Cinta Pada Istri Urakan - Bab 523 Jangan Biarkan Dia Bunuh Diri

Pertemuan kali ini, semuanya di awasi cctb, semua perkataan Reno setelahnya akan dijadikan sebagai pengakuan.

Gavin melihatnya diam, melihatnya tanpak panik mengakui semua kesalahannya, juga membela dirinya, tapi dia tidak ingin bertobat, memang sedikit luar biasa.

"Apakah kamu pernah menyesal?"

Reno mengangkat pandangannya melihat Gavin,tatapan ini seperti perpisahan, "Tidak, aku bisa sampai hari ini, karena orang yang tamak bukan hanya aku."

Gavin mengangguk, "Baik, kalau begitu kamu mencariku ada apa?"

Reno dengan lega menghembus nafasnya, seperti batu besar di hatinya dilepaskan, "Tidak ada lagi, setidaknya aku pernah menikmati kekuasaan yang tidak dinikmati banyak orang, tidak ada yang harus di sesali, sudah cukup."

Gavin mengerutkan kening, kadang seperti mengerti, tapi kadang juga tidak megertinya.

Saat meninggalkan ruang tahanan, dia memesankan kepada polisi yang berjaga: "Kerja keras sedikit, jaga dia, jangan sampai dia bunuh diri."

"Baik, jendral Pradipta."

Sejak keluar dari penjara, hati Gavin terus tidak puas, dia juga tidak bisa menjelaskan perasaan ini, sedikit pengap.

"Jendral Pradipta."

Suara Jenny, Gavin memberhentikan langkahnya melihat ke belakang, tampak Jenny dengan baju biasa mengejarnya dari belakang, "Kamu tadi berjumpa dengan Reno?"

"Iya, kenapa?"

"Dia sudah mengakui kesalahannya?"

"Semuanya sudah dia akui."

"Baiklah kalau begitu, orang seperti itu hukuman mati pun terlalu baik untuknya."

Gavin melihat pakaiannya, bertanya: "Sudah pulang kerja?"

"Iya, aku kebetulan mau pergi cari Darius, hari ini Darius membawa Bobi keluar." Ekspresi Jenny meredup, "Penyakit Bobi kambuh."

***(Bobi anak Darius)***

"......" Hati Gavin sedih, anak yang kasihan ini akhirnya sampai pada titik ini, "Mereka sekarang ada dimana?"

"Dia ruang inap terpisah di rumah sakit militer, penyakit Bobi kambuh dengan cepat, demam tingginya kurang seminggu, indikator detak jantungnya dan limfanya tidak terlalu baik, langsung koma, Darius dari telepon sudah terdengar sangat hancur."

Gavin tidak banyak berpikir, berkata: "Ayo aku juga pergi melihatnya."

Sebenarnya, Bobi bisa hidup sampai sekarang sudah sebuah keajaiban, dia seperti menunggu papa, papanya sudah datang, nyawanya juga berakhir.

Bagi Darius, dia tidak menyaksikan kelahiran dan pertumbuhan anaknya, malah langsung menghadapi derita kematiannya, sebagai ayah, dia sangat sulit menghadapi ini semua.

Di rumah sakit, di depan unit gawat darurat, Darius duduk di bawah tanah.

Demi membuktikan kesalahan Reno mengkhianati militer, dia menjadi mata-mata selama 10 tahun lebih, ini adalah hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa.

Selama 10 tahun itu, dia lebih lemah dari Bobi, air matanya berlinang deras, sampai berdiri saja pun tidak bisa.

Dia tidak berutang pada negara, tidak berutang pada dirinya, tapi berutang terlalu banyak pada anaknya, juga berutang terlalu banyak pada istri yang sudah meninggal dan keluarganya.

"Darius......" Jenny langsung memeluknya, "Jangan seperti ini, Bobi akan baik-baik saja."

Darius menggeleng, "Dokter berkata, mereka hanya bisa membuat penderitaan Bobi berkurang, tidak bisa menolong nyawanya, menyuruhku mempersiapkan diriku."

Jenny memeluk erat kepalanya, hatinya sakit sekali.

Di hatinya, Darius adalah lelaki sejati, mempunyai cita-cita dan ambisi, bisa memahami strategi, selama waktu kesulitan itu, dia masih tetap optimis dan lucu.

Dia tidak pernah melihat Darius yang seperti ini.

Dibandingkan dengan Jenny, Gavin lebih bisa mengerti penderitaan Darius, dia sejak Bobi masih bayi, melihatnya pelan-pelan tumbuh besar, sekarang penyakit Bobi kambuh, dia juga sangats sedih.

Dia berjongkok, menepuk pundak Darius, berkata: "Dari kecil harapan ulang tahun Bobi adalah bertemu papa dulu, baru pergi bertemu mama. Jadi ini bagi Bobi juga sebuah pelepasan, kamu jangan terlalu sedih."

Darius menangis seperti anak kecil, dengan kuat mengangguk.

Tidak tau sudah lewat berapa lama, hanya tau langit di luar sudah gelap, lampu ruang operasi akhirnya meredup.

Semuanya menghampiri kesana, dokter dengan badan kelelahan keluar, dengan berat mengumumkan: "Anak sudah pergi, dia pergi dengan tidak terlalu menderita."

Kedua kaki Darius melemas, Gavin dan Jenny satu kanan satu kiri menahannya, dia baru tidak terjatuh.

Bobi dari penyakitnya kambuh sampai meninggal, hanya 3 bulan, tapi 3 bulan ini, adalah 3 bulannya yang paling bahagia.

Dia bertemu dengan papanya yang dia rindukan bertahun-tahun, papa yang asli.

Lalu, dia mau pergi mencari mama.

......

Laras sebelum tidur menerima pesan wechat Gavin-----"Bobi sudah meninggal."

Hatinya sedih, anak laki-laki kecil yang memanggilnya "kakak cantik", anak laki-laki yang tersenyum seperti matahari, sudah meninggal.

Matanya basah, tapi tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa membalas----"Turut berduka."

-----"Aku bantu Darius mengurus pemakaman anak dulu, setelahnya baru pergi cari kalian."

-----"Baik, jaga kesehatan."

-----"Baik, aku cinta kamu, selamat malam."

Laras menahan air mata tersenyum-----"Selamat malam."

-----

Tiga hari setelahnya, Gavin menyetir mobil membawa Darius ke bandara, Darius mau pulang ke kampung halamannya Pati, dia mau meletakkan abu Bobi bersama dengan keluarganya.

Mulai sekarang, Bobi bisa selamanya tinggal di sebelah mamanya.

Gavin: "Cepat pergi cepat pulang."

Darius mengangguk, "Ehn."

Jenny bertanya lagi: "Sungguh tidak perlu aku temani?"

Darius: "Tidak perlu, perjalanan ini, aku mau mengantarkan Bobi sendiri."

Jenny: "Kalau begitu kamu hati-hati, kalau sudah pulang telepon aku, aku datang menjemputmu."

Darius: "Baik, aku masuk dulu, kalian juga cepat pergi."

Melihatnya melewati pemeriksaan, Gavin dan Jenny pun kembali.

Di dalam mobil, Jenny tiba-tiba bertanya: "Kamu mau pergi bertemu dengan Laras ya?"

"Iya, kenapa?"

"Sebenarnya aku selalu ingin mengajaknya makan bersama, hanya saja tidak ada kesempatan."

Dia sudah berkata seperti itu, Gavin juga tidak enak menolak, "Kalau begitu aku tanya dia dulu?"

"Jangan, kamu tanya dia, dia pasti tidak mau, lebih baik kamu langsung antar aku temui dia."

"......" Gavin tidak bisa menyetujuinya.

"Kenapa, cepat sekali sudah jadi budak istri?"

Gavin sedikit malu, berkata: "Dia masih belum memaafkanku."

Jenny terkejut, tapi dipikir-pikir, ini memang sifat Laras, keras.

"Kalau begitu aku harus lebih menemuinya, kamu tenang saja, aku tidak akan berbicara sembarangan, aku hanya ingin meminta maaf padanya karena aku dulu pernah melukainya."

"Tidak perlu, dia tidak pedendam."

"Weh, apa kamu setakut itu aku menjumpainya?"

"Bukan takut, hanya saja......"

Melihat Gavin yang tergagap, Jenny semakin lucu, "Apa?"

"Hais, baiklah." Dia hanya takut mengambil keputusan dulu baru melapor pada Laras, Laras akan marah.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu