Cinta Pada Istri Urakan - Bab 155 Tidak Periksa Sendiri Aku Tidak Tenang

Itu adalah hari sabtu yang cerah, Laras yang dimanja Gavin sepanjang malam masih tidur.

Tiba-tiba, dia terbangun oleh suara ribut dibawah.

Lalu, Lira naik ke atas mengetuk pintu, "Nyonya muda, kamu sudah bangun belum?"

"Eumh, masuk."

Lira dengan panik masuk ke kamar, berkata: "Nyonya Muda, Nyonya besar sudah datang, juga membawa sangat banyak dokter militer."

Laras bertanya bingung, "Untuk apa membawa dokter militer?"

"Tidak tau, dia memanggilmu cepat turun."

Laras tidak berani menunda, dengan tergesa bangun, "Lira, kamu tolong ambilkan bajuku, aku cuci muka sikat gigi dulu."

"Baik."

Dibawah, Anna sudah sangat tidak sabar, bahkan sedetik pun dia tidak bisa menunggu. Dengan tidak mudah akhirnya bisa mengumpulkan beberapa ahli, dan kebetulan Gavin sedang tidak dirumah, dia harus cepat memastikan suatu hal.

"Dewa, kenapa dia masih belum turun?" Anna memarahi Dewa, "Ini sudah jam berapa masih tidur lagi, macam apa sih? Dia tidak cerdas, kamu juga tidak cerdas ya?"

Dewa membungkukkan badannya, menundukkan kepalanya, "Nyonya, sebenarnya nyonya muda biasanya sekolah juga cepat bangun, hari ini adalah hari Sabtu."

"Jadi kalau hari Sabtu boleh tidak bangun? Modelan seperti apa ini?"

Awalnya Dewa ingin bilang kalau tuan muda yang berpesan semua orang jangan membangunkan nyonya muda, tapi kalau bilang seperti ini takutnya akan membuat nyonya besar lebih marah, jadi Dewa hanya bisa dengan merendah mengaku salah, "Benar, nyonya benar, lain kali kami akan tepat waktu membangunkan nyonya muda."

"Benar-benar tidak disiplin, sangat tidak benar!" Anna mengeluh, awalnya tidak ingin menegur didepan banyak orang, bagaimanapun kejelekan rumah tidak boleh tersebar, tapi ini menyangkut nyawa anaknya, dia tidak bisa memikirkan begitu banyak.

Sangat cepat, Laras dengan tergesa-gesa turun kebawah, memakai set olahraga pink muda, rambutnya diikat kebelakang, dandanan sederhana ini membuatnya tampak tidak jauh beda dengan murid SMA.

Laras melihat Anna, lalu melihat wajah asing yang serius itu, didalam memakai seragam tentara, diluar menggunakan jubah putih, dia sangat terkejut, dengan tersenyum bertanya: "Ma, ini kamu.......?

"Anakku sudah setengah tahun tidak datang melihat kamu, jadi juga tidak memperbolehkan aku datang melihatnya ya?"

"......" Laras canggung juga dengan sopan tersenyum, berkata, "Boleh kok, boleh, harusnya kami yang pergi melihat kamu, tapi hari ini ada apa ya?"

"Kamu jangan berpura-pura bodoh, keadaan kamu sendiri kamu tidak tau?"

Laras yang mendengar wajahnya tampak bingung, dengan pelan bertanya: "Aku?......Aku kenapa?"

Anna yang sudah tau upaya mulutnya yang tajam itu, tidak ingin berbasa-basi lagi dengannya, langsung berkata dengan tim medis militer: "Dokter Boy, maaf merepotkanmu."

Dokter Boy menganggukkan kepalanya, berkata kepada Laras, "Nyonya Pradipta, aku perlu memeriksa darah kamu, mohon kerjasamanya."

"Periksa darah? Kenapa mau periksa darah?" Laras mundur kebelakang, dengan berhati-hati melihat mereka, "Kalian mau apa?"

Anna membawa tiga orang dokter pria berpakaian seragam tentara, ada yang bagian penyakit kelamin, bagian laboratorium, dan ahli hematologi, 3 orangnya lagi adalah asisten mereka.

Total ada 6 dokter militer, semuanya menggunakan masker dan sarung tangan, ada yang membuka kotak obat mulai bersiap-siap, ada yang berjalan kearahnya dengan mata garang.

"Kalian mau apa? Kuperingatkan jangan kemari!" Laras memandang mereka, "Apakah Gavin menyetujui kalian melakukan ini? Kalian berani?!"

Dokter militer juga hanya dokter, mendengar nama Gavin, tentu saja tidak berani bergerak.

Saat ini, Anna memukul meja, dengan lantang berkata: "Kamu selain meminjam kekuatan bisa apa lagi? Kalau begitu kamu suruh dia cari aku, kesini!"

Laras melarikan diri ke seluruh arah ruang tamu, ditambah bantuan dari pelayan rumah, tiga orang dokter pria tidak bisa menangkapnya.

Anna dengan marah menggeleng-gelengkan kepala, berkata: "Kalian masih membantunya? Kalian tau tidak dia terkena HIV?!"

Dalam sekejap, ruangan itu menjadi hening.

Yang terkejut bukan hanya bawahan, Laras juga, "Apa? Kamu bilang apa?"

"Tangkap dia, periksa dulu baru ngomong."

Kali ini Laras menurut, walaupun mertua tidak menyukainya, tapi tidak sampai harus mengambil HIV untuk menghancurkannya, bagaimanapun kalau dia ada HIV, berarti anaknya juga mungkin ada.

Laras ditahan duduk diatas kursi, "Lepaskan aku, periksa saja aku."

Dua dokter militer melepaskannya, mundur kebelakang membantu.

Dokter Boy menggunakan sarung tangan dan masker, memegang sebuah jarum, mengambil darahnya.

Laras berpikir mertuanya tidak akan bercanda menggunakan hal ini, jadi bertanya: "Ma, HIV apanya, bagaimana mungkin aku bisa ada?"

Anna meliriknya, "Masih berpura-pura bodoh? Kalian jangan harap bisa membohongiku."

"Bohongi kamu apa? Aku benar-benar tidak tau."

Anna sedikit bingung, tapi tidak terlalu mempercayai Laras, "Kamu kira kalian tinggal di apartemen Gunung Sindur, kami tidak tau ya? Kejadian kamu itu diributkan sampai begitu besar, seluruh tim sudah tau, apa aku dan Allan bisa tidak tau?"

Laras mengingat kembali, "Soal aku kena culik? Aku kena culik ada hubungan apa dengan HIV? Ma, aku benar-benar tidak tau maksud kamu, kamu boleh tidak bicara dengan jelas?"

Dokter Boy sudah menarik darah yang cukup, satu tabung disimpan di kotak obat, satu lagi ditest ditempat menggunakan kertas uji HIV.

"Nyonya, hasilnya akan keluar dalam 15 menit."

"Akurat tidak?"

"Kejadiannya sudah lebih dari 3 bulan, tingkat keakuratan diatas 99%, sisa darah yang ditarik akan kami bawa ke rumah sakit untuk diuji lebih lanjut, jamin tidak akan meleset."

Anna menganggukkan kepalanya, memutar badannya baru menjawab pertanyaan Laras, dia berkata: "Ketika kamu diculik, bukankah lehermu digores si bajingan itu?"

"Ya."

"Bukanah kamu diciprati darah mimisan bajingan itu?"

"Ya." Laras berkata ini semua kamu tau, kamu begitu perhatian padaku?

Tapi kalimat selanjutnya membuat Laras terkejut, hanya mendengar mertua berbicara: "Bajingan itu mengidap HIV."

"......" Laras membesarkan kedua matanya, mulutnya yang terbuka setengah tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Anna melihatnya wajahnya yang terkejut tidak seperti berpura-pura, diam-diam membuang nafasnya dengan kasar, dia tau Gavin menyayanginya, tapi tak disangka sebegitu menyayanginya, sampai-sampai dia yang ibunya pun iri.

"Sebenarnya kamu tidak perlu terlalu khawatir, Gavin berkata padaku, kalau pemeriksaan darahmu 3 bulan ini tidak terinfeksi, tapi kalau aku tidak periksa sendiri aku tidak tenang, anakku beristirahat panjang selama 3 bulan menetap dirumah menjagamu kamu kira apa, dia memikul begitu banyak beban kamu tau tidak? Berapa banyak orang yang khawatir 3 bulan ini kamu tau tidak?"

"Laras, aku tidak tau kamu berbuat baik selama berapa banyak kehidupan lalu sampai bernasib baik bertemu dengan anakku, tapi kalau kamu ada sedikit hati nurani, sudah saatnya kamu memikirkannya, dia butuh seorang istri yang bisa mendukung keluarga Pradipta, bukan seseorang yang selalu membawa masalah untuknya."

Laras terdiam duduk disana, mengingat kembali 3 bulan ini, memang Gavin ada banyak perlakuan yang berbeda, jika menanyakan alasan kepada Gavin, dia selalu bisa memberikan alasan yang baik-baik saja, sekarang dipikir-pikir, Gavin benar-benar menghabiskan banyak perhatian dan pemikiran untuk dia.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu