Cinta Pada Istri Urakan - Bab 692 Mencari Tahu Kabar Lana Atmaja

Setelah makan malam, Romo dan Laras pergi bersama, Nana Bobi setelah makan akan tidur siang, Laras harus membawa mereka pulang untuk tidur siang, agar Eli dan kedua orang tua juga bisa istirahat sejenak.

Di perjalanan, Laras langsung bertanya terus terang: “Pa, kamu diam-diam melakukan banyak hal demi mamaku, kenapa tidak membiarkanku mengatakannya? Kamu pikir novel ya, visi tuhan, kamu diam-diam berkorban dia akan selalu bisa merasakannya, tapi kenyataannya, kamu tidak mengatakannya, selamanya dia tidak akan tahu.”

Romo sedikit melototi putrinya, “Kamu mengerti apa, di hati mamamu tidak nyaman.”

Laras tertegun, tentu saja dia tahu mama tidaklah mudah, selama bertahun-tahun terus berjuang melawan depresi, tetapi, mendengar kata-kata ini keluar dari mulut papa, dia tetap merasa cukup terkejut.

“ Rihana dan dia sudah berteman selama bertahun-tahun, waktu mengenalnya jauh lebih lama dibandingkan aku, beberapa tahun ini mamamu bisa bertahan melewati depresi, jasa Rihana paling besar. Morales Jin adalah cinta pertama mamamu, dulu aku sudah tahu ada dia, perasaanku pada mamamu aku merasa malu tidak bisa dibandingkan dengannya, hati manusia dari daging, mamamu bisa menikah dengannya, dan tinggal bersamanya selama bertahun-tahun dengan harmonis, dalam hati mamamu juga pasti ada dia. Tetapi, Morales Jin malah membunuh tante Rihana -mu, ini lebih menyakitkan, dibandingkan langsung membunuhnya sendiri.

“Mamamu adalah orang yang keras kepala, masalah yang sudah dipastikannya sendiri, maka tidak akan ragu melakukannya dan tidak akan mundur, pada waktu itu seperti ini, sekarang juga seperti ini. Tapi mamamu adalah orang yang berhati lembut dan baik, dia pasti tidak akan melakukan hal buruk pada Morales Jin di saat dia sedang terpuruk begini. Setelah mamamu sadar hingga sekarang masih belum mengajukan perceraian, ini adalah bukti yang paling baik.”

“Aku pikir, mamamu juga mempertimbangkanku, bagaimanapun dia masih berada dalam status menikah, jika terlalu dekat denganku, dan dimanfaatkan oleh orang yang berniat jahat, menfitnah secara berlebihan, itu juga tidak baik untukku. Dengan kondisi penyakit dan sifat mamamu, sementara waktu ini dia tidak akan mau menghadapi semua ini, dia hanya akan menghindar.”

Laras tidak menyela pembicaraan ayahnya, karena dia merasa kata-kata ayahnya sangat masuk akal, pada saat bersamaan juga merasakan pertobatan ayahnya yang sudah terlambat selama bertahun-tahun.

“Pa, jika waktu itu kamu tidak membuat banyak masalah, mama tidak akan mengalami banyak hal buruk sekarang ini, masih perlu ada masalah apa dengan Morales Jin?”

Romo menghela nafas, “Apa gunanya lagi sekarang mengatakan semua ini? ……. orang, jangan pernah membuat kesalahan dalam keputusan penting, kalau tidak, pada akhirnya akan membayar mahal karena kesalahannya.

Ayah dan anak terdiam sejenak, jarang Nana Bobi bisa duduk tenang di dalam mobil, dia berisik juga tidak ribut.

Laras menoleh untuk melihat pemandangan jalan di luar jendela mobil, langit mendung, tidak ada matahari juga tidak ada angin, itu terlihat membosankan, seharusnya sebentar lagi akan hujan.

Mendadak dia terpikir dengan satu hal, menoleh dan bertanya: “Pa, apakah tante Bakri sudah akan keluar dari penjara?”

“Benar, kamu tidak mengatakannya aku malah lupa, mungkin sebentar lagi, aku tidak memperhatikan semua ini, dia dan aku sama sekali tidak ada hubungan lagi.”

Mengungkit Reni Bakri, dia juga merasa menyesal dan menghela nafas, tidak mudah mengakhiri pernikahan ini, juga merelakan harta kekayaan yang sudah dia perjuangkan hampir sepanjang hidupnya, semua properti yang ada di Australia diberikan pada Lana Atmaja, sama saja bercerai tanpa membawa apa-apa.

Lana Atmaja tidak akan berinsiatif menghubunginya, terkadang papa mencarinya, dia sepatah kata “pa” juga tidak akan mengatakannya.

Jelas-jelas adalah korban, jelas-jelas Reni Bakri adalah pelaku yang mencelakai orang lain dan diri sendiri, namun bagi keluarga Bakri, dialah penjahat yang paling buruk dan berdosa besar.

Reni Bakri dan Lana Atmaja adalah dua orang yang paling dekat dengannya dalam dua puluh tahun terakhir, namun, dia hampir saja meninggal di tangan mereka.

Selama bertahun-tahun ini, akhirnya dia mulai menyadari, ketika masih muda, hanya ada Eli, hanya ada istri sendiri, baru bisa benar-benar mencintainya.

Sekarang, dia juga tidak berani mengharapkan apa-apa, apa itu cinta atau tidak cinta, dia tidak ingin membicarakannya, juga tidak pantas mengatakannya, dia hanya berharap bisa diam-diam menemani di sisi Eli, agar dia bisa lebih cepat terlepas dari penyakit, anggap saja menebus semua hal tidak masuk akal yang dilakukannya dalam separuh hidup sebelumnya.

“Lalu bagaimana dengan Lana? Kamu merindukan dia tidak?” Laras bertanya.

Romo terdiam lagi, terdiam lama sekali.

“Rindu pasti rindu, mana ada orang tua yang tidak merindukan anak sendiri, pa, jika kamu merindukannya, maka pergi lihat dia saja, bagaimanapun dia adalah putrimu.”

“Dalam hati papa tahu, kamu tidak perlu urus.”

“Baik.”

Sebenarnya Laras tahu, jika ayah sungguh menyelidikinya, Lana Atmaja juga bisa dihukum dengan komplotan pelaku kejahatan, karena melihat hubungan ayah dan anak, ayah baru tidak mempermasalahkannya, namun, Lana Atmaja malah putus hubungan dengan ayah karena ayah membuat Reni Bakri masuk penjara, mungkin ini yang membuat hati ayah dingin.

Laras diam-diam berpikir, ingin mengetahui kondisi Lana Atmaja akhir-akhir ini juga tidak sulit, Christian dan Yudi Zhang adalah teman sekolah Lana Atmaja, meskipun Christian tidak leluasa bertanya karena identitasnya sebagai mantan pacar, tapi Yudi Zhang pasti bisa berhasil menanyakan keadaannya.

Laras menoleh melihat ayahnya, hanya dalam waktu tiga tahun saja, ayah juga jauh lebih tua, garis-garis halus di sudut mata jauh lebih dalam, rambut di dekat kedua sisi telinga juga jadi putih, bahkan ekspresi di mata juga berubah banyak.

Dia berpikir, tidak peduli bagaimana Lana Atmaja memperlakukan ayah, ayah pasti tidak akan benar-benar menyalahkannya, akan selalu memikirkan dan mengkhawatirkannya.

Ini adalah semacam naluri sebagai orang tua.

Saat ini, dia sungguh merasa sayang sekali pada pria tua ini, separuh hidup terakhirnya selalu demi menebus kesalahan separuh hidup awalnya, alasan dia terus melanjutkan hidupnya adalah demi menebus kesalahan, dia juga tidak berharap ayahnya begini.

Setelah kembali ke kediaman Gavin, Nana Bobi kembali ke kamar masing-masing untuk tidur siang, Laras juga kembali ke kamar untuk istirahat, dia ragu-ragu agak lama, akhirnya tetap menelpon.

Yudi Zhang adalah putra satu-satunya tante Rihana Zhang, terakhir kali dia menelpon Yudi Zhang, untuk memberitahunya kabar mengenai pembunuhan tante Rihana, setelah itu bertemu beberapa kali ketika mengurus masalah tante Rihana, selain itu tidak saling kontak lagi, sekarang tiba-tiba menelponnya, juga agak sembrono.

Telpon tersambung, Laras memegang ponsel, dalam hati sangat gugup.

“Nyonya Pradipta?” Di seberang telpon Yudi Zhang sangat terkejut, “Apakah nyonya Pradipta?”

“Benar, panggil aku Laras sudah bisa.”

“Ada masalah apa kamu mencariku?”

“Maaf aku sedikit sembrono, sudah mengganggumu, apakah sekarang kamu ada waktu luang untuk mengangkat telpon?”

“Tidak ada waktu luang aku juga sudah angkat telponnya, ada masalah apa katakan saja.”

Laras menarik nafas dalam-dalam, dan berkata dengan lembut: “Tidak tahu apakah sekarang kamu masih kontak dengan Lana Atmaja.”

“Lana Atmaja?”

“Benar.”

“Aku dan dia tidak saling kontak lagi, kenapa?”

“Lana Atmaja.……. dia adalah adik tiriku yang beda ibu.”

“Aku tahu.”

“Aku ingin tahu keadaannya saat ini, tapi tidak ingin dia tahu kalau aku sedang menanyakan keadaannya saat ini, apakah kamu paham?”

“Paham.”

“Jadi, apakah kamu bisa membantuku menanyakannya?” Laras sungguh sangat gugup, bagaimanapun tidak akrab dengannya, “Aku tahu permintaan ini sedikit tidak masuk akal, tapi aku tidak bisa menemukan orang lain yang lebih cocok lagi, tidak mungkin minta tolong pada Christian bukan?”

“Uhuk uhuk…… tunggu dulu!”

Laras tertegun, suara batuk tadi, apakah sedang memberi isyarat padanya? Apakah Christian ada di sampingnya? Dia semakin gugup lagi.

Di seberang telpon, sepertinya Yudi Zhang berganti tempat, Laras juga mendengar suara kursi bergesekan dengan lantai.

“Masalah ini aku bisa membantumu, kamu tunggu kabar dariku saja.”

“Baik, terima kasih.”

“Jangan buru-buru berterima kasih, aku juga belum tentu bisa berhasil melakukannya, hubunganku dengan dia sungguh biasa-biasa saja.”

“Tidak apa-apa, tidak peduli kamu bisa mencari tahu atau tidak, aku harus berterima kasih padamu.”

“Kalau begitu kamu tunggu kabarku saja.”

“Baik.”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu