Cinta Pada Istri Urakan - Bab 217 Ini Adalah Pajak Yang Harus Kamu Bayar

"Tidak bisa tahan juga tetap harus tahan, jika kamu sudah sembuh baru kita bicarakan lagi, masih ada besok-besok."

"Aku tidak mau, pokoknya aku mau sekarang juga, saat ini juga."

"Kamu benar-benar seperti preman wanita."

"Iya iya, aku adalah preman wanita, aku adalah wanita mesum, terserah kamu mau mengatakan apa tentang diriku, yang jelas aku mau."

"......." kenapa bisa ada wanita seganas ini?!

Laras dan Gavin berguling di atas ranjang, yang satu sedang berusaha menyerang, yang satunya lagi sedang berpura-pura defensif, akhirnya ternyata Laras yang memenangkan pertarungan ini.

"Hanya satu kata, mau atau tidak?"

"Dua kata, tidak mau."

Yang wanita berada di atas, yang pria berada di bawah, dia menahan kedua pergelangan tangan Gavin dan langsung menjepitnya di atas kepalanya, dia bertanya sekali lagi kepada Gavin, "Mau atau tidak?"

Gavin dibuat sangat terhibur oleh tingkah Laras, dia ingin tahu tindakan berlebihan apalagi yang bisa dia lakukan.

Saat melihat Gavin ragu-ragu dan tidak mengatakan apapun, Laras mulai bersikap manja, dia berkata dengan lembut : "Sudah satu bulan lebih tidak tidur bareng, apakah kamu tidak menginginkannya? dulu kamu 2 hari saja tidak menyentuhku sudah bagaikan setan kelaparan, sekarang sudah lebih dari 1 bulan kamu masih bisa tahan, kamu ada penyakit atau memiliki wanita lain di luar sana?"

".......Aku difitnah."

"Huh, jika perkataan pria bisa dipegang, tandanya ikan sudah bisa berjalan, pamanku yang biasanya begitu alim saja juga bisa memelihara wanita lain di luar sana, ayahku juga.....jika kamu juga mempunyai wanita lain di luar sana, aku tidak akan bisa menahan diriku lagi."

Gavin tidak tahu harus tertawa atau menangis, "Aku sama sekali tidak mempunyainya."

"Kalau begitu kenapa tidak mau?"

".......Ini kan dua hal yang berbeda."

"Aku mau memerasmu sampai kering, agar kamu tidak bisa sembarangan main perempuan di luar sana, kita bahkan sudah begitu lama tidak tidur bersama, tapi kamu masih bisa tahan, apakah kamu mempersembahkan calon-calon anak dan cucumu kepada wanita di luar sana?"

".......Istriku, kamu semakin lama semakin bisa mengatakan omong kosong."

"Baiklah, tidak masalah jika kamu ingin aku mempercayaimu, tapi kamu harus menggunakan tindakan nyata dengan tubuhmu."

"........"

"Ini adalah pajak yang harus kamu bayar, tidak peduli kamu bersedia atau tidak."

"........" Dia benar-benar preman wanita yang sesungguhnya, yang sesungguhnya!

Laras tetap bertekad untuk melakukannya sampai akhir, dia langsung melepaskan handuk yang disimpulkan di pinggang Gavin.

Dia memang menunggu saat Gavin selesai mandi, karena dengan begitu mudah dilepaskan dan mudah didorong.

"Sh*t, kamu langsung menggunakan tanganmu?" Gavin berkata dengan suara yang rendah.

"Aku bahkan bisa langsung menggunakan mulutku, kamu percaya atau tidak?"

"......." Laras, aku salut akan keperkasaanmu!

Saat ini cahaya bulan bersinar terang di luar jendela, cahaya bulan yang lembut menyinari kamar lewat jendela.

Gavin melihat wajah Laras yang disinari oleh cahaya bulan, dia melihat wajahnya yang memerah karena malu dan juga kedua matanya yang bersinar bagaikan bintang.

Sesungguhnya jika disaat seperti ini masih tidak tergerak, apakah dia masih pantas disebut sebagai seorang pria?!

Laras memang merasa malu, namun dapat terlihat kalau dia sedang berusaha keras untuk meminta, "Untuk apa berpikir terlau banyak, aku tidak selemah itu, aku berbaring lalu kamu saja yang bergerak, bukankah sudah beres? Jadi kamu mau atau tidak?!"

"......." Gavin merasa sangat kesal dan juga lucu, "Hais, kamu ini seorang gadis, apa pantas mengatakan semua hal ini?"

"Gadis apaan, aku adalah seorang wanita muda yang sudah menikah!"

"......Kamu benar-benar adalah seorang wanita muda yang tidak tahu malu!"

"Huh!"

Nyali Laras semakin bertambah besar, dia duduk di atas tubuh Gavin, bibirnya yang dingin mencium dada Gavin yang berotot, mencium tetesan-tetesan air yang ada di atasnya.

Gavin mana bisa tahan menghadapi godaan ini, kedua tangannya mengusap dan membangkitkan api di tubuh Laras.

Loh, ini apa? Kenapa terasa ada yang aneh!

Dia menatap Laras dengan lebih teliti dengan meminjam cahaya bulan yang redup, dia melihat tubuhnya memakai kemeja berbahan renda berwarna hitam, kemeja renda itu sangat tipis, setipis sayap jangkrik, dia seperti tidak mengenakan apapun.

"Sh*t, kamu benar-benar sudah berniat untuk menggodaku!"

Suara sumpahannya yang serak itu membuat Laras tergelitik, dia berkata dengan tidak tahu malu : "Iya iya, hari ini aku harus menidurimu, sebaiknya kamu bekerja sama dengan baik."

Gavin : "......."

Darahnya yang panas mengalir ke otak, dia merasakan kesenangan yang tak terkatakan saat Laras bergerak di atasnya, lalu segera menyebar ke seluruh tubuhnya, nyala api hasrat yang sudah ditahan sangat lama akhirnya meledak keluar menjadi api yang membara.

"Jangan......jangan lakukan ini, aku tidak ingin melukai tubuhmu." tenggorokan Gavin terasa sangat kering dan pahit.

Pada saat ini, Laras kembali menambahkan api dengan berkata dengan lembut : "Jika kamu adalah seorang pria, maka lakukan!"

"........" Gavin hampir gila, dia menggeram dan menerima tantangan ini dengan senang hati.

Dia memutar tubuhnya, mereka bertukar posisi, Gavin juga berubah menjadi pihak yang berinisiatif.

"Kapan kamu diam-diam membeli pakaian ini? Oh bukan, kain ini."

Laras tertawa dan bertanya dengan manis : "Kamu suka tidak?"

Gavin mengganti jawabannya dengan menggunakan ciuman mendalam yang seolah-olah tidak sabar ingin menelannya sampai habis.

Gavin sangat lembut, jauh lebih lembut dibandingkan dengan apa yang Laras pikirkan, karena takut melukai Laras, dia menahan dirinya dengan sekuat tenaga untuk tidak masuk ke tempat yang paling dalam.

"Siluman kecil penggoda, apakah sekarang kamu sudah puas?" Gavin menggigit telinga Laras dan berguman dengan lirih.

Laras terkikik dan menggigit pundak Gavin, lalu berkata dengan genit : "Huh, kamu benar-benar sangat licik, jelas-jelas kamu juga ingin, tapi malah membuatku yang mengatakannya terlebih dulu."

"Siapa suruh kamu begitu tidak sabar? Emm....." Laras dapat merasakan kekuatannya, Gavin sedang membalas dirinya, "Kamu benar-benar sangat menyebalkan....."

"Anjing kecil lah yang suka menggigit orang, memangnya kamu anjing kecil?"

Laras kembali menggigit pundaknya yang satu lagi, sengaja menantangnya dengan berkata : "Kalau begitu bukankah kamu jatuh cinta kepada seekor anjing?"

"........"

Gavin perlahan-lahan menambahkan kekuatannya, namun terpaksa harus kembali mengontrol kekuatannya, dia mencintai Laras, tidak ingin menyakitinya sedikitpun.

Akhirnya Laras tertidur dengan puas, Gavin kembali ke kamar mandi dan mandi air dingin untuk menenangkan dirinya.

Di dalam kamar mandi dia mandi sambil bersiul.

Dia juga tidak tahu sedang bahagia karena apa, jelas-jelas adalah seorang pria dewasa yang sudah hampir berumur 30 tahun, namun masih seperti pemuda berumur belasan tahun atau 20an tahun, seolah-olah mempunyai energi yang tidak pernah habis, mempunyai hasrat yang yang tidak pernah habis untuk dilampiaskan.

Dia pernah mengira kalau misinya dalam hidup ini hanya untuk negara.

Tentu saja sekarang juga masih sama, hanya saja setingkat di atas misi yang paling mendasar ini bertambah satu misi lagi.

Itu adalah--Laras.

Karena Laras, kehidupannya yang dulu terasa membosankan dan tidak berwarna berubah menjadi sangat penuh warna.

Karena Laras juga, dia yang awalnya tidak memiliki emosi perlahan-lahan memiliki perasaan dan juga hasrat.

Dia perlahan-lahan berubah menjadi orang normal pada umumnya, mempunyai darah, air mata, bisa menangis dan juga tertawa.

Tidak memiliki emosi sebenarnya adalah sejenis penyakit, penyakit mental.

Selain dirinya sendiri, hanya Anis yang tahu tentang rahasia ini, bahkan ayah dan ibunya juga tidak tahu.

Tidak memiliki emosi adalah kurangnya respons emosional terhadap apa yang terjadi di dunia luar, bahkan meskipun itu adalah hal yang berkaitan sangat erat dengan dirinya sendiri juga sama.

Ini adalah penyakit mental yang sering membuat penderitanya merasa kesepian bahkan tenggelam di dalamnya, dalam beberapa hal penyakit ini mirip dengan depresi, namun juga berbeda dari depresi.

Jadi saat dia pertama kali bertemu dengan Laras dan memiliki sejenis perasaan bagaikan disengat listrik yang sulit untuk dijelaskan, dia langsung tidak ingin melepaskan Laras.

Anis pernah memperingatkannya bahwa dia harus keluar dari perasaan kesepian itu, jika tidak, hal itu dapat dengan mudah berubah menjadi depresi ataupun penyakit mental lainnya.

Semenjak menikah dengan Laras, selama hampir setahun belakangan ini dia tidak pernah merasa kesepian lagi.

Meskipun dia sedang pergi melakukan perjalanan bisnis, dia juga akan melupakan kesepiannya dikarenakan merindukan Laras.

Dia merasa kalau Laras adalah obatnya, membuatnya sembuh tanpa harus meminum obat.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu