Cinta Pada Istri Urakan - Bab 620 Kamu Jangan Mempersulitku Lagi

Ali menepikan mobil dijalan, polisi lalu lintas tiba, mereka lalu membuat rekapan.

Polisi melihat CCTV, mobil Tasya memang tidak menabrak orang, seorang nenek tua sendiri mengarahkan dirinya ke mobil untuk ditabrak, lalu jatuh di tanah.

Jika bukan melihatnya sendiri, Tasya tidak berani percaya akan adanya kejadian seperti ini.

Polisi memulai penangkapan perkumpulan orang tersebut di seluruh kota.

Ali melihat waktu, terpikir semobil barang ekspedisi yang belum terkirim, hati sangat gelisah, "Nona besar, kamu bisa sendiri mengendarai mobil pulang rumah ? Apakah ingin memanggil Pak Liu kemari ?"

"Kamu tidak pulang denganku ?"

"Aku,, aku sudah mengundurkan diri dengan Pak Rope."

"Kalau begitu apakah kamu ada beritahu kepadaku ?"

"... "

"Aku tidak menerima, kamu tidak boleh pergi."

"Jangan main lagi, aku sudah menemukan pekerjaan baru."

Tasya berencana untuk bertanya dengan jelas, "Pekerjaan apa ?"

Ali menunjuk mobil yang parkir tidak jauh di belakang, "Ekspedisi."

Tasya tidak percaya melihat ke arah situ, hanya sebuah mobil kotak yang penuh ditempel dengan iklan ekspedisi, dia langsung menunjukkan pandangan yang mengejek, "Bagaimanapun kamu adalah pengawal kediaman Rope, pergi menjadi ekspedisi ? Apakah ekspedisi lebih kaya dibanding menjadi pengawal dirumahku ?"

"Ini bukan masalah uang."

"Kalau begitu masalah apa ?" Tasya melihatnya, tidak memperbolehkannya untuk berlari, "Masalah kamu, apakah aku ?"

".. "

Ali yang terdiam membuat Tasya merasakan sakit hati, sangat aneh, terlalu aneh, Aaron juga tidak pernah membuatnya merasakan perasaan ini.

Dia menahan air mata, tenggorokan tersedak, lalu bertanya : "Mengapa kamu harus pergi, mengapa, mengapa ? Bukannya kamu berkata, berkata akan bertanggung jawab ?"

Ali menjelaskan : "Aku berkata aku akan menanggung semua kesalahanku, tetapi tidak berkata akan bertanggung jawab."

Tasya terdiam.

"Nona besar kamu ingin aku bagaimana bertanggung jawab ?" Ali menanyanya kembali, "Pergi ke depan Pak Rope meminta maaf, lalu berkata ingin bertanggung jawab terhadapmu, ingin menikahimu ? Apakah mungkin ?"

Tasya terdiam melihatnya.

"Nona Besar, Jangankan Pak Rope, kamu sendiri, juga tidak akan menyetujuinya bukan ? Kamu akan menyetujuinya kah ?"

Tasya tidak pernah berpikir pertanyaan ini, dia hanya mengetahui bahwa diri sendiri harus menikah dengan Aaron, Yang dia ingin nikah adalah pria yang sukses dan sempurna.

"Jadi, aku masih ada hak untuk bertanggungjawab kah ? Jika kejadian ini suatu saat terbongkar, aku akan menanggung semua kesalahan, tetapi jika aku masih berada di kediaman Rope, suatu saat pasti akan terbongkar, apakah kamu pernah berpikir hari itu ?"

Tasya membuka mulut, tetapi tidak dapat berkata apapun, selama ini Ali cara berkata sangat singkat, dan menusuk.

"Tidak perlu membahas orang lain, bahaslah orang disekitarmu, tunanganmu Aaron jika mengetahui kejadian ini, kamu merasa dia akan bagaimana ? Dan orangtuamu, kamu berpikir bagaimana mereka ? Nama baikmu tidak mau lagi ? Kamu masih ingin menikah dengan Aaron ?"

Tasya dipertanyakan sehingga merasa otak seperti akan meledak, " Jangan berkata lagi."

"Nona Besar, aku pergi adalah pilihan yang terbaik, terhadap kamu dan aku pun baik, aku dibanding semuanya, tidak menginginkanmu terluka." suara Ali sangat pelan, tetapi sangat berisi, dia menggunakan caranya untuk mengungkap perasaan terhadapnya, dia selalu menyembunyikan dan merasa rendah didepannya untuk menyukainya, diam-diam, tidak mengharap balasan.

Tasya melihat dia yang bersikeras ingin pergi, menguji dan berkata dengan pelan : "Hari ini tujuanku adalah datang mencarimu, apakah kamu tidak ingin pulang denganku ?"

Ali menggelengkan kepala, "Nona besar, kamu jangan mempersulitku lagi, aku masih perlu kerja."

Tasya merasakan sedikit pahit, lalu melihat kearah mobil kotak, dan bertanya : "Hari ini kamu hanya kebetulan berpapasan denganku ditengah mengirim barang ?"

"Iya, kebetulan."

Tasya menghirup nafas dengan dalam, dia hampir saja mengira Ali selalu diam-diam menjaganya.

"Tetapi tidak ada kamu, aku sangat tidak terbiasa."

"Tidak terbiasa juga harus terbiasa, kedepannya, akan ada suamimu yang menjaga kamu."

"Bukankah aku sekarang belum ada suami ?"

"Tidak lama lagi akan ada, bukankah kamu selalu menyukai Aaron, sudah akan terkabul, aku mendoakan kalian selalu saling mencintai, cepat memiliki anak, saling mencintai seumur hidup."

Tasya tidak lagi berkata, ujung hatinya sangat sakit.

"Aku benar harus pergi sekarang, waktuku sudah tertunda lama."

"Bisa tinggalkan no hp ? Bagaimana jika aku ada urusan mencarimu ?"

Ali berbicara dengan biasa : "No hp yang lama masih dipakai, hanya saja tidak selalu dibawa, mengganti no hp hanya untuk kemudahan dalam pekerjaan."

"Kalau begitu apakah untuk kedepannya bisa membawanya ?"

"Boleh."

"Baik, Kalau begitu kamu pergi saja, aku bisa mengendarai mobil pulang."

"Atau tidak menyuruh Pak Liu datang saja ? Kamu masih pemula ?"

"Aku yang membawa sendiri, ataupun kamu yang mengantarku."

Ali dengan pasrah menghela nafas, mengingatkan dan berkata : "Kalau begitu kamu membawanya dengan pelan, berhati-hati."

Ali memalingkan badan melangkah kedepan, Tasya melihat punggungnya, sambil melihat, air mata memenuhi dengan mata.

Dia dengan jauh melihat Ali menaiki mobil kotak, sambil menelpon sambil mengendarainya pergi.

Dulu, meskipun dia mengantarnya kemana saja, dia akan melihat dia masuk ke dalam dengan aman, baru pergi.

Hp nya selalu terbuka 24 jam deminya, hp juga diletakkan di bawah bantal ketika tidur.

Tetapi sekarang, dia melihatnya pergi, hati sangat tidak enak, dia tidak mengetahui apakah dia juga pernah merasakan perasaan ini.

Tidak mengetahui sudah berlalu berapa lama, hp berbunyi, dia melihat, Aswina menelponnya.

Dia menghirup nafas, mengontrol suasana hati, lalu mengangkat telpon, "Halo, bibi ?"

"Ya, Tasya, apakah kamu sekarang lagi ada urusan ? datang kerumah bibi ya ? Barusan aku bertanya kepada Aaron, dia hari ini tidak lembur."

"Baik, aku sudah lama tidak bertemu dengannya."

"Iya, Jadi kamu cepat datang, anakku dalam masalah hubungan sedikit tidak terbuka, kamu jangan pikirkan ya."

"Tidak masalah bibi, aku mengetahuinya, aku menyukai pria yang sukses di pekerjaan, sepertinya."

"Baik, baik, kutunggu ya."

"Ehm."

Tasya menyembunyikan suasana hati yang buruk, bagaimanapun, Ali bukanlah calon suami yang baik untuknya, dia tidak seharusnya demi pengunduran diri Ali sedih.

Sehingga, dia mengendarai mobil menuju ke kediaman Pradipta.

Ketika sore, Aaron pulang kerja kerumah, memasuki pintu rumah, dia tiba-tiba memiliki rasa ingin kembali lembur keperusahaan, karena dia melihat mobil Tasya diparkir dirumahnya.

Tetapi ketika dia ingin memutarkan mobilnya, Tasya keluar, berdiri didepan villanya melambaikan tangannya.

"Aaron, Aaron."

Hatinya mengeluarkan sedikit rasa menolak, mengerutkan kening.

Dia sudah lembur selama sebulan, minggu juga tidak libur, bawahannya sudah dianiayai seperti seekor panda, dia sendiri juga sedikit tidak bisa bertahan, jadi hari ini baru saja beristirahat.

Dia melakukan ini, supaya tidak berpapasan dengan Tasya, tidak terpikir, dia hanya beristirahat, dia langsung kerumah.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu