Cinta Pada Istri Urakan - Bab 512 Aku Adalah Ayah Kandung Mereka

Laras berkata sambil tersenyum, dan juga intonasinya sangat bagus, suaranya juga sangat lembut, terdengarnya sama sekali tidak akan sedikitpun kemampuan untuk menyakiti, tapi perkataannya di dengar di telinga Reni dan kedua pengacara, malah seperti badai di lembah membuat suara bergema di lembah dan di waktu yang sama membuat tulang punggung mereka kedinginan.

Reni tak menyangka kalau Laras akan mengetahui triknya ini, dia terlalu meremehkan Laras, Laras jauh lebih licik dibandingkan Lana.

"Tante Reni, kalau mau aku menantangani ini, boleh, kalau kamu mengizinkanku mengurus bagian keuangan maka aku langsung tanda tangan, setidaknya aku harus tau setiap tahunnya aku bisa mendapatkan berapa banyak bukan? Aku harus menafkahi keluarga dan anak-anak, jangan sampai membiarkan orang lain mengambil uang ini cuma-cuma."

"Laras, kamu tidak berhak bermain-main denganku, he, kamu kira saham 10% milikmu itu bisa membuatmu melakukan sesuka hatimu?"

"Tante Reni, kamu mengambil perusahaan papa dulu, lalu menelantarkan papaku, sekarang malah ingin mengambil sendiri perusahaan papaku, orang yang melakukan semaunya, harusnya kamu bukan?"

Walaupun badan Laras kecil, tapi di ruangan kecil ini, auranya malah sangat kuat.

Musuh menganggunya sampai datang ke tempatnya, dia harus mengambil senjatanya untuk melawan.

"Oh iya, walaupun gugatanku ditolak, tapi aku tidak akan putus asa, kamu ada menyiksa kakekku atau tidak kamu tau sendiri, mengenai kamu menelantarkan papaku, dokter suster dan pengasuh di rumah sakit bisa bersaksi, kamu tunggu saja, mengangkat kepala akan langsung melihat tuhan, sebagai manusia kita tidak boleh berbuat jahat, mulai sekarang, aku adalah tuhanmu."

"Kamu......" Melihat tatapan senyum Laras yang tajam, tiba-tiba Reni merasa punggungnya sangat dingin, mengingat tatapan mertuanya saat meninggal melihatnya terakhir kali, mengingat tatapan Romo penuh benci waktu jatuh dari tangga, telapak kakinya juga dingin, lalu rasa dingin itu dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhnya.

"Tante Reni, kamu jangan mengira tidak ada yang tau perbuatan jahatmu, kebenarannya akan terungkap suatu hari."

Reni berpura-pura tenang, tapi masih saja takut akan intimidasi Laras yang lembut tak bersuara itu, membuat wajahnya sampai pucat.

Dia teringat dulu ada sekali dia berhubungan dengan Eli Murtina.

Waktu itu dia sudah tinggal seatap dengan Romo, suatu hari Eli tiba-tiba datang kerumah mereka, sepertinya Laras diopname karena terkena pneumonia, Eli datang mencari Romo, memohonnya kerumah sakit melihat putrinya.

Romo dihadapannya dengan kejam menolak Eli, Eli menampilkan ekspresi yang saat sekarang ini sama persis dengan ekspresi Laras, Eli dengan pelan berkata-----"Karma itu ada, berbuat baik akan mendapatkan karma baik, berbuat jahat akan mendapatkan karma jahat, Romo, kamu akan mendapatkan balasan karena perbuatanmu hari ini."

Lalu Eli seperti putus asa, akhirnya menandatangani surat perceraian.

Sekarang dilihat, sumpah Eli waktu itu, sekarang Romo terhitung sudah mendapatkan karmanya.

Memikirkan ini Reni menjadi takut, semua orang mengatakan kalau Laras sangat mirip dengan Romo, dia malah merasa kalau Laras seperti kakak adik dengan Eli waktu itu, tatapannya, senyum dinginnya, bahkan intonasi mengancam orang, sama persis.

"Kakekmu meninggal karena sakit, papamu karena menginjak mainan anakmu makanya bisa jatuh, apa hubungannya denganku?"

"Tidak ada hubungannya denganmu untuk apa kamu setakut itu?"

"Aku tidak ada!" Reni sedikit takut, "Ayo, kita pergi, Laras, kamu ingat hari ini, aku akan membuatmu menyesal."

"Baik, selamat datang lagi tante Reni ke kantorku untuk bekerja sama, hati-hati dijalan."

Reni tidak hanya memalukan tapi juga sangat kasihan, saat pergi, ekspresi wajahnya lebih baruk waktu saat datang kemari.

Sedangkan pengacara yang berbicara dengan Laras itu, tidak bisa menahan berbalik melihat Laras lagi.

Wajah Laras yang tenang dengan senyum tidak nyaman, dengan tatapan bertanya padanya-----"Masih ada sesuatu?"

Pengacara itu langsung membalikkan kepalanya, menutup pintu.

Begitu mereka pergi, Laras akhirnya bisa menghelakan nafas lega, senyum palsu di wajahnya langsung hilang, aura seluruh orangnya terjatuh semua seperti membuang kayu yang terbakar di bawah pot.

Dia meremas telapak tangannya, penuh dengan keringat.

Para teman kerjanya berkerumun, "Presdir Atmaja, tidak apa-apa kan?"

"Presdir Atmaja, siapa itu, galak sekali?!"

"Presdir Atmaja, ada kami kok, tidak takut pada mereka."

Laras memberikan senyuman lega pada mereka, "Terimakasih semuanya, aku tidak apa-apa, kembali bekerja."

Para teman kerjanya bubar, kantor kecilnya menjadi tenang, Laras terduduk di atas kursi, bertepuk tangan atas penampilannya yang hebat tadi.

Tidak peduli apa hasilnya, setidaknya, dia membuat hati Reni tidak tenang.

Sore hari, di rumah sakit.

Begitu Laras sampai, Romo langsung menanyakan masalah Reni, "Dia pergi mencarimu, kamu tidak mendapatkan kesulitan kan?"

"Bagaimana kamu tau?"

"Pak Shen yang memberitahuku, katanya Reni sudah mengontrol bagian keuangan, mengetahui pembagian uang saham, dengan marah membawa dua orang pengacara pergi mencarimu, dia pergi mencarimu apakah karena masalah saham?"

"Ehn, tidak bisa membohongimu apapun, dia menyuruh pengacara memalsukan sebuah surat escrow saham, tapi tidak ada tenggat waktu, jebakan sejelas ini aku tidak mungkin tidak tau, dia terlalu meremehkanku."

Romo membuang nafas berat, "Hubunganku dengannya, sampai hari ini saja, sudah berakhir sepenuhnya."

"Pa, jangan terlalu sedih."

"Aku tidak sedih, keresahanku sudah sampai titik tertentu, tidak akan sedih lagi, aku hanya merasa bersalah terhadap Lana, berapa tahun ini aku hanya sibuk bekerja, juga tidak bisa mendidiknya dengan baik, hanya melahirkan tanpa bisa mendidik, ini adalah kesalahan seorang ppa."

"Kalau tidak, aku suruh Lana kemari?"

"Tidak perlu, menghindari aku resah lagi padanya, sejak tau kalau dia mencuri barang antik kakek menjualnya demi mendapatkan uang, aku tidak seharusnya memanjakannya. Hais, anak yang baik-baik, diajari mamanya sampai jahat."

Laras setengah jongkok, memegang tangan Romo dengan erat, menghiburnya: "Pa, kamu masih ada aku, ada Nana dan Bobi, selain kematian memisahkan kita, kalau tidak kami tidak akan meninggalkanmu."

Romo mengangguk, "Baik, Laras, kita tunggu Reni membuat rapat dewan direksi, yang lainnya kamu tidak perlu khawatir."

"Baik."

Tubuh Romo semakin membaik hari demi hari, berjalan juga semakin stabil, Laras melihat papanya yang pelan-pelan kembali sehat, tiba-tiba merasa, masalah apapun tidak menjadi masalah.

Sisi lainnya, Gavin membawa setumpuk berkas ke mansion lama keluarga Pradipta.

Walaupun Anna sekedar mulut berjanji tidak akan mencampuri urusannya dengan Laras, tapi dia masih tetap tidak tenang, jadi sengaja menyuruh Hendro memeriksa beberapa hal.

Dia juga baru mendapatkan laporan pemeriksaan, hasilnya sesuai dengan yang dia pikirkan, tapi sedikitpun tidak mengurangi rasa semangatnya, dia masih tetap sangat senang.

"Pa, ma, kalian semua sedang disini, aku tunjukkan pada kalian sebuah dokumen."

Gavin dengan tidak sabar memberikan dokumen yang di tahannya ke hadapan orang tuanya.

"Ini adalah informasi profil kebidanan dan kandungan di rumah sakit swasta kota Jakarta, ketika informasi profil ini dibuat Laras sudah hamil 3 bulan."

"Ini adalah bukti kelahiran sebuah rumah sakit di Amerika, diatas tertulis jelas nama kedua anak Laras, mereka lahir pada bulan Maret."

"Ini adalah dokumen masuk sekolah sebuah TK di kota Jakarta, tanggal lahir anak-anak sama juga bulan Maret."

"Kalau ini masih belum bisa membuktikan apa-apa, kalau begitu lihat yang terakhir ini, hasil tes DNA aku dan anakku, hasil membuktikan kalau aku adalah ayah mereka."

Diikuti dengan bukti dari dokumen terkait, kedua mata Anna melihat sampai terbodoh, terutama melihat hasil tes DNA ini, kesadarannya tidak kembali sangat lama.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu