Cinta Pada Istri Urakan - Bab 202 Mau Mati, Mati Bersama

Di helikopter, dia bukannya tidak melakukan apa-apa, dia sudah tau lahan titik bencana dari teman tentaranya.

Dan juga sebelum Laras datang ke Gunung Sumbing, dia memberi Laras sebuah jam tangan, didalam jam tangan terpasang alat pelacak posisi.

Jadi, walaupun ini pertama kalinya menaiki jalur ini, dia tetap akan menggunakan waktu paling singkat sampai ke tempat dimana Laras terjebak.

Seperti yang dibilang Weiner, lorong ini sangat sesak, ruang dibawah sangat sempit, udara sangat lembab dan tipis.

Gavin merangkak diatas tanah, sambil maju sambil berteriak nama Laras.

Dia mengangkat kepalanya, mengandalkan lampu diatas topi pengaman melihat keadaan sekeliling.

Dibagian bawah lorong, ada sebuah batu besar menutup jalan lorong.

Disebelah batu besar, ada sebuah lubang yang sudah digali, tapi lubangnya sangat kecil, dengan ukuran badan laki-laki, sangat sulit untuk masuk.x

Dia naik ke lubang, melihat kedalam sana, hanya melihat posisi genangan air sudah melampaui setengah badan Laras.

"Laras, Laras!"

Laras memejamkan matanya, kepalanya bersender diataxs tanah, tidak bergerak samal sekali.

Setengah wajahnya sudah terendam dalam air, mulutnya juga sudah masuk kedalam air.

Meskipun pompan tidak berhenti menyedot air keluar, tetap saja tidak bisa memberhentikan genangan air untuk naik.

Tidak perlu waktu lama, genangan air sangat cepat sudah melewati hidung Laras.

"Laras, aku Gavin, aku sudah datang!"

Gavin bergerak cepat, mengeluarkan sebuah pahat kecil dari pinggangnya, memulai menggali lubang.

Sebelumnya yang digunakan tim bantuan adalah bor listrik, walaupun sangat cepat, tapi guncangan sangat kuat, sangat mudah memicu getaran menyeluruh.

Suara galian "tuktuktuk", alat pahat menyentuh batu yang keras, tidak setiap galiannya berhasil, tapi setiap galian, dia menggunakan seluruh hidupnya untuk menggali.

Serpihan batu kecil sedikit demi sedikit tergali, pintu lubang semakin membesar.

Saat ini, dia tidak tau apakah wanita pingsan yang setengah badan dan wajahnya terendam didalam air saluran itu, apakah masih bisa sadar atau tidak.

Dia menggali sedikit, badannya ikut masuk kedalam sedikit.

Genangan air semakin lama semakin tinggi, lubang juga semakin membesar.

Terdengar suara gedebur, sebuah balok besar tiba-tiba jatuh dari atas, Gavin menghindarkan bahunya langsung menerobos kesana.

"Laras, Laras." Dia dengan kebasahan kesana, dengan pelan memegang kepalanya.

Seperti yang diharapkan gadis pintar, dia menggunakan batu untuk mengangkat kepala sendiri lebih keatas.

Gavin memeluk kepalanya, rasa dingin membuatnya panik, jarinya langsung memeriksa nadi dilehernya.

Dia menahan nafasnya, mencari 3 kali baru memastikan kalau nadinya masih berdetak.

"Laras," Dia membesarkan suaranya, melakukan CPR (kompresi dada dan napas buatan) pada Laras, "Laras, "Laras, bangun, aku Gavin, dengar tidak? Cepat bangun, aku sudah datang, aku sudah datang."

Genangan air semakin naik semakin tinggi.

Tangan Gavin yang gemetar, dengan kuat memompa dada Laras.

Tiba-tiba, terdengar suara batuk, lalu batuk besar.

Dari mulutnya keluar sangat banyak air saluran, dia batuk dengan sangat hebat, "Uhuk uhuk uhuk...... uhuk uhuk uhuk......"

Sambil membatuk, dadanya terasa sangat sakit.

Sakit, membuatnya mau tidak mau terbangun.

"Laras, bertahanlah, aku segera menolongmu."

Gavin tidak sempat untuk bahagia, tidak berkata apapun, kedua tangannya berusaha mengangkat balok diatas Laras.

"Naik!"

"Naik!"

"Naik!"

Setelah mencoba 3 kali, baloknya tidak bergerak sama sekali.

Dibagian bawah balok tadi semuanya terkena air, hisapan air yang kuat membuat balok semakin berat.

Laras menggeleng kepalanya, berkata: "Gavin, tidak perlu membuang tenagamu lagi, diatas semua sangat kuat, kamu tidak bisa mengangkatnya..... kamu cepat pergi, jangan pedulikanku.

Gavin tidak membalas perkataannya, berdiri melihat, "Diatas kosong semua!“ Dia sejenak merasa senang.

Lalu, Gavin tidak berpikir lama, kedua kakinya masuk dari sebelah Laras, dengan perlahan, seluruh tubuhnya sedikit demi sedikit masuk keadalm.

"Apa yang kamu lakukan?" Laras mengetahui dia disamping sedang bergeser, sambil menangis berkata, "Kamu jangan perdulikan aku lagi, bukannya kamu bilang dikeluarga kita semua menurut padaku? Aku menyuruhmu pergi, cepat pergi......"

Gavin tidak mempunyai waktu untuk berbicara, menggunakan tenaga yang sangat kuat, sedikit demi sedikit masuk kedalam.

"Aku sudah tidak bisa lagi, walaupun bisa keluar, aku sudah pasti tidak bisa, kamu jangan mengantarkan nyawamu sia-sia."

"Sebelum mati, bisa bertemu denganmu untuk terakhir kali, aku sudah merasa sangat puas, Gavin, kamu cepat pergi, aku tidak mau kamu menemaniku mati."

Perlahan-lahan, dia merasa berat dipunggungnya menjadi ringan, juga dapat bernafas dengan bebas.

Air mempunyai daya isap, juga mempunyai daya apung.

Setengah badan Gavin masuk kedalam, kedua bahunya menopang bagian atas badannya, meminjam daya apung air pelan-pelan menopang balok.

"Laras, bisa manjat keluar tidak?" Dia bertanya, suaranya terdengar sangat lelah.

Laras mencoba merasakan kedua kakinya, sama sekali tidak ada rasa, "Tidak bisa......"

Ditengah kebingungan, dia menggunakan kedua bahunya mendayung air, badannya dengan cepat bergerak, dia dengan senang berteriak, "Bisa, bisa!"

Oleh karena itu, dia menggunakan kekuatan bahunya, selangkah demi selangkah menarik dirinya keluar.

Sekarang, seluruh berat balok semua menimpa badan Gavin, dia juga tidak bisa keluar.

Laras merangkak ditanah, memeluk lehernya, dengan kuat menariknya, ”Kamu bodoh sekali, kalau begini kita berdua bisa mati disini."

Gavin tertawa, suaranya yang rendah seperti suara alunan celo, dia berkata: "Mau hidup, hidup bersama, mau mati, mati bersama!"

Mau hidup, hidup bersama, mau mati, mati bersama!

Ini adalah kata-kata yang paling menyentuh yang pernaha Laras dengar.

Dia memeluk Gavin dengan erat, air matanya terus menerus keluar.

"Cari batu dan letakkan di antara celah, cepat!"

Saat ini, Gavin luar biasa tenang, dengan adanya daya apung genangan air, dia malah tidak khawatir akan terjadi runtuhan.

Dia tadi melihat, diatas ini adalah besi segitiga yang padat, tidak mudah runtuh.

Dimana-mana ada batu, Laras mencari didalam air selokan, sangat banyak batu.

"Letakkan diposisi tanganku ini."

Sesuai arahan Gavin, Laras meletakkan batu di sebelah tangannya.

Jarak antara balok dan tanah, adalah celah yang dia sanggah oleh tubunya.

Batu yang keras sudah menahan balok, Gavin mendorong dengan kuat, sebentar saja sudah keluar.

Rintangan ini, akhirnya sudah terlewati.

Genangan air semakin tinggi, semakin cepat naik.

Gavin keluar dari lubang dulu, lalu menarik Laras keluar, badan Laras kecil, sangat mudah untuk ditarik keluar.

Ruang diluar hanya bisa merangkak, genangan air sudah sangat tinggi, kepalanya sedikit menunduk, langsung masuk kedalam air.

Gavin memakaikan helm tipis diatas kepala Laras, sambil menggendongnya diatas, sambil berkata: "Setelah melewati sini kita bisa langsung naik keatas, kamu lihat jalan, kalau perlu arahkan jalan untukku."

Laras bertanya sambil menangis:“Apa bisa lewat? Sangat panjang."

Gavin memberinya pandangan yang meyakinkan, "Ada aku, tidak ada hal yang tidak mungkin."

Mau hidup, hidup bersama, mau mati, mati bersama.

Laras tidak bertele-tele lagi, naik keatas pinggangnya, memeluk bahunya dengan erat.

"1,2,3, Jalan......" Gavin menarik nafasnya, lalu menenggelamkan kepalanya kedalam air.

Dia menggendong Laras yang sekarat, bersama-sama merangkak maju.

Dengan susah maju bersama.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu