Cinta Pada Istri Urakan - Bab 264 Ketika Lampu Dimatikan, Semuanya Sama Saja

Segalanya datang terlalu cepat seperti tornado, yang membuat Laras langsung bingung.

Dia mencubit daging di lengannya dan berbisik kepada Gavin, "Tolong jelaskan padaku dengan kata-kata sederhana, bagaimana perasaan dari daging turun?"

Gavin mengerutkan kening, sudut mulutnya turun ke bawah, kedua tangannya membuat gerakan menyeka air mata, dia meniru bagaimana Laras memohon ampun di tempat tidur dan berkata: "Aku tidak bisa melakukannya."

“Jangan bercanda!” Laras tidak tahu harus tertawa atau menangis, dia diam-diam mendorongnya dengan kuat.

Tindakan kecil mereka jatuh ke mata Allan dan Anna, mereka malu untuk memperhatikan pasangan muda tersebut, jadi mereka diam-diam saling memandang.

Anna memberi isyarat kepada suaminya, jadi Allan batuk sebentar dan berkata, "Aku tidak punya komentar mengenai resepsi pernikahan kalian, semuanya terserah pada kesukaan kalian saja, aku akan memberimu daftar tamu yang mau diundang dalam beberapa hari ini, tapi kalian juga harus merencanakan perihal melahirkan anak. "

Ini mungkin merupakan waktu Allan paling mudah diajak bicara, dia tidak menggunakan nada perintah, tetapi benar-benar berdiskusi dengannya.

Gavin hanya bisa berkata, "Baik, kami akan usahakan."

Laras diam-diam berpikir, usahakan matamu, siapa yang mau pergi ke kampus dengan perut besar?

Gavin diam-diam mencubit tangannya, dan memberi isyarat dengan matanya, "Tenang,ada aku”

Waktu berlalu sangat cepat dan sudah tiba waktu makan malam, enam orang tersebut berkumpul di sekeliling meja untuk makan malam.

Christian lusa akan berangkat ke Amerika Serikat, dan dia hari ini juga secara khusus datang untuk melihat wanita tua tersebut.

Segera setelah dia mendengar bahwa Gavin dan Laras akan mengadakan resepsi pernikahan, dia langsung bertanya, "Kapan? Aku lihat apakah aku bisa pulang untuk menghadiri acara tersebut."

Gavin segera berkata, "Kami menikah tidak ada hubungannya denganmu, kamu tidak harus hadir, kamu fokus pada pendidikanmu saja."

Christian merasa sedih, "Perlukah paman kedua begitu? Aku juga tidak akan merebut pengantinmu."

Laras sedang minum sup dan langsung tersedak, dia batuk beberapa kali.

“Kenapa kamu begitu ceroboh?” Gavin bertanya dengan khawatir dan menyerahkan tisu padanya.

Segera, dia berkata lagi, "Liburanmu sedikit saja, lebih baik sisakan untuk Tahun Baru Imlek saja, resepsi pernikahan kami tidak membutuhkanmu. Ketika kamu pulang pada Tahun Baru Imlek nanti, tante keduamu akan memberimu angpao."

Perkataannya yang agresif dan tepat ini membuat Christian tidak bisa berkata apa-apa.

Wanita tua tersebut hanya beranggapan bahwa Gavin takut Christian akan sangat lelah jika dia pergi bolak-balik, jadi dia juga membujuknya, "Benar Christian, kami tahu bahwa kamu dekat dengan paman keduamu, tetapi ketika mereka menikah, kamu mau pulang, nanti Tahun Baru Imlek, kamu juga harus pulang lagi, pergi bolak-balik itu terlalu capek, kamu tidak perlu begitu. "

Christian tidak punya pilihan lain selain mengatakan, "Kalau begitu, aku ucapkan selamat kepada paman kedua dan tante kedua terlebih dahulu, semoga kehidupan pernikahan kalian bahagia dan cepat-cepat melahirkan anak."

Gavin mengangkat alis kemenangannya dan tersenyum, "Bagus, terima kasih atas ucapanmu."

Wanita tua tersebut sangat bahagia. "Bagus, ucapan cepat-cepat melahirkan anak itu bagus sekali. Kesenjangan usia antara Christian dan sesama generasinya semakin besar, Christian sudah berusia 21 tahun dan masih belum memiliki adik perempuan maupun adik laki-laki."

Putri dari wanita tua tersebut menikah dini dan melahirkan anak lebih awal, jadi dia melahirkan Christian pada usia yang sangat muda.

Namun, Christian bermarga Ridwansyah, bukan bermarga Pradipta.

Keturunan dari keluarga Pradipta tetap harus mengandalkan Gavin.

Wanita tua tersebut berkata lagi, "Juga tidak tahu apa yang sedang Rendra lakukan, dia sudah berumur tiga puluhan tahun dan masih tidak terburu-buru untuk mencari pacar, Gavinlah yang hebat, langsung menikah ketika bertemu dengan orang yang cocok, betapa beraninya dia."

Anna berkata: "Kita harus berhati-hati dalam hal pernikahan, Gavin itu terlalu cepat."

Wanita tua tersebut bekata lagi: "Memang harus begitu cepat, ketika lampu dimatikan, semuanya sama saja."

Anna tidak mau kalah, tetapi dia tidak bisa menang berdebat dengan wanita tua tersebut, "ma, ada junior di sini, berhati-hatilah saat berbicara."

Wanita tua itu tidak setuju dengannya dan berkata, "Pikiranmu benar-benar sudah ketinggalan jaman. orang-orang muda sekarang berani mengatakan sesuatu dan juga berani melakukannya, apakah benar perkataanku ini?"

Tiga junior itu mengangguk berulang kali dan berkata, "Benar, benar."

Anna menutup mulutnya dengan wajah muram.

Wanita tua tersebut bahkan lebih bangga lagi dan berkata, "Seberapa muda dan cantiknya seorang wanita, setelah berusia 50 atau 60 tahun, bukankah wajahnya juga penuh dengan keriput? Jadi penampilan seseorang benar-benar tidak penting, yang penting adalah karakternya. Laras memiliki kepribadian dan sifat yang baik, bahkan penampilannya juga bagus, jadi aku selalu bilang visi Gavin bagus, istri yang dia pilih sendiri lebih akurat daripada yang kamu pilihkan untuknya. "

Anna benar-benar merasa sangat tidak adil, baik dia berbicara ataupun tidak, dia tetap disindir oleh wanita tua tersebut.

Laras tidak bisa menahan tawa, ucapan nenek sangat lucu dan juga sangat enak didengar, dia berkata dengan manis, "Terima kasih nenek atas pujiannya, apa yang anda katakan benar sekali."

Makan malam tersebut berakhir dengan suasana ceria.

Christian pulang, Allan dan Anna juga pulang, dan nenek tinggal di Kediaman Gavin.

Di ruang tamu lantai dua, nenek masih sedang menonton TV, dia bertanggung jawab untuk menunggu kelahiran cucu buyut Keluarga Pradipta, jadi dia akan tinggal di kediaman Gavin untuk sementara waktu.

Gavin dan Laras diam-diam masuk ke kamar dan saling menatap.

"Aku ingin mendiskusikan perihal resespi pernikahan dengan orang tuaku, aku berencana memberimu sebuah kejutan, tetapi ternyata hasilnya menjadi begini," Gavin agak menyesal.

Laras mencubit telinganya dan berkata, "Aku tetap sangat bahagia, aku tidak pernah berpikir bahwa kita bisa mengadakan resepsi pernikahan."

"Kita memang harus mengadakan resepsi pernikahan, hal ini hanya sekali dalam seumur hidup, kamu berkomunikasi dengan EO resepsi pernikahan, semuanya dilakukan sesuai dengan kesukaanmu."

"Terima kasih."

"Bodoh."

Mereka berdua saling berpelukan, ketika memikirkan nenek yang mendesak mereka untuk melahirkan anak, Laras bertanya dengan gelisah, "Bagaimana dengan perihal melahirkan anak?"

"Kita lakukan semaksimal mungkin, hasilnya serahkan saja pada Tuhan, lagipula, kamu kira kamu ingin melahirkan anak dan kamu bisa segera melahirkannya?! Kita tunda saja selama satu setengah tahun."

"Tapi, dosenku berkata bahwa dia sudah mendaftarkanku untuk melanjutkan S2 di universitasku, dan aku seharusnya bisa lulus seleksi."

"Bukankah itu bagus? Kalau begitu, kamu kebetulan bisa lebih santai di semester terakhir dan melanjutkan S2 setelah melahirkan anak."

"Jika rencana dijalankan sesuai dengan apa yang kamu katakan ini, maka hasilnya lumayan bagus juga."

"Aku sudah pernah berkata, semuanya ada aku, untuk apa kamu mengkhawatirkan yang tidak-tidak."

Sambil berbicara, mereka berdua berguling ke atas ranjang. Pada saat kritis, Gavin mengulurkan tangan untuk mengambil ‘jas hujan’ di laci meja nakas.

Di mana ‘jas hujan’nya?

“Ada apa?” Laras bertanya pada Gavin karena dia tidak bergerak untuk waktu yang lama.

"Kamar kita pernah dibongkar oleh orang lain."

"Argh?!"

Gavin turun dari tempat tidur dan menyalakan lampu, lalu memeriksa laci meja nakas, tiga kotak ‘jas hujan’ di dalamnya sudah hilang semua, tetapi yang lainnya tidak ada yang kurang.

"Itu pasti diambil oleh nenek." Gavin berkata dengan wajah muram.

Laras benar-benar tidak tahu harus menangis atau tertawa, nenek sudah begitu tua, agar cicitnya keluar sesegera mungkin, dia bahkan membongkar meja nakas cucunya, benar-benar imut sekali

“Terus apa yang harus kita lakukan sekarang?” Laras bertanya padanya.

Gavin menatapnya dengan mata kasihan dan bertanya, "Menurutmu?"

“Matikan lampu dan tidur saja.” Sambil berkata, Laras memasuki selimut, dan dia menunjukkan sikap ‘tidak ada hubungan dengannya’.

Gavin tidak mungkin melepaskannya, dia mematikan lampu, naik ke tempat tidur, menggenggam pinggangnya dan berkata, "Bagaimana cara tidurnya? Ayo ajari aku, demonstrasikan langsung."

"Aduh, kamu jangan bercanda lagi, tidak bolehkah kamu tidur dengan menutupi selimut saja?"

"Tidak boleh!"

"..."

Gavin terus menggigitnya dan berkata, "Jika aku tidak salah ingat, hari ini harusnya dalam masa aman."

"Tidak ada masa aman yang pasti."

"Tidak boleh, aku akan gila jika aku tidak melanjutkannya sekarang."

"..." Untuk apa yang kamu berbicara begitu banyak omong kosong? !! Bukankah kamu tetap mau melakukannya? !! Dasar Pria ...

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu