Cinta Pada Istri Urakan - Bab 808 Aku Sudah Bertemu Dengan Ibu

Kedatangan Romo membuat semua orang sangat senang, terlebih kedua anak itu.

Lebih dari setengah tahun tidak bertemu, terlihat jelas kedua anak itu sudah tumbuh semakin tinggi. Rambut Bobi lebih pendek dan terlihat lebih mirip dengan Gavin, sedangkan rambut Nana semakin panjang dan terurai indah.

Nana selalu memiliki mulut yang manis. Ketika dia melihat kakek, dia bergegas mendekat, "Kakek, kakek, kamu sudah kembali. Nana sangat merindukan kakek, apakah kakek juga merindukan Nana ?"

Romo memeluk cucunya, walaupun perjalanan yang dilaluinya barusan sangat melelahkan, namun wajahnya tersenyum bahagia, "Kakek juga rindu..tentu saja kakek merindukan Nana, setiap hari kakek selalu tidak sabar untuk kembali dan memeluk Nana."

"Mengapa kakek pergi begitu lama namun tidak kembali?"

"Apa boleh buat, kakek harus bekerja dan berdiskusi tentang bisnis. Kalau tidak mendiskusikannya dengan baik, kakek tidak bisa kembali."

Tiba-tiba, Nana berjanji pada Romo layaknya orang dewasa: "Kakek, nanti aku akan segera besar, aku pasti akan menghasilkan uang untuk merawatmu. Jangan bekerja terlalu keras. Kakek sudah mulai memiliki keriput dan rambut putih. Nana tidak ingin kakek menua begitu cepat. "

Perkataannya itu membuat mata Romo menjadi lembab. Rambut Nana dikuncir dua, dia tampak seperti Laras ketika dia masih berusia lima tahun.

Pada waktu itu, dia hanya pulang sesekali saja, lalu Laras akan memegang tangannya dan dengan perasaan tak rela berkata kepadanya, "papa, ke mana papa akan pergi? papa, mengapa papa tidak pernah ada di rumah?"

Ketika dia kembali mengingat akan hal itu sekarang, itu benar-benar seperti sebuah penyesalan.

Romo memeluk Nana dan berbicara sambil terisak, "Terima kasih Nana, Nana sangat sama seperti mama, dari kecil sudah sangat mengerti hal-hal seperti ini. Kakek tidak lelah sama sekali, selama kakek berpikir ini adalah kekayaan yang terakumulasi untukmu, kakek malah menjadi sangat termotivasi. "

Bobi tidak semanis dan juga sedewasa Nana, dia hanya berdiri dengan tenang di sebelah kakek dan menarik pakaian kakeknya dengan penuh kasih sayang.

Romo bersemangat, dia duduk di sofa dan kembali memeluk Bobi lagi. Kedua anak itu duduk di pangkuan kanan dan kirinya. Dia memandang Bobi, anak itu sangat tenang, dari pancaran matanya dia terlihat sangat cerdas dan memiliki kebijaksanaan yang melampaui anak-anak biasa pada umumnya.

" Bobi, kakek merindukanmu dan mamamu juga. Tahukah bahwa kamu adalah kekuatan pendorong di balik kerja keras kakek selama ini?"

Bobi menganggu mengerti. Dia membantu kakek mengusap air mata di matanya, dan berbisik, "Kakek, mamaku berkata bahwa anak laki-laki tidak boleh cengeng."

"Ya, mamamu benar, kakek tidak menangis, kakek senang. Lihatlah, kakek membawa sekotak hadiah yang besar, semuanya ini kakek beri untuk kalian."

Nana dan Bobi berteriak serempak, "Wow... terima kasih kakek!"

Tidak ada hal yang lebih bahagia lagi dari cucu-cucunya yang menciumnya bersamaan seperti itu. Ada kesenangan dan kepuasan tersendiri yang tak terlukiskan baginya.

Perhatian kedua anak tersebut sudah tertuju pada sekotak hadiah yang besar itu dan mereka mulai membukanya satu per satu.

Romo membawakan hadiah untuk semua orang, dan tentu saja hadiah untuk kedua anak itu yang paling banyak.

Dia juga membawa hadiah untuk istrinya itu, tetapi sayangnya dia telah pergi.

Di meja makan, Gavin menemani papa mertuanya untuk minum-minum.

Allan juga sangat senang, karena akhirnya dia bisa mencium aroma wine.

Begitu Anna melihat orang tua itu terpikir untuk meminum gelas bir di depannya itu, dia mulai batuk, “Uhuk uhuk, badanmu itu sudah tidak bisa menerima alkohol lagi, jangan mencium aromanya.”

Allan tidak yakin, "Tidak masalah jika hanya menciumnya."

Anna : "Setelah menciumnya pasti kamu akan ingin meminumnya, dan jika kamu meminumnya, tunggu saja waktunya kamu akan ke rumah sakit."

Allan: "Bagaimana mungkin berlebihan seperti itu?" Pada saat itu, dia benar-benar iri pada besannya yang masih memiliki fisik yang begitu baik.

Gavin tersenyum dan meyakinkan: "mama, boleh saja menciumnya. Tapi jika papa yang menciumnya, dia pasti akan terpikat tapi tidak bisa meminumnya, dan itu pasti lebih menyakitkan."

Suasana hati Allan seperti sedang naik roller coaster, dia melirik putranya, dan tidak berselera lagi untuk makan. "Kamu bela siapa?"

Gavin membusurkan tangannya, "papa, aku salah..."

Kedatangan anak-anak itu membuat hubungan antara papa dan putranya semakin dekat. Orang tua itu tidak pernah menyalahkan putranya lagi, Gavin pun juga tidak pernah membalas papanya lagi.

Kematian wanita tua itu membuat Gavin mengerti bahwa orang tua pasti akan menua dan pasti akan datang waktunya untuk mereka pergi. Menghargai waktu ketika mereka masih ada sekarang adalah hal yang paling penting.

Laras juga turut senang melihat suasana yang begitu bahagia itu. Dia berpikir bahwa jika mama masih ada, mereka berdua bisa melepaskan sejenak beban masa lalu, duduk dan makan sambil mengobrol seperti teman biasa, sepertinya itu akan lebih baik.

Gavin membantunya mengambil lauk dan berkata, "Kamu sedang melamunkan apa?"

"Tidak, makanlah lebih banyak juga."

"Bagaimana kabar Manda baru-baru ini?"

"Baik-baik saja, Wulan didaftarkan ke sekolah taman kanak-kanak. Bibinya mengirim pembantu rumah tangganya kesana. Sekarang dia memiliki lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri dan aku percaya dia akan semakin membaik."

Gavin menendang kakinya di bawah meja, "Apakah itu maksudnya tidak perlu menemaninya setiap hari?"

"Temani saja sampai beberapa hari lagi, lagian sekarang aku sedang tidak ada urusan. Di perusahaan sudah ada Fanny yang menghadiri pertemuan, dan ruangan kerja juga sudah diambil alih oleh paman. Aku sekarang seperti pengangguran."

"Apakah Fanny akan segera melahirkan? Laporan cuti Jino sudah diserahkan padaku tapi aku masih belum membacanya dengan cermat."

"Ini masih terlalu awal, seharusnya tahun depan. Aku sudah menyuruhnya untuk beristirahat tapi dia tidak juga melakukannya. Dia mengatakan bahwa dia sendirian di rumah, dan dia takut bosan. Hei, siapa yang menyuruh Jino jarang di rumah? Kamu harus menyetujui surat ijinnya, tidak boleh membuat orang melewatkan masa-masa dimana anaknya akan lahir."

"Tentu saja aku akan menyetujui cuti yang masuk akal, aku bukan seseorang yang berhati dingin."

Laras mengerucutkan bibirnya, dengan senyum bersalah, dan perlahan berbalik untuk menatapnya.

Mata Gavin berapi-api, dan dia berbisik, "Penyakit berhati dingin dan kejamku yang dulu sudah disembuhkan olehmu sejak lama, dokter ajaib"

Laras meliriknya, ‘dokter ajaib’, kata-kata itu keluar lagi, sepertinya dia sudah minum terlalu banyak.

Setelah makan malam, Laras mengantar Romo pulang. Gavin harus mengikutinya, seperti yang dikatakan, dia tidak bisa membiarkan istrinya pergi sendirian di malam hari.

Sebenarnya, Mansion Atmaja sangat dekat dengan kediaman Gavin, akan sampai dengan berjalan beberapa langkah saja. Tetapi pakaian Romo tipis, terlebih dia membawa koper, jika dia berjalan pasti akan membuatnya membeku kedinginan.

Mobil dengan cepat sampai di pintu masuk Mansion Atmaja, tetapi Romo tampaknya masih memiliki sesuatu untuk disampaikan.

"Laras, papa benar-benar bahagia hari ini, tetapi semakin papa bahagia, papa semakin membuatmu sedih, dan papa semakin merasa bersalah."

"papa, sepertinya kamu sudah minum terlalu banyak, cepatlah pulang. Bapak satpam sudah menunggumu di pintu daritadi."

Romo menoleh ke pintu masuk Mansion Atmaja, di dalamnya sudah terang benderang, pembantu rumah tangga serta beberapa pelayan menyambutnya di pintu. Dia berbalik, menatap putrinya, dan berkata dengan emosional: "Laras, ketika aku melihat dua anak itu, aku langsung teringat saat dimana kamu masih sangat kecil dan aku meninggalkanmu dan mamamu... Terima kasih karena kamu masih memaafkan papa, terima kasih juga karena kamu telah memberi papa dua cucu yang begitu baik. "

Laras mengangguk dengan kuat, "Iya, sama-sama papa. Sudahlah jangan terlalu bersedih seperti itu. Oh ya, papa, aku sudah melihat mama."

Romo tertegun, entah mungkin karena alkohol membuat otaknya tidak responsif, atau mungkin dia terlalu terkejut, dia tidak bisa bereaksi apa-apa dalam waktu yang lama.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu