Cinta Pada Istri Urakan - Bab 211 Hanya Membawamu Pergi Jalan-Jalan

Beberapa hari ini Rendra menginap di rumah sakit militer.

Manusia kalau semakin tidak melakukan apa-apa, akan semakin mudah diserang kesepian.

Apalagi seperti dia yang selalu sibuk bertahun-tahun tiba-tiba menganggur, juga pria yang tidak bisa dikatakan masih muda menyendiri selama bertahun-tahun.

Sekarang di semua internet memuat berita tentangnya dan Ariel, dia sangat khawatir juga Manda yang dari awal mencurigainya, akan semakin salah paham.

Semakin dipikirkan, semakin khawatir.

Semakin khawatir, semakin dipikirkan。

Dia juga tidak pasti dia sendiri yang tidak memiliki, namun apabila sudah mendapatkannya juga takut kehilangan seperti ini apakah benar-benar menyukai Manda, dulu sama sekali belum pernah memiliki perasaan seperti ini.

Dia hanya tau, beberapa hari ini lost kontak dengannya, dia merasa sangat sulit.

Setelah dipikir-pikir, lebih baik dia memaksa dirinya pergi bertanya kepada Laras.

Setelah dia mengirimkan pesannya, dia langsung menjadi gugup, memegang handphonenya, matanya memandang layar dengan lekat, berharap laras bisa cepat membalasnya.

-----"kak, untuk apa kamu meminta nomor Manda?"

Laras sudah membalasnya, Rendra gembira sejenak, bahkan kedua kakinya yang menggantung sampai gemetaran.

Disebelah Alexa yang tertidur tiba-tiba terbangun, dengan bingung bertanya, "Apa ada berita besar lagi?"

"Tidak ada, hehehehe, ma, kamu lanjut tidur saja."

Rendra mengangkat handphonenya, jarinya dengan cepat mengetik, semenit pun pandangannya tidak berpaling dari layar handphone, dia membalas ---- "Ada sedikit masalah terkait pengajaran matematika, ingin membahas dengannya."

-----"kak kamu tidak jujur, aku tidak memberitahumu."

-----“Angap aku berhutang budi padamu, cepat beritahu, aku sedang buru-buru."

Setelah menunggu sebentar, Laras akhirnya mengirimkan nomor Manda padanya, dia langsung menyimpannya, kedua sudut bibirnya tidak berhenti untuk tersenyum.

Siapa sangka, detik selanjutnya, Laras mengirmkan sebuah pesan wechat lagi----"kak, Manda ada disebelahku."

Rendra terdiam, merasa sangat malu, lalu tersenyum----"Terimakasih, besok-besok aku akan mentraktirmu dan Gavin makan."

Mata Alexa masih melihat anaknya, hanya melihat kedua kakinya yang digantung tinggi-tinggi, badannya berbaring diatas tempat tidur, kakinya berayun santai.

Ini sudahlah tidak apa-apa, ekspresi wajahnya sangat banyak, apakah ada sesuatu yang bahagia?

Sedang memikirkannya, Alexa nimbrung kesana dan melihat handphonenya.

Rendra terkejut, seperti anak kecil yang ketahuan melakukan hal jahat, langsung menyembunyikan handphonenya kebawah bantal, "Ma, apa yang kamu lakukan?"

Alexa:"Harusnya aku yang bertanya padamu, tersenyum bodoh kepada handphone, apa yang lucu?"

Rendra sangat malu, "Aku mana ada tersenyum dengan handphone, tidak ada!"

Alexa: "Hei, kamu masih tidak mengakuinya? Menyembunyikan rahasia apa? Tidak memberitahu mama?"

Rendra panik, "Ma, tidak ada, benar-benar tidak ada, aiya, aku membiarkanmu tidur, oke?"

Sambil berbicara, Rendra berusaha untuk bangun, Alexa bahkan tidak bisa memberhentikannya.

"Ma, anda tidurlah di tempat tidur dengan nyenyak, aku keluar jalan-jalan dulu."

Alexa melihat kedua kakinya yang dibalut gips, "Kamu yakin mau pergi jalan-jalan?"

Tangan panjang Rendra menarik kursi roda yang ada disebelah jendela, lalu menahan dengan kedua tangannya dan duduk, "Aku keluar cari angin dulu boleh?"

"Boleh, pergilah."

Kursi roda ini lumayan elit, kursi roda pintar, satu tangan Rendra memegang handphone, sebelah tangannya memegang remot kontrol, dengan santai keluar dari pintu.

Dia ada di departemen tulang, Laras ada di departemen jantung luar, dari departemen tulang ke departemen jantung luar, hanya perlu naik 3 lantai dengan lift, sangat mudah.

Di dalam ruang inap Laras.

"Jangan beritahu padanya, dengar tidak?" Manda memeringatinya.

Laras sambil mengirmkan wechat sambil berkata: Iya, iya, aku akan menutup rapat mulutku."

"Jadi kamu bilang apalagi padanya?"

”Aku bilang padanya, kalau tidak ada izin darimu, aku tidak akan memberitahunya."

"......" Dasar kamu Laras, kamu kapan menjadi menurut seperti ini? "Eumh, kamu tidak boleh memberitahunya, kalau tidak aku akan bertarung denganmu."

"Ya, ya, ya, aku tidak akan memberitahunya."

Manda sangat panik, dihatinya dia memarahinya sendiri bodoh, "Ai, kamu kenapa masih mengirim pesan padanya?"

Laras meletakkan handphonenya, tersenyum manis, "Sudah tidak, dia lain kali tidak akan mencarimu lagi, tenang saja."

"......Apa, kamu bilang apa padanya?"

"Aku bilang Manda sedang mencari jodoh, menyuruhku mengenalkannya kepada kak tentara."

"......" Manda benar-benar emosi, dengan lantang berkata, "Aaaaaa Laras, kenapa kamu berbohong, aku kapan menyuruhmu mengenalkan kak tentara padaku?"

Laras tidak bisa menahan untuk tertawa, "Kamu bukannya ingin menghindarinya, aku bilang seperti itu, supaya dia tidak mengganggumu lagi."

"....Benar-benar membuat orang darah tinggi!!!" Manda mengambil tasnya, langsung berjalan keluar.

"Wei, kakak, kamu baru datang, kenapa sudah mau pergi saja?"

"Dasar kamu!"

Pintunya terbuka langsung tertutup, Laras akhirnya tidak bisa menahan untuk tertawa terbahak, sampai hatinya sedikit sakit.

"Aiya, Yaelah, lucu sekali, Manda, kamu juga bisa begini, hahahaha."

Di pintu lift, Manda menggigit jarinya, hatinya sangat panik.

Laras si bodoh itu, otaknya ditindih sampai sudah rusak, sudah tau aku suka Rendra, sudah tidak membantu, malah mengacaukan, benar-benar buat emosi.

Lift berbunyi suara "ting", pintu lift terbuka, kakinya melangkah masuk kedalam.

Tiba-tiba, dari dalam terdengar suara yang sangat familiar, "Kamu sudah mau pergi?" Rendra memutarkan kepalanya melihatnya, matanya melihatnya dengan lekat.

Kalau bukan karena jarak yang begitu dekat, terdengar begitu jelas, Manda masih mengira kalau dia berhalusinasi.

Saat ini, rumah sakit tidak ramai, didalam lift hanya ada mereka berdua.

Dia mengangguk pelan, pandangan mereka saling bertubrukan.

Hatinya itu, sangat berbeda dengan wajahnya yang tenang.

"Ha? Eumh...... Aku datang melihat Laras, lihat sebentar langsung pulang......"

Rendra mengangguk, mengangkat tangannya untuk menekan tombol, "Kamu bawa mobil?"

"Eumh." Dia menjawab asal.

Rendra menekan tombol ke basement, pintu lift terbuka, diruang begitu kecil tiba-tiba berubah sangat hening.

Kedua orang itu menghadap ke pintu lift, tidak ada yang berbicara, malah diam-diam menoleh melihat satu sama lain.

Pandangan mereka bertabrakan lagi, kedua orang ini tertawa dengan bodoh.

"Laras sudah tidak apa-apa kan?"

"Eumh, dia sangat baik, kuat bertenaga seperti kerbau."

"Hehe, hubungan kalian berdua sangat baik, saling mengejek dan tidak sopan, tapi tidak mempengaruhi hubungan kalian."

"Iya, hubunganku dan kakak kandungku saja tidak sebaik hubunganku dengannya." Manda diam-diam melihatnya, "Kamu...... kenapa keluar sendirian?"

"Opname sangat membosankan, kamu juga tidak datang menemaniku."

"......" Maksud kamu apa, kamu berkata seperti ini bisa membuatku berpikiran yang lain-lain, tolong pertahankan sikap dinginmu bisa tidak? "Hehehehe, Pak Pradipta kamu pintar sekali bercanda."

Basemen sudah hampir sampai, pintu terbuka, diluar adalah parkiran mobil yang gelap.

Tapi, Manda malah tidak keluar.

Rendra mengingatkannya, "Sudah sampai, kakiku sekarang sedang susah tidak bisa mengantarkanmu, kamu hati-hati bawa mobil."

Saat ini, Manda baru tersadarkan, berkata: "Aku tidak bawa mobil datang, aku datang naik taxi."

"......." Yaampun, canggung sekali, siapa aku? Dimana aku?

Rendra tertawa, "Kalau sudah datang, sudah jenguk Laras, apa bisa mendorongku pergi jalan-jalan? Bu Atmaja?"

Wajah Manda itu, sudah tidak beda jauh dengan pantat monyet.

"Atau, kamu ada urusan lain, sedang buru-buru?"

"Tidak tidak, aku tidak ada urusan, ayo." Manda menahan kursi rodanya, sambil berkata, "Hanya membawamu pergi jalan-jalan, apa yang tidak boleh?"

"......" Aiya mulutmu ini, berkata yang enak didengar sedikit bisa tidak?!

Tidak sadar kedua sudut bibir Rendra tertarik naik, memang, berbicara dengannya adalah kebahagiaan.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu