Cinta Pada Istri Urakan - Bab 112 Ada Usaha Ada Hasil

Laras akhirnya kembali ke kediaman Gavin.

Dia dengan penuh harapan naik ke mobil Jenny, Jenny berbicara sepanjang jalan seperti mencuci otaknya Laras, menumpahkan cerita cintanya dan Gavin yang saling mencintai tapi malah tidak bisa bersama, membuat telinganya dan hatinya sangat menderita.

Akhirnya dia keluar dari mobil Jenny.

"Nyonya, Nyonya?" Lira yang melihat Laras kembali dengan muka pucat serta wajahnya yang seperti kehilangan akal sehat, berteriak sambil mengejarnya, "Nyonya, Nyonya kenapa?"

Laras dengan bengong memutar kepalanya, berkata: "Tidak apa-apa, makan malam tidak perlu sediakan, aku tidak lapar."

Dikamar lantai dua, Laras duduk berlutut diatas kusen jendela, tidak melakukan apa-apa, hanya duduk dengan tertegun, dalam posisi seperti ini bertahan tiga empat jam.

Dia tidak memikirkan apa-apa, seluruh waktu liburan musim dingin dia gunakan untuk memikirkan Gavin, dia sudah cukup memikirkannya, saat ini, dia tidak ingin memikirkannya lagi.

Dari kecil dia tau dia adalah orang yang ditinggalkan, tidak ada orang yang mengajarinya cinta, tidak mendapatkan cinta, juga tidak tau mencintai orang, Gavinlah yang mati-matian melindunginya, menyayanginya, memanjakannya, mencintainya.

Tetapi bagaimanapun juga pria tetaplah pria, walaupun didalam hatinya ada seseorang yang dia cintai, tapi dia tidak akan bisa menghentikan nafsunya untuk meniduri orang lain, ini juga salah satu naluri pria, ini adalah naluri alami yang dimiliki seluruh makhluk hidup jantan didunia.

Kalau Gavin tidak berani menghadapinya karena dia berhubungan badan dengan Jenny, tidak berani mengakui kalau sudah mengkhianatinya karena takut melukainya, kalau begitu, setidaknya dalam hatinya merasa tenang.

Setidaknya Gavin tidak brengsek seperti ayahnya.

Bukankah ini hal antara pria dan wanita? Kalau dia sanggup menerima dia akan melakukannya, kalau tidak sanggup dia akan mundur, apa yang susah?!

Sangat mudah untuk dipikirkan, terlalu susah untuk dilakukan, dia sanggup menerimanya, tapi dia tidak bersedia untuk menerimanya.

Diluar adalah langit yang terbentang luas, angin malam di musim semi dini bahkan suara begitu dingin dan mendung, Laras membangkitkan semangatnya dan bergegas membereskan baju sehari-hari, dan keluar lagi.

Lira yang dilantai bawah sedang bersiap-siap untuk istirahat melihat Nyonya tiba-tiba turun, tangannya mengangkat barang seperti koper, langsung bertanya: "Nyonya, sudah malam begini kamu mau keluar?"

Suara Lira membuat Dewa waspada, Dewa dengan tergesa-gesa datang: "Nyonya belum makan malam, lapar tidak?"

Laras mencoba senyum untuk menutupi, tapi mood benar-benar sangat buruk, tersenyum lebih jelek daripada menangis, "Kalian tidak perlu repot, aku hanya pulang untuk mengambil beberapa barang, aku akan kembali ke sekolah lagi, dulu tidak fokus dengan studiku, mulai sekarang mau giat belajar."

Dewa dan Lira saling memandang satu sama lain, kalau bukannya ada orang yang bersaksi, benar-benar tidak ingin mempercayai omongan diri sendiri.

Dewa: "Tetapi Nyonya, ini sudah sangat malam, tidur semalam lagi dirumah juga tidak akan mengganggu belajar anda."

Lira: "Benar, sekarang sudah jam 10 lebih, kamu sekarang kembali kesekolah, asrama harusnya sudah tutup bukan?"

Laras sudah bertekad untuk pergi, tinggal di kamar yang setiap sudutnya pernah bermesraan dengan Gavin, benafas saja dia susah.

"Iya, kalau lebih lama sedikit benar-benar akan tutup, mesti merepotkan Pandu sebentar."

Dewa menasihati lagi, tapi Laras sangat bertekad, dia juga tidak dapat berkata apa-apa lagi, bergegas memanggil Pandu, menyuruhnya mengantarkan Nyonya ke sekolah.

Melihat mobil yang semakin menjauh, Dewa bergumam serius, "Apa dia mendapatkan kesulitan di kediaman Pradipta?"

Lira juga berpikir seperti itu, "Kemarin nyonya masih dengan gembira menelepon kalau akan pulang kerumah selama dua hari, juga bilang mau pergi melihat-lihat kediaman Pradipta, setelah pulang langsung seperti ini, yang paling penting, yang mengantar nyonya pulang adalah nona Jenny."

Dewa: "Aih, aku rasa bukan hanya mendapatkan kesulitan dikediaman Pradipta, mungkin nona Jenny juga membicarakan apa-apa, dulu nyonya juga tidak sedikit menahan amarah karena tuan Allan dan nyonya Anna, tapi nyonya juga tidak seperti ini."

Lira: "Nona Jenny ini, jelas-jelas tuan sudah menolaknya, kenapa tidak putus asa juga?"

--

Menyibukkan diri sendiri, jadi tidak begitu sedih, akhirnya Laras menemukan cara yang bagus untuk membuat suasana hati menjadi baik, itu adalah-- giat belajar, berkembang setiap hari.

Laras belajar tentang keuangan, jurusan sains, jadi matematika tingkat atas sangat penting.

Ketika SMA matematika sangat membuatnya pusing, masuk kuliah tidak pernah serius belajar matematika, sekarang mau berusaha, juga tidak tau mau mulai darimana.

Untungnya ada guru Seto.

Walaupun Pak Seto sangat ketat, namun dia mengajar dengan baik, setelah masuk beberapa kelas, hasilnya langsung terlihat.

"Pak Seto, ini adalah soal ujian yang saya kerjakan, bisakah anda memeriksanya?" Laras baru datang langsung mengumpulkan sebuah kertas ujian, itu adalah soal simulasi untuk ujian akhir mahasiswa tahun pertama.

Pak Seto lega, "Baik-baik, coba kamu lihat yang saya jelaskan semalam, saya akan menjelaskannya setelah memeriksa ini."

Dengar-dengar latar belakang Laras sangat kuat, Pak Seto memikirkan dia dengan Laras pernah ada perasaan tidak enak, khawatir kalau pekerjaan ini akan hilang, jadi ingin menjilat, menunjukkan kepedulian seorang guru kepada murid, siapa tau, Laras tidak hanya belajar dengan serius, setelah kelas juga giat mengejar pelajaran.

Melihat murid sendiri mudah mengerti, sebagai guru juga merasa sangat bangga.

Kepala jurusan, Ibu Henny juga sering menenangkanku, dari awal merasa kalau Laras adalah murid yang pintar, sayangnya tidak digunakan dalam belajar, tapi sekarang anak itu akhirnya tercerahkan.

Pak Seto juga sering sekali diam-diam bertanya Ibu Henny tentang latar belakang Laras, tapi yang hanya diketahui Ibu Henny hanyalah kalau ayahnya menyumbangkan sebuah gedung olahraga kesekolah, ini adalah hal yang semua orang ketahui, tidak ada lagi yang lain.

Pak Seto mencocokkan kertas ujiannya dengan kertas jawabannya, semakin dia memeriksanya, dia semakin semangat, "Laras, kamu mengerjakan ini sendirian? Tidak melihat jawaban?"

"Tidak ada, ini aku kerjakan diperpustakaan tadi siang, kalau tidak juga tidak berani kasih anda periksa."

Pak Seto tersenyum, "Kalau lancar sudah benar, apa sekarang kamu merasa kalau matematika tingkat atas tidak susah?"

"Hm, lumayan menarik."

Pak Seto menghitung nilainya, dengan lincah menuliskan di bagian atas kertas ujian, "Kamu lihat sendiri."

Laras menuduk, dengan tidak sadar mengeluarkan suara 'Waw", "126? Pak Seto, anda tidak salah koreksi?"

Karena dasar matematika Laras sangat buruk, jadi bahan yang diajarkan Pak Seto saat kelas tambahan semuanya dari tahun pertama, ini adalah pertama kalinya Laras mencoba mengerjakan soal simulasi ujian akhir, nilainya lulus, tidak disangka nilainya tidak jauh dari full score, sangat luar biasa.

"Tidak salah koreksi, kecuali kertas jawaban yang saya pegang salah semua." Pak Seto membalikkan kertas ujian, berkata, "Soal terakhir sedikit lagi sudah benar, sangat disayangkan."

Laras terlalu senang, ada usaha ada hasil, peribahasa ini benar-benar bukan hanya menenangkan orang.

"Kamu menghabiskan waktu berapa lama untuk menyelesaikannya?"

"Aku tidak melihat jam, tapi memang sangat lama, setelah pulang dari kelas, aku langsung pergi ke perpustakaan, juga belum makan siang, mungkin ada dua tiga jam."

"Juga tidak buruk, soal yang tidak bisa kamu kerjakan, walaupun waktu yang diberikan seharian juga tidak dapat diselesaikan, kamu bisa mengerjakannya sudah sangat bagus, apa kamu puas dengan nilai kamu ini?"

Laras tidak menyembunyikan pemikirannya, dengan tersenyum dan mengangguk kepalanya "Puas, puas, terimakasih Pak Seto."

"Tidak perlu berterimakasih kepadaku, ini semua berkat usahamu, pelajaran matematika tingkat atas ini, asal kamu mengerti salah satu dari cara berpikir dan aturannya, langsung bisa menyimpulkannya."

"Baik, baik, baik, ini juga harus berterimakasih pada Pak Seto."

"Mata pelajaran tahun pertama kurang lebih sudah kamu kuasai, hari ini aku menjelaskan soal ujian kepadamu, mulai besok aku akan mengajarimu pelajaran minggu lalu, kurang dari beberapa hari ku sudah bisa mengikuti proses pembelajaran."

Baik,baik,baik, Terimakasih Pak Seto."

Satu kata terimakasih dari mulut Laras, Pak Seto sangat senang mendengarnya, dia berpikir kalau pekerjaannya dapat dipertahankan.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu