menampar Laras lagi, tapi tenaga Laras tidak kecil, reaksinya juga sangat cepat, kalau bukan mengelak ya menahannya, sedikitpun tidak ingin dirugikan.

Ibu Anya sangat marah, langsung menelepon adik laki-akinya, "Kamu cepat datang, atap hotel XX, keponakanmu diganggu orang luar sampai terluka."

Orang yang menjawab telepon adalah paman kandung Anya, dan juga kepala kepolisian, "Kenapa hotel XX lagi, tadi ada laporan disana ada orang mencuri, mencuri dan melukai orang."

"Benar, yang terluka itu keponakanmu, kakinya terluka, besok tidak bisa tampil lagi."

"Apa?! Baik, aku segera kesana."

Setelah menutup telepon, Ibu Anya dengan puas memandang Laras, walaupun nada bicaranya tidak semarah tadi, tapi ekspresinya semakin suram, dia berkata: "Kamu akan membayar atas ketidaktahuanmu, aku mau kamu membayar nyawamu atas kaki anak perempuanku!"

Melukai sebelah pergelangan kaki, malah membayarnya dengan nyawa.

Ekspresi Nana tampak sekali sangat ketakutan.

Laras dari awal sangat tenang, karena perbuatan seperti ini mudah dibersihkan, dia tidak panik, hanya saja sangat geram karena IQ kumpulan orang disini.

Ayah Anya juga datang bersama Ibu Anya, hanya saja Ibu Anya berjalan didepan, Ayah Anya ikut dari belakang.

Begitu dia masuk ke tempat acara, langsung melihat Aaron, kesempatan langka, dia tidak banyak pikir langsung kesana menyapanya.

"Presdir Aaron, sangat senang bisa bertemu dengan anda, saya Febian Kim, penanggung jawab perusahaan teknologi Kimbab, kita bertemu sekali di pertemuan bisnis kemarin."

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu