Cinta Pada Istri Urakan - Bab 384 Kemenangan Total

Weiner dan Sonny mengangkatnya dari sisi kiri dan kanan, sambil menghiburnya: “Jordan, berdirilah, ini bukan salahmu, jangan seperti ini.”

“Berdirilah, apa guna membenturkan kepalamu, bisa menangkap mereka baru paling penting!”

Jordan yang bersujud di lantai pun diangkat, dia selain merasa marah seperti yang lain, masih ada selapis rasa bersalah.

Dia melepaskan semua tanda kepangkatan dan kerah bunganya, meletakkannya di depan Gavin, “Bos, aku sukarela mengundurkan diriku dari posisi wakil ketua Pasukan Khusus Serigala, aku tidak pantas, aku dengan resmi meminta misi sebagai mata-mata, semoga diizinkan.”

Semua orang merasa tindakan Jordan terlalu tergesa-gesa, tetapi semua orang juga mengerti perasaannya.

Khususnya Gavin.

Mereka tumbuh besar di taman pasukan yang sama, Jordan sejak kecil memang sangat mengkontrol adik perempuannya, apapun perihalnya dia akan selalu memprioritaskan adiknya. Tahun itu saat Jenny memilih jalan untuk menjadi tentara, Jordan adalah orang pertama yang membantah, katanya perempuan tidak bisa menanggung kesulitan seperti ini, tetapi akhirnya saat Jenny dengan kemampuannya sendiri masuk ke dalam Pasukan Khusus Serigala, Jordan menangis lebih hebat dari siapapun.

Selama ini, penilaian semua orang terhadap Jenny tidak jauh dari kalimat “perempuan yang tidak kalah dengan lelaki” ini, dia terlebih menjadi kebanggan keluarga Wijaya.

Saat ini Jenny yang mengkhianati militer lalu mengkhianati negara, keluarga Wijaya bahkan tidak dapat mengangkat kepalanya, Jordan yang sebagai kakaknya, terlebih merasa seperti tubuhnya memikul berton-ton ludah perkataan orang lain.

Walaupun rekan-rekannya tidak menyalahkannya, tetapi sekali dia keluar, meninggalkan pasukan khusus dan pergi ke departemen lain, maka akan ditatap dengan pandangan yang berbeda.

--- “Lihat, itu adalah kakak Jenny si pengkhianat.”

--- “kakak kandung Jenny, wakil ketua Pasukan Khusus Serigala, adik kandungnya telah menjadi pengkhianat, dia mengapa masih ada muka untuk bertahan di pasukan khusus?”

--- “Kalian bilang Jenny pernah menghubunginya tidak?”

--- “Kalau saat itu yang dikirim bukan Jino tetapi Jordan, kalian bilang, apakah Jenny akan tidak tega membunuh?!”

--- “…”

Berbagai macam kata-kata gosip, semuanya tidak dikatakan di hadapannya, tetapi setiap kata menusuk hati, dengan kejam menusuk sarafnya yang semakin sensitif.

Orang tuanya sudah dimundurkan oleh departemennya, dia dilindungi oleh Ketua, baru bisa lanjut menjadi wakil ketua Pasukan Khusus Serigala.

Sekarang, dia sudah berpikir dengan jelas, juga sangat bertekad.

“Bos, kamu izinkanlah, melihat gugurnya sobat-sobat, aku hidup bagaikan mati.” Dia meminta.

Gavin berbalik bertanya: “Kalaupun aku mengizinkan, kamu mau menjadi mata-mata di mana? Apakah kamu tahu mereka sekarang sedang di mana? Kamu berani menjamin Jenny dan Darius tidak akan mengenalmu? Kamu berani menjamin tindakanmu tidak akan dikendalikan oleh perasaanmu?”

Jordan terdiam.

"Jordan, yang aku sekarang perlukan adalah kepastian untuk menyelesaikan misi, bukan sebuah pertaruhan, bukan sebuah pertarungan nyawa, kamu mengerti tidak?”

Gavin mendorongkan tanda kepangkatan dan bunga kerah ke hadapannya, berkata kepadanya dengan nada peringatan: “Dalam waktu apapun, jangan bermain-main dengan pangkat militermu, di sini aku dapat melindungimu, di luar sini, siapapun tidak bisa melindungimu!”

Beberapa rekan lain menepuk bahunya, menghiburnya, menyokongnya dan juga menegurnya.

“Tujuan mereka mengirimkan video ini kepada kami, bukannya untuk mengacaukan kita?! Semakin waktu seperti ini, semakin harus tenang!” Gavin melihat para rekan, berkata lagi, “Kita tidak meninggalkan tempat ini maka apapun tidak dapat dilakukan, bukannya hanya latihan, bukannya hanya bertarung dengan pihak merah, dalam waktu tiga hari marilah lihat hasilnya.”

Semuanya berteriak dengan serentak: “Baik!”

Beberapa hari ke depan, anggota seluruh pasukan telah mengumpulkan semangat untuk ‘bertarung’ dengan pihak merah, pertarungan sulit ini berlangsung selama tiga hari penuh, pihak biru yang diketuai Gavin meraih kemenangan total.

Tidak heran Gavin disebut “Dewa Perang Militer”, walaupun sedang terluka, masih dapat meraih kemenangan.

Lagipula, strategi perang dan kecepatan tempurnya tidak dapat dibandingkan dengan siapapun, ini juga menjadi legenda di tengah militer.

Pelatihan di pulau diakhiri dengan kemenangan pihak biru, Reno pun tidak dapat lagi menggunakan hal ini sebagai alasan untuk mengikat Gavin di pulau.

Ditambah lagi provokasi dari video tersebut telah mengambil perhatian Sekretaris Jendral, Sekretaris Jenderal memerintahkan Pasukan Khusus Serigala untuk berusaha sekuat tenaga untuk menyerang grup Segitiga Emas yang tersisa.

Dengan begini, Gavin memimpin seluruh pasukan dengan terang-terangan untuk pulang, tanpa ada gangguan.

Saat kapal baru saja sampai di gerbang pelabuhan, Reno secara pribadi meneleponnya.

Gavin: “Komandan Sutedja, apakah ada perintah?”

Reno: “Walaupun Sekretaris Jendral menunjukmu untuk mengambil alih kasus ini, tetapi Gavin, aku menegurmu untuk berpikir baik-baik, mereka sangat berkemungkinan datang untukmu.”

Gavin: “Komandan Sutedja, perintah militer bagaikan gunung, aku tidak berani menentang perintah Sekretaris Jendral.”

Reno terdiam beberapa saat, saat membuka mulutnya lagi nadanya pun tidak terlalu baik, “Aku berpikir demi kebaikanmu, jika kamu tidak mendengarnya kalau begitu sebagai atasan dan seniormu, aku hanya dapat berkata, Gavin, aku mengharapkan keselamatanmu, berhati-hatilah dalam apapun.”

Gavin: “Baik, terima kasih banyak.”

Setelah memutuskan panggilan, dia mengingat kembali kata-kata Komandan Sutedja dengan teliti, dia terus merasa kalau Komandan Sutedja tidak ingin dia ikut campur tangan kasus ini.

Komandan Sutedja meninggalkannya di pulau, tetapi di pulau ada orang yang ingin diam-diam membunuhnya, Tere Liye paman keempat adalah Aston Martin yang keluar dari pasukan militer sembilan belas tahun yang lalu, dia dan Komandan Sutedja adalah kerabat, beberapa hal ini apakah ada hubungan?

Karena hanya sebuah tebakan, dia tidak mengatakannya pada siapapun, tetapi, dia tidak ingin hanya berhenti di tahap tebak-tebakan ini.

“Sonny, kamu kemari.” Dia memanggil Sonny sampai ke pinggir dan berkata, “Lanjutkan pemeriksaan diam-diam terhadap pihak atasan, harus dirahasiakan.”

Sonny sekali lihat ekspresi wajah Ketua langsung mengerti sesuatu, dia menjawab dengan suara rendah: “Aku mengerti, Bos.”

Tiga hari tiga malam mengapung di atas laut, Laras mabuk laut lagi, mukanya pucat pasi, tidak ada warna darah.

Gavin mengganti pakaian sehari-harinya, menggendongnya, berkata dengan lembut, “Sayang kita sudah mau turun dari kapal, aku menggendongmu turun.”

Awalnya Laras ingin menolaknya, namun dia sudah menggendongnya berjalan menuju keluar, dia juga sudah benar-benar tidak memiliki tenaga untuk berbicara, hanya bisa bersandar tidak berdaya di dadanya.

“Pusing ya?”

“Ya….” Langit sedang berputar, tanah sedang berputar, orang pun sedang berputar, tidak hanya pusing, dia juga ingin muntah.

“Bertahanlah sebentar lagi, kita akan segera mendarat.”

Setelah semua anggota pasukan telah turun dari kapal, mereka segera berlapor pada militer, satu demi satu mobil menuju kota Jakarta.

Gavin menggendong Laras, melihatnya yang bernafas lemah, sangat tidak tega melihatnya meneruskan perjalanan jarak jauh ini, “Kalian pulang duluan, aku membawanya untuk tinggal di sini satu malam, besok segera kembali ke pasukan dengan pesawat.”

“Baik!”

Kelompok besar segera pulang ke barak, Gavin menggendong Laras, menginap di sebuah hotel di sekitar.

Laras tidur selama setengah hari dengan pusing, tunggu sampai benar-benar bangun pun, langit telah gelap.

Jendela kamar tepat menghadapi dermaga pelabuhan, saat ini, lampu di pelabuhan bersinar megah, sebuah huruf “T” yang besar seperti penjaga, yang selalu melindungi pelabuhan ini.

Sepanjang huruf "T" ini, di sekitarnya dikerumuni perahu nelayan, dilihat dari jauh, terasa menarik.

Laras mengusap-usap matanya dan bangun, dia melihat Gavin yang sedang duduk di samping jendela, mukanya murung, tidak ada sedikitpun rasa senang, kedua tatapannya mendalam seperti jurang maut, penuh dengan misteri yang tidak diketahui.

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu