Cinta Pada Istri Urakan - Bab 183 Kedatangan Ibu Tiri

Laras sudah mau berangkat untuk pergi mengajar, tujuannya adalah Gunung Sumbing yang berada di perbatasan antara Magelang dan Wonosobo, itu adalah sebuah tempat yang sangat terpencil dan terbelakang.

Malam sebelum dia berangkat, Romo mengundangnya untuk datang ke rumah dan makan malam bersama.

Karena Reni, istri Romo yang sekarang sudah datang.

Romo sudah memberitahukan banyak hal kepada Laras lewat telepon, Laras belum bertemu dengan ibu tirinya ini, namun sudah berniat untuk bersikap hormat dan menjaga jarak dengannya.

Saat ini sedang merupakan waktu yang paling panas di musim panas kali ini, Reni baru saja datang dari Australia, jadi dia masih belum bisa beradaptasi dengan cuaca yang begitu panas seperti ini.

Seluruh AC di dalam mansion dinyalakan untuk menjaga ruangan tetap terasa sejuk dan nyaman, Reni hanya bisa berdiam diri di dalam rumah.

Kepala pelayan datang untuk melapor, "Tuan besar, Nyonya besar, Nona besar sudah datang."

Romo merasa sangat bersemangat, "Cepat suruh dia masuk."

Sedangkan Reni bertanya dengan wajah yang tidak senang, "Nona besar?"

"Dia sedikit lebih tua dari Lana, jadi dia adalah kakak Lana."

Reni mendengus, "Lana kita sudah menjadi Nona besar selama 20 tahun, begitu datang ke Jakarta posisi Nona besarnya harus diberikan kepada orang lain begitu saja?"

"........."

"Lagipula aku sudah melihatnya, kamar yang paling besar dan menghadap Selatan itu juga tidak kamu berikan untuk Lana, kamu begitu memperhatikan putri dari mantan istrimu itu?"

"........." di aula yang sejuk, dahi Romo tiba-tiba saja mengeluarkan keringat, dia berkata sambil tersenyum, "Reni, jangan seperti itu, Laras sudah menikah, suaminya adalah putra dari keluarga Pradipta."

"Keluarga Pradipta?"

"Iya, suaminya adalah Gavin Pradipta, kakak sepupu kedua dari Presdir Grup Gumaya, Aaron Pradipta, dia juga adalah yang membantu Aaron di balik layar."

Setelah mendengarnya, barulah raut wajah Reni terlihat sedikit lebih rileks, "Jadi kamu begitu baik terhadap putri mantan istrimu itu, itu semua dikarenakan menantumu itu?"

Romo tertegun, hal ini memang sangat penting, namun dia juga tulus merasa bersalah dan juga sayang terhadap Laras, akan tetapi saat ini dia hanya bisa mengangguk dan mengakuinya, "Iya benar."

"Huh, baguslah kalau begitu, kamu tenang saja, asalkan dia bersikap baik, aku tentu saja juga akan bersikap sungkan terhadapnya."

Tidak lama kemudian Laras masuk ke dalam, dia membawa sebuah plastik di tangannya, dia melihat seorang Nyonya kaya dan terlihat berkelas sedang duduk di samping Romo, pasti dia adalah Reni.

Reni terlihat jauh lebih muda dari yang Laras bayangkan, karena dia merawat tubuh dan juga wajahnya dengan sangat baik, dia sama sekali tidak terlihat kalau sudah hampir berumur 50 tahun, paling tua juga sekitar 40an.

Namun wajahnya biasa saja, masih jauh lebih cantik wajah ibunya yang berada di dalam ingatannya.

Dia melangkah maju dan berkata dengan sopan : "Papa, bibi......bibi, aku membawa sedikit barang, semoga bibi menyukainya."

Reni melirik sekilas plastik yang dibawanya, dia melihat kalau itu adalah barang mewah dan terkenal, sepertinya adalah parfum atau sejenisnya.

Dia menerimanya lalu menaruhnya di atas meja, "Terima kasih, Laras benar-benar perhatian."

Dia angkuh, asing dan juga sopan, terasa sangat tidak nyaman, Laras hanya ingin cepat-cepat menyudahi pertemuan ini.

Saat dia duduk di atas sofa di samping mereka, pembantu membawakan teh untuknya, Laras merasa sangat bosan, jadi dia meminum tehnya seteguk demi seteguk.

Reni menilainya sekilas dengan sangat cermat, wajahnya masih lebih cantik daripada ibunya saat ibunya masih muda dulu, pantas saja dia dilirik oleh Gavin.

Dia berkata dengan datar : "Namamu Laras Atmaja bukan?"

"Emm, bibi panggil aku Laras saja sudah cukup."

"Laras, ayah dan ibumu memang ditakdirkan untuk tidak berjodoh, tidak seperti Lana kami, ayah dan ibunya adalah pasangan satu-satunya untuk satu sama lain, ditakdirkan untuk bersama-sama sampai tua nanti."

"........" apakah baik jika baru bertemu namun sudah langsung mengatakan hal yang seperti ini? Ternyata adiknya itu bernama Lana, hehe, Laras Atmaja dan Lana Atmaja.

Laras merasa canggung sampai tidak mampu berkata apapun, demi ayahnya, dia terus berpura-pura untuk bersikap tenang.

Butiran keringat yang ada di dahi Romo menjadi besar-besar, dia tertawa dan bertanya : "Laras, kamu memberikan hadiah apa untuk bibimu? ......Oh, hehe, ternyata adalah parfum, kebetulan sekali, ini adalah merek yang biasa bibimu sering pakai, terima kasih atas perhatianmu."

Reni melihatnya sekilas dan berkata dengan meremehkan : "Merek parfum yang sama ini aku hanya pernah menggunakannya sekali lalu aku berikan kepada pengasuh, wanginya terlalu kuat, tidak cocok untukku."

"........" wajah Romo terlihat hampir meledak, dia sudah berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, namun tetap menemui jalan buntu.

Laras tahu kalau Reni sedang berusaha mengintimidasinya, dia juga tidak ingin mempersulit ayahnya, jadi dia hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun juga.

Lagipula tidak peduli apapun yang dia katakan, Reni akan tetap merasa tidak senang.

"Laras, aku dengar dari ayahmu kalau kamu adalah seorang gadis yang sangat ceria dan bersemangat, kenapa aku lihat kalau kamu begitu diam? Apakah terjadi sesuatu yang membuatmu merasa tidak bahagia?"

Bukankah ini artinya sudah tahu tapi masih sengaja bertanya, kamu dari tadi berusaha mencari masalah dan menusukku dengan perkataanmu, apakah aku masih bisa merasa senang?

Namun meskipun Laras berpikir seperti itu di dalam hatinya, tapi bibirnya masih tetap tersenyum dan berkata : "Suamiku berkata tidak baik jika seorang gadis suka membuat keributan, dia menyuruhku untuk merubah sikapku, akhir-akhir ini sudah lumayan berhasil."

"Oh, benarkah, kalau begitu sikapmu yang suka membuat keributan itu pasti mengikuti ibumu, ibumu saat itu memang suka sekali membuat keributan, jadi ayahmu tidak suka pulang ke rumah."

Raut wajah Laras langsung berubah, tiba-tiba mendengar ada orang yang membicarakan ibunya dari mulut seorang pelakor, selain itu dia juga memberikan penilaian yang tidak baik, senyumannya langsung sedikit kaku.

Romo tidak bisa mendengarnya lagi, dia memperingatkannya dengan suara yang terdengar muram, "Cukup."

Namun Reni terlihat tidak mau mundur sedikitpun, semakin Romo membelanya, dia malah semakin ingin terus mengatakan apa yang ingin dia katakan.

"Dengar-dengar setelah ayahmu pergi, ibumu juga ikut pergi, dia benar-benar sangat tega ya, meskipun suaminya bukanlah miliknya, namun putrinya tetap adalah putrinya bukan, bagaimana bisa dia pergi begitu saja, benar-benar sangat kejam."

Laras sudah berusaha untuk menahan dirinya dari tadi, namun yang dia dapatkan malah pihak lawan yang berulang kali berusaha memprovokasinya.

Tidak apa-apa jika dia hanya membicarakan dirinya, tapi dia bahkan juga membicarakan ibunya, ini sudah keterlaluan.

"Pa, kelihatannya bibi sama sekali tidak menyambut kedatanganku, maka dari itu aku pergi dulu saja."

"Laras????"

Reni menyeringai dan berkata : "Kamu benar-benar sangat terus terang, aku memang tidak menyambutmu, ini adalah rumah keluarga Bakri, Nona besar keluarga Bakri dulu adalah aku, kelak panggilan itu hanya akan menjadi milik putriku, bukan dirimu."

Romo berteriak dengan marah : "Cukup, jangan keterlaluan."

Reni terkejut, selama 20 tahun ini, Romo selalu bersikap sangat lembut terhadapnya, sama sekali tidak pernah berteriak kepadanya seperti sekarang ini, sekarang dia belum lama kembali ke Jakarta, tapi dia sudah berbuat seperti ini terhadapnya.

"Romo, aku sudah tahu kalau pasti akan terjadi masalah jika aku membiarkanmu kembali kemari, kamu bukan saja memindahkan bisnismu kemari, kamu juga merebut posisi putriku sebagai Nona besar, katakan sejujurnya padaku, apa yang sebenarnya kamu inginkan?"

Romo benar-benar merasa sulit karena terjepit di tengah-tengah, dia memaksakan untuk berkata, "Perekonomian di dalam negeri baik, jadi aku harus mengalihkan bisnisku kemari, kamu jangan terus mencurigaiku sepanjang hari."

Jawaban yang seperti itu sama sekali tidak bisa memuaskan Reni, "Sebenarnya aku yang mencurigaimu atau kamu yang tidak setia terhadap keluarga Bakri? Kamu kira aku tidak tahu kalau perusahaan ini adalah milikmu pribadi, tidak ada hubungannya denganku sama sekali."

Saat Laras melihat kalau mereka berdua sudah hampir bertengkar, dia segera berkata : "Pa, bibi, menurutku sebaiknya lain kali saja baru aku datang berkunjung, aku masih ada urusan di rumah, aku pergi dulu."

"Laras, ayah tidak menduga kalau akan menjadi seperti ini, "Maaf."

Laras menggeleng dan tidak mengatakan apapun, kemudian dia bangkit berdiri dan pergi dari sana.

Begitu Laras pergi dari sana, kemarahan Reni juga ikut pergi, suara dan juga ekspresinya berubah menjadi lembut seperti biasanya.

Romo awalnya masih ingin berdebat dengannya, namun saat melihat ekspresinya yang bagaikan sedang berkata "Aku sengaja berbuat seperti ini, aku ingin lihat kamu bisa berbuat apa" itu, Romo hanya mampu terdiam.

"Hais, kamu sangat senang karena sudah berhasil membuat putriku marah dan pergi bukan?"

"Emm, aku tidak menyukainya, kelak jika ada aku, jangan memanggilnya kemari, aku dan dirinya selamanya tidak akan mungkin bisa berhubungan dengan damai."

Romo kembali menghela nafas berat, kelihatannya keinginannya untuk bisa berkumpul bersama sekeluarga hanyalah harapan kosong belaka.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu