Cinta Pada Istri Urakan - Bab 14 Membelot

Bab 14 Membelot

Tidak ada orang tua yang tidak mempercayai anaknya sendiri, semakin Nadira menangis dengan sedihnya, orang tua Nadira semakin marah, "Kepala jurusan Henny, saya bersedia duduk dan berdiskusi di sini hanya karena memandang mukamu saja, sekarang kelihatannya saya harus lapor polisi."

"Lapor, lapor polisi, dari awal saya sudah bilang lapor polisi, wajah putri kami terluka sampai seperti ini, jika bukan Laras yang memukulnya, apa mungkin dia yang memukul dirinya sendiri? Kami tidak terima putri kami difitnah, lapor polisi!"

Begitu orang tua Nadira bilang lapor polisi, orang tua mahasiswa yang lain juga satu demi satu setuju.

Jika rekaman video Laras adalah benar, kalau begitu Nadira adalah tersangka utama, mahasiswa lainnya ikut membantu kejahatan, tidak ada seorangpun yang mau menerima bukti dari Laras, tidak ada yang bersedia percaya anaknya sendiri bisa bertengkar seperti itu.

Ada orang tua murid yang tidak datang, tapi digantikan oleh pengacaranya, dia memakai kacamata berbingkai hitam, wajahnya sangat serius, dia maju ke depan dan berkata : "Ini adalah kejahatan karena menciderai orang lain, menurut hukum pidana pasal 234, jika sengaja menciderai tubuh orang lain, dijatuhi hukuman penjara selama kurang dari 3 tahun, penahanan jangka pendek atau berada dibawah pengawasan."

"Benar sekali, orang seperti ini sudah seharusnya dikurung di penjara selama beberapa tahun, biarkan negara yang mendisiplinkannya."

"Masalah sudah sebesar ini tetapi orang tuanya tetap tidak peduli, menurutku bahkan tanggung jawab orang tuanya juga harus sekalian diselidiki."

Pemimpin universitas dan ketua jurusan melihat bahwa mereka sudah tidak mampu membujuk mereka lagi, ketua jurusan menarik Laras dan membujuknya dengan sungguh-sungguh, "Laras, biasanya kau sering berbuat nakal aku tidak akan mengungkitnya lagi, tetapi masalah kali ini menyangkut masa depanmu, bukan bahan candaan, sebaiknya kau panggil orang tuamu kemari."

Laras berkata : "Ketua jurusan, saya benar-benar tidak membohongimu, saya tidak punya ayah, tidak punya ibu, tidak ada orang yang mengaturku."

Ketua jurusan sudah mengiranya, tetapi setelah mendengar dengan telinganya sendiri membuat dia merasa anak ini sangat kasihan sekali, tetapi masalah ini sudah tidak bisa ditahan lagi, dia juga tidak bisa menjelaskannya lagi kepada pemimpin, "Kalau begitu kau pasti ada keluarga yang lainnya bukan? Harus memanggil keluargamu kemari untuk mengatasinya."

Laras berkata dengan terus terang : "Kalau mau lapor polisi, lapor saja, saya tidak takut, video ini saya yang merekamnya, apakah saya memukulnya atau tidak, saya tahu dengan jelas, tidak ada yang saya tutup-tutupi, saya tidak percaya pak polisi tidak bisa membuktikan saya tidak bersalah."

Kata-kata Laras membuat Nadira dan beberapa mahasiswa lainnya agak sedikit takut.

Saat kedua belah pihak masih menemui jalan buntu, dari luar masuk seseorang, dengan terburu-buru lari ke depan para pemimpin universitas dan memperlihatkan sebuah video kepada mereka.

Kepala jurusan dan Laras juga melihatnya, itu adalah video yang sedang viral berjudul "Kapan kekerasan di kampus dapat berhenti? Dan saksikan seorang mahasiswi melawan mereka dengan heroik", dalam waktu yang singkat video itu masuk ke tingkat pencarian teratas.

Video ini sangat jelas diambil oleh orang yang lewat saat itu dan diunggah ke internet, video ini tidak ada suara hanya ada gambar saja, digabungkan dengan video yang diambil oleh Laras yang hanya ada suara tidak ada gambar itu, kebenarannya sudah terbuka dengan sangat sederhana dan jelas.

Para pemimpin universitas saling memandang dan mengangguk.

Ketua jurusan maju ke depan, mengambil telepon genggam Laras, memutar kedua video itu secara bersamaan di depan semua orang.

Para orang tua murid saling memandang, ternyata mereka semua dibohongi oleh Nadira.

Nadira mengeluarkan keringat dingin, "Ini Ini ini...." dia terus tergagap tanpa bisa mengucapkan kalimat yang lengkap dalam waktu yang lama.

Orang tua Nadira membelalakkan matanya, wajah mereka merah dikarenakan merasa sangat malu dan marah.

Ada beberapa orang tua murid mulai bertanya kepada putranya dengan lirih, beberapa mahasiswa itu mulai satu demi satu membocorkan kejadiannya, demi bisa terlepas dari tuduhan.

"Aku tidak tahu, Wilson yang menyuruhku pergi."

"Aku juga tidak tahu, aku hanya menuruti Wilson."

"Aku lebih tidak tahu apapun, aku juga tidak mengenal Laras."

Wilson yang mereka sebutkan kebetulan adalah putra tunggal dari Wildhan Hirawan, orang terkaya di kota B, kebetulan lagi, Wilson saat ini sedang di rumah sakit, yang datang kemari adalah pengacara keluarga Hirawan.

Saat ini Laras sangat puas, "Lihat lihat, semua sudah lihat belum? Mereka bersembilan yang mengeroyokku, mengeroyokku."

Dia menepuk pahanya, berkata dengan sangat marah, "9 orang mengeroyokku apakah aku tidak boleh membalas? Aku bukan orang bodoh, mana mau hanya membiarkan diriku dipukul, tentu saja aku harus membela diriku."

"Hei, kau adalah pengacara bukan? Kalau begitu apakah ada hukum yang menetapkan kalau membela diri tidak bersalah?"

Ekspresi pengacara itu sangat tenang, masalah ini bisa berbalik seperti ini, sebenarnya dia tidak heran sama sekali, tugas dia adalah membereskan masalah yang sudah dibuat oleh tuan putra Hirawan, beberapa tahun ini, dia sudah membereskan begitu banyak masalah, sudah sangat terbiasa.

"Apakah bersalah atau tidak hanya bisa diputuskan oleh pengadilan bukan pengacara."

Laras melihatnya sekilas, berbicara dengan orang munafik yang berpakaian rapih ini sangat tidak tidak ada gunanya, dia berbalik melihat ke orang tua Nadira lalu bertanya : "Paman, bibi, bagaimana cara kalian mengajar putri kalian? Apa perlu negara membantu kalian mendisiplinkannya?"

Ibu Nadira masih berusaha melindunginya, bertanya dengan lirih : "Kalau begitu wajahnya tetap dipukul olehmu bukan?"

"Ini benar bukan aku yang memukulnya." Jalan pikiran Laras sangat jernih, dia berkata dengan sistematis, "Lukanya ada di wajah bagian kanan, sedangkan aku tidak kidal, jika tangan kananku memukul wajahnya pasti memukul wajah bagian kirinya. Selain itu, jalan itu adalah jalan pulang ke rumahku, kalau aku menghadangnya bukankah seharusnya aku menghadang di jalan dia pulang ke rumahnya?"

Orang tua Nadira tidak dapat membalas satu patah katapun.

"Mengenai luka di wajahnya dari mana, hanya bisa bertanya kepadanya. Jika aku yang memukulnya, tidak akan hanya ada tiga garis bekas cakaran ini saja!"

Ada orang tua murid yang berkata dengan curiga : "9 orang lawan 1, termasuk Nadira jadi ada 10, mereka bersepuluh semuanya terluka, 3 orang bahkan masuk rumah sakit, tetapi kau sebaliknya, tidak terluka sedikitpun."

"Tante, anda salah, wajahku juga dipukul hingga bengkak, " Laras menyibakkan poni yang menutupi matanya, "Kalian lihat, lukaku juga sangat jelas terlihat. Mengenai kenapa luka anak kalian lebih berat dibandingkan denganku, hehe, itu adalah masalah kemampuan masing-masing orang."

Orang tua yang hadir di sana tidak lagi menunjukkan kesombongan seperti sebelumnya, ada yang sudah diam-diam bertanya kepada anak mereka masing-masing.

"Masih mau lapor polisi tidak? Para paman, bibi dan juga tuan pengacara?"

Semuanya diam.

Sebelumya adalah 1 lawan 9, dia menang dengan mudahnya, sekarang adalah 1 lawan banyak orang, seperti biasa dia menang dengan mudahnya.

Laras dengan bangga mengangkat alisnya kepada kepala jurusan, kepala jurusan memelototinya, berbisik memperingatinya : "Serius sedikit!"

Tetapi Laras dengan jelas melihat senyuman kepala jurusan, dia dengan menurut menganggukkan kepalanya, "oke, oke."

Setelah menjadi korban pemfitnahan, Laras tidak ingin memperpanjangnya lagi karena takut repot, hanya berantem saja, dia tidak ada waktu luang untuk mengurusnya.

Tetapi selanjutnya meskipun Laras sudah tidak khawatir, tetapi para orang tua murid tidak dapat melepaskan Nadira begitu saja, sedangkan kampus juga akan memberikan hukuman kepada Nadira.

Saat keluar dari kantor dosen, gaya jalan Laras sangat sombong, Tuhan sangat adil, dia sangat ingin berterima kasih kepada kerumunan orang yang mengambil video pada saat itu.

Manda yang terus menunggu di luar sangat bersemangat sekali, "Hahaha, Laras, tadi kau sangat keren sekali."

Laras menyilangkan tangan di dada, mengangkat dagunya, nada bicaranya sangatlah sombong, dia bertanya : "Panggil aku apa?"

"Tuan besar Laras, kau sangat hebat!"

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu