Cinta Pada Istri Urakan - Bab 736 Pria dan Milk Tea

Awalnya Laras adalah orang yang membedakan jelas suka dan benci, hanya saja beberapa tahun ini ditumpulkan oleh kehidupannya, sifat dan emsoinya menjadi lebih lembut, tapi, jangan mengira kalau dia adalah orang yang mudah diinjak.

Apalagi, hari ini ada Gavin yang datang menjadi andalannya.

Laras meletakkan surat pemutusan kontrak di atas meja, "Tidak perlu berbasa-basi, aku mau memutuskan kontrakmu."

"?"

"Sisa uangmu, divisi produksi belum menghitungnya, tapi aku akan membayarmu lebih cepat dengan 1,2 lipat dari harga pasaranmu, mulai sekarang, kamu dan aku tidak ada hubungan apa-apa."

"......" Almora tidak berani percaya, Laras, Laras dengan begini, langsung melepaskannya.

"Cepat tandatangani, aku tidak mau melihatmu sedetikpun."

"Pre-pre-pre-presdir Atmaja......"

"Tutup mulutmu, jangan panggil aku, cepat tandatangani, melihatmu sedetik saja membuatku kesal."

Almora dengan sengsara melihat ke arah Gavin, Laras menolehkan kepalanya langsung menutupinya, "Apa lihat-lihat, apa priaku orang yang boleh kamu lihat? Kalau lihat lagi nanti aku congkel bola matamu."

Gavin: "......"

Almora yang terkejut hanya bisa menunduk.

"Cepat tandatangan!" Laras menggeram pelan.

Almora tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa menandatanganinya.

"Kedepannya, kalau kamu masih mau terus berada di industri hiburan, kalau begitu, ingat, jangan pernah menggangguku dan juga satu orangpun yang ada di studio kerjaku."

Surat pemutusan kontrak ada dua set, Laras membawa pergi satu, satunya lagi diberikan untuk Almora, dia dengan tercengang duduk di atas sofa, arwahnya seperti ditarik.

"Sudahlah, lain kali kita berdua tidak ada hubungan, aku juga tidak akan menanya alasanmu mencelakaiku, karena aku tidak sudi untuk tau."

Seluruh badan Almora menyusut, tidak berani bersuara.

"Dan juga, setelah pulang paling bagus jangan mengatakan hal buruk tentangku di hadapan orang rumahmu, kalau nanti mamamu atau kakekmu berani menghasut di hadapan mertuaku, jangan salahkan aku tidak meninggalkan sedikit harga diri di hadapan orang rumahmu, nantinya kita lihat saja, sebenarnya aku yang akan malu, atau kamu yang malu."

Setelah mengatakannya, Laras langsung pergi, sungguh sedetik pun tidak ingin melihat si manusia tak berterimakasih yang berbisa ini.

Menyetir pulang kerumah, Gavin sambil menyetir, sambil tersenyum.

Laras menyimpan suratnya, melayangkan tatapan tidak senang, "Apa yang disenyumkan? Langsung katakan kalau ada apa-apa."

"Tidak ada, tidak ada."

"He, anda jangan merendah diri."

Gavin mengancungkan jempolnya, "Kamu hebat, aku salut."

Laras menggunakan kesempatan berkata: "Kalau boleh, aku masih ingin mencari Alvin."

"Tidak boleh."

"Kenapa?"

"Sudah bilang berkali-kali padamu jangan mendekat dengannya, tapi kamu tidak dengar, hampir saja celaka, kamu masih mau pergi mencarinya?"

"Aku tau kalau kamu tidak akan setuju, sudahlah." Laras menyudahinya, dan juga di waktu yang sama, mengenai status mamanya dia lebih tidak bisa mengatakannya lagi.

Sesampai dipersimpangan, Laras mendadak ingin, "Sayang, aku rindu dengan Nana Bobi, hari ini kita pergi jemput mereka ya?"

Gavin menoleh melihatnya, lalu tersenyum tipis: "Baik."

Waktunya masih sangat cepat dari pulang sekolah, mereka sedang di toko milk tea di depan TK menunggu waktu.

Gaya toko milk tea adalah standart toko yang populer di internet, kursi di dalam tidak banyak, dan juga semuanya adalah bangku tinggi, seluruh dindingnya adalah kaca, secara visual area toko ini menjadi lebih besar, juga membuat orang yang tidak sama dengan gaya toko ini sangat berlawanan.

Laras melihat kaca, tidak bisa menahan tawanya, "Weh, kamu lihat kamu sendiri, bisa tidak jangan begitu serius?"

Gavin sangat ilfeel dengan toko milk tea pink yang populer internet ini, begitu masuk langsung merasa tidak nyaman, tapi tidak berdaya karena istrinya suka, hanya bisa menyerahkan hidupnya menemani wanita."

"Dua gelas milk tea caramel yang large, gula 1/3, tambah bubble, satu biasa satu panas, terimakasih."

"Totalnya 30 dolar, bayar pakai cash atau scan?"

"Scan."

"Baik."

Bisnis toko milk tea sangat bagus, tapi kebanyakan adalah take away, tamu yang tinggal di dalam toko tidak banyak.

Laras dan Gavin duduk didalam, sekejap mengundang tidak sedikit tatapan orang lain.

Di sekitar sini adalah daerah sekolah, selain TK, juga ada SD dan pendidikan menengah, kebetulan hari ini hari Jumat, sebagian murid lebih cepat pulang sekolah.

Di dalam kelompok, ada beberapa perempuan berbisik-bisik sedang berbicara, terkadang juga melihat ke dalam.

Laras duduk didalam, berhadapan dengan Gavin, juga bisa melihat perempuan yang diluar, dia sangat paham dengan situasi seperti ini, setiap kali keluar dengan Gavin, tingak perhatiannya akan selalu ditutupi oleh Gavin.

Dia menyedot milk teanya, menaikkan alis dan mengingatkan, "Sayang, beberapa perempuan di luar sedang melihatmu."

Gavin menyodorkan milk tea ke hadapannya, "Minuman yang manis ini lebih baik kamu saja yang minum."

"Weh, kamu lihat dulu, mereka semua sedang melihatmu."

Gavin terus mengabaikan pembicataan ini, "Kamu jangan banyak meminum ini, dalamnya semua adalah sakarin, tidak bergizi."

Laras menyedot lebih lama, sangat banyak bubble yang ikut masuk, sambil mengunyah, sambil menggodanya, "Kalau nanti suatu hari kita tidak ada uang, tidak bisa makan, tidak ada rumah, tidak bisa menghidupi anak-anak, hanya ada satu jalan saja."

"Apa?"

"Haha, menyuruhmu masuk ke industri hiburan, pergi ke studio film jadi aktor bayaran, lalu nanti sutradara akan menyukaimu, dimulai dari peran kecil, pelan-pelan sampai ke peran utama, dengan begitu uang akan dengan cepat datang."

Gavin memutarkan bola matanya, "Otakmu bisa lebih normal sedikit tidak?"

"Hehehehe, dengan penampilanmu, pasti ada sangat sangat banyak fans fanatik, yang membayangkan sebagai istrimu, pasti rela menghabiskan uang demimu, lalu semua barang yang pernah kamu pakai, kamu gunakan, kamu makan, semuanya terjual habis, dengan begitu toko pasti akan sangat menyukaimu, berbagai merek beramai-ramai datang mencarimu untuk menjadi brand ambassador, aku akan menjadi managermu, keuntungan tidak boleh diberikan kepada orang lain, kamu jual tampang aku terima uang, memikirkannya saja sudah sangat menyenangkan."

Gavin menekan sedotan Laras.

"Weh, apa yang kamu lakukan?"

"Mimpi siang harimu sudah selesai?"

"Hehehe, sudah, tidak menodaimu lagi."

Gavin menegakkan badannya, dengan serius mengajarkian: "Saudari Laras, mohon jaga kata-katamu, apalagi disini adalah daerah sekolah, ada sangat banyak murid SD dan murid dari sekolah menengah muncul disini, kamu jangan salah berbicara dan merusak generasi bangsa."

Laras tertawa sampai tidak bisa berhenti, "Baiklah, baiklah, kamu memang."

Waktu pulang sekolah hampir sampai, Gavin bangkit dan bersiap-siap pergi, Laras kejam sekali, memaksa harus menyedot habis semua bubble baru puas.

"Tunggu, tunggu, tunggu, bubble yang terakhir, bubble yang terakhir."

Laras mengaduk sedotannya, mengarah pada bubble, lalu menyedot dengan kuat, bubble kecil itu masuk ke dalam mulutnya.

Gavin tidak tau mendapatkan gegabah darimana, tiba-tiba memeluk pinggangnya, menunduk dan mencium bibirnya.

"......" Gerakan apa ini? Apa ini tidak merusak generasi bangsa?

Saat ini, para murid yang mengantri menunggu di luar sana tanpa berjanjian berteriak, "Ah ah ah ah, gentle sekali, kekuatan pacar meledak, aku juga menginginkan pacar seperti ini!"

Laras tidak bisa mengatakan apa-apa, bisa-bisanya dia, memakan bubble yang ada di mulutnya.

"Ehn, ini jauh lebih enak dari bubble, lebih kenyal, pantas saja kamu makan sampai begitu enak." Gavin melihat Laras makan tanpa berhenti, dari tadi sudah ingin mencoba rasanya, tapi segan mengatakannya, melihat bubble terakhir yang hampir masuk ke dalam perutnya, dia hanya bisa merampasnya dengan cara seperti ini.

Tapi, dia tidak menyangka kehebohan yang ada diluar, dengan cepat menarik Laras pergi.

"Cepat, kita harus yang pertama masuk menjemput Nana Bobi, memberi mereka sebuah kejutan."

"......Baik."

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu