Cinta Pada Istri Urakan - Bab 380 Matahari Yang Terbenam Di Atas Laut

Gavin melepaskan jaketnya, kasa putih yang terdapat di bahunya pun kelihatan, tepat di selangkanya, kasa putih telah dinodai obat luka, masih bisa terlihat sedikit darah.

Anis membuka kasa dengan perlahan-lahan, membuka lapis demi lapis dengan hati-hati, sambil mengingatkannya dari masa ke masa: “Bos, beberapa hari ini tetap sama, jangan sampai menyentuh lukanya.”

Dia menatap Laras, dan mengingatkannya secara khusus, “Kakak Ipar lebih baik tidur di sebelah kanan Bos, agar tidak tersentuh lukanya.”

“Baik.”

“Bos kali ini cuma keberuntungan diantara kemalangan, untung saja tidak terkena arteri di bahu, kalau tidak habislah.”

Gavin memotong kata-katanya: “Sok tahu!”

Anis hanya bisa menutup mulutnya dan terdiam.

Laras malah sangat khawatir, dan bertanya: “Kalau begitu, berapa lama keadaannya bisa membaik?”

Anis: “Beristirahatlah selama seminggu sesuai perintahku, dijamin tidak masalah, beberapa hari ini harus menyusahkan Kakak ipar untuk menjaga Bos, jangan biarkan dia keluar tanpa sepengetahuan dan bergerak.”

Laras memeluk pinggang Gavin, seperti ingin mengumumkan sesuatu, “Baik, aku pasti akan memperhatikannya.”

Gavin: “…”

Lapisan terakhir kasa pun sudah dibuka, Gavin memejamkan erat kedua matanya, Laras menyadari tangannya yang basah dan licin, ternyata Gavin sedang berkeringat. Di atas otot yang padat dan kuat tersebut, sudah terkumpul banyak butiran keringat.

“Sakit tidak?” bahkan dia pun merasa sangat sakit hati.

“Tidak sakit.” Gavin berkata sambil tersenyum, tetapi matanya masih tertutup rapat.

Anis tidak lagi berbicara, dia dengan teliti dan fokus mengurus luka tembakan tersebut, jika tidak diurus dengan baik akan terjadi infeksi, atau menyebabkan otot selangkanya berongga, jadi, dia sama sekali tidak berani lengah.

Laras melihat sendiri kasa putih yang terhubung pada daging, yang bersama-sama dipotong, masih ada beberapa daging yang sudah membusuk.

Luka itu tembus dari depan hingga belakang, jika melihat dengan seksama, tulang pun terlihat, dia melihat dengan jarak dekat, dapat terlihat daging dan darah yang segar, juga helaian tulang putih.

Lubang tersebung tidak besar, tapi dalam, dan harus di bersihkan dengan didisinfeksi dahulu, sebelum diolesi obat.

Hanya dengan melihat, Laras seakan-akan merasakan sakitnya.

Gavin mengulurkan tangan kanannya untuk menghalangi pandangannya, “Jangan dilihat lagi.”

“Aduh kamu jangan sembarangan gerak.” Laras terkejut hingga suaranya gemetaran, segera memegang erat tangan kanannya, memastikan dia tidak bergerak.

Gerakan Anis lembut namun cepat, dalam belasan menit, lukannya sudah terurusi, “Bos, bagaimana rasanya?”

Gavin mengangguk kepalanya dengan setuju, “Lumayan.”

“Selanjutnya tidak usah mengganti obat setiap hari, ganti dua hari sekali, konsumsilah obat anti inflamasi tepat waktu, jangan menggerakkan lengan kirinya.”

“Bising.”

Anis membereskan kotak obat, lalu berpamitan kepada mereka, “Sudah selesai, Kakak ipar, kamu sudah capek sampai ke sini jauh-jauh, beristirahatlah.”

Laras: “Iya, terima kasih Pak Anis.”

“Jangan sungkan.”

Anis sudah pergi jauh, sekalian membawa pergi kasa putih yang sudah diganti, di dalam ruangan hanya tertinggal sepasang suami istri ini.

Laras menggoyang-goyangkan ketel, “Ada air, apakah kamu ingin minum obat sekarang?”

“Iya.”

Laras mengeluarkan sebuah gelas, menuangkan segelas air, lalu mengeluarkan obat dan meletakkannya di telapak tangan Gavin, “Airnya tidak panas, minumlah.”

Gavin menikmati perawatannya, dan mematuhi dia mengonsumsi obat tersebut.

“Mau aku bantu pakaikan pakaianmu?”

“Ambilkan pakaianku di lemari baju.”

“Baik.”

Laras berjalan ke depan lemari baju dan membukanya, lemarinya tidak besar, namun sangat rapi. T-shirt, baju dan jaketnya digantung dengan rapi. Kaos dalam, kaos kaki dan celana dalam yang sudah dilipat tertata rapi di atas rak kecil, sepatu tentaranya diletakkan di paling bawah, bahkan sol sepatunya bersih.

Awalnya dia mengira lemari baju di rumah sudah terlalu rapi, tidak disangka hingga lemari baju di ruangan pasukan pun, lebih rapi lagi.

Dibandingkan dengannya, Laras benar-benar sangat berantakan.

Dia tidak berbicara, mengambil sebuah kaos tidak berlengan, dengan hati-hati membantu Gavin memakaikannya.

Dia memakai baju olahraga berwarna merah mawar saat dia datang, itupun pakaian musim dingin, suhu di sini malah mencapai dua hingga tiga puluh derajat sepanjang tahun. Pakaian dia dan Gavin benar-benar berasal dari dua musim.

“Apakah kamu tidak merasa kepanasan?”

“Haha, tentu saja panas, tapi sekarang kan tidak ada waktu untuk mengganti pakaian? Aku sudah membawa baju, sebentar lagi akan ganti.”

“Tadi kamu tidur, tubuhmu berkeringat, tetapi aku tidak berani menyenggolmu, takut membangunkanmu, tapi akhirnya kamu terbangun juga.”

“Tidak apa-apa, aku sudah merasa lebih baik, jika aku tertidur lagi, malam ini malah tidak bisa tidur.”

Gavin menarik tangannya, tidak dapat mengatakan perasaannya, “Terima kasih sudah datang.”

“Haha, tidak masalah, asalkan kamu selamat.”

Gavin menariknya untuk duduk di pangkuannya, memeluknya dengan satu tangan, memiringkan kepala untuk bersandar di bahunya, “Aku sepertinya…sedikit merasa takut… kalau saja saat itu tidak menghindar, benar-benar ditembak terkena dada, bagaimana ya…”

Laras juga memeluknya, “Iya, aku juga tidak berani membayangkannya.”

“Tuhan sangat memberkatiku, membiarkanku menghindarinya.” Pikiran Gavin saat itu adalah, betapa baiknya kalau Jino juga berhasil menghindari hal seperti itu.

Setelah mencurahkan isi hatinya, terdengar suara peluit untuk berkumpul di luar, menandakan waktu untuk makan di kantin.

Saat ini, Laras baru sadar bahwa sudah sore, melalui jendela, dia melihat di atas permukaan laut yang biru, matahari yang berwarna merah perlahan-lahan mendekati horizon.

Dia tidak pernah melihat pemandangan menakjubkan seperti ini.

“Wah, matahari yang terbenam di atas laut, terlalu indah.”

Tiba-tiba Gavin berkata: “Cepat ganti pakaianmu, aku akan membawamu ke atap untuk melihatnya.”

“Baik.”

Di atap ruangan, sosok tubuh Gavin yang tinggi besar meninggalkan bayangan yang panjang dan miring, Laras berdiri di sebelahnya dengan mengenakan rok biru bermotif bunga, kedua tangan di belakang, rambut dilepas, kelihatan sangat mungil.

Angin laut berhembus pelan, meniup rambutnya, juga meniup roknya, di bawah sinar kuning keemasan, tidak lagi terlihat wajahnya yang sedih, muka yang muda tersebut terlihat sangat menyentuh.

“Wah, aku sudah mau mabuk, bagaimana bisa seindah ini.” Dia ingin merekap masa yang menakjubkan ini, tetapi sadar bahwa pemandangan di dalam layar HPnya tidak sebanding dengan pemandangan asli tersebut, dia tidak ingin melewatkan pemandangan yang hebat dan nyata ini.

“Aku bantu kamu foto.” Gavin langsung mengambil HPnya, menghadapkan ke laut dan mengambil gambar.

Matahari yang berapi tersebut, dengan pelan tenggelam, horizon yang awalnya lurus, lama-lama membengkok, lalu tiba-tiba, bola api itu seperti sudah melompat masuk ke laut besar, dengan setengahnya tersisa di dalam laut.

Permukaan laut terlihat datar, selapis biru azure, warnanya sama dengan langit yang tidak berawan itu.

Matahari terbenam secara perlahan, akhirnya tenggelam di tengah laut, tetapi langit dan permukaan laut masih terlihat terang, langit dan laut sewarna, tidak dapat dibedakan.

Di bawah ada tentara yang berteriak, “Ketua, Kakak ipar, sudah waktunya makan.”

Gavin melambaikan tangannya, “Segara datang.”

Para tentara berjalan di bawah, menghadap ke atap, pemandangan ini sungguh bagus, sungguh membuat orang merasa iri.

“Melihat Ketua dan Kakak ipar berdiri di sana, alangkah baiknya, aku juga merindukan pacarku.”

“Rindu itu bagus, lain kali pulang rumah berjuanglah untuk menjadikannya istrimu.”

“Lain kali pulang rumah, aku pun tidak tahu kapan itu.”

……

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu