Cinta Pada Istri Urakan - Bab 993 Jangan Bertingkah Bodoh Lagi

“Cepat bilang, cepat!” Tim suporter yang kuat tidak henti mendesak, tidak henti menyemangati Darius.

Darius berlutut dengan satu kaki, gugup hingga tergagap, "Je... Jenny... aku...... aku...... aku orang yang tidak punya apa-apa, kamu...... maukah kamu menikah...... menikah denganku?"

Capek sekali untuk mengucapkan kalimat ini, orang yang mendengarkan pun merasa sangat lelah.

Jenny mengangguk kuat dengan air matanya yang berlinang, kalimat inilah yang terus dinantikannya.

Mata Darius juga terisi penuh dengan air mata, memegang tangan Jenny dengan erat, mengucapkan terima kasih berulang kali, "Terima kasih, terima kasih."

Jenny menariknya bangkit, merangkul lehernya dengan satu tangan, berjinjit, mendongak, mengambil inisiatif untuk mengecup bibirnya.

"Wow!!!" Para rekan bersorak keras, seluruh ruang pertemuan menjadi heboh, semua orang bersorak-sorai, berteriak keras, bertepuk tangan, lebih bahagia daripada keberhasilan proposal pernikahan mereka sendiri.

Jenny benar-benar sangat senang. Dia menoleh balik untuk melihat Gavin, Gavin sedang menatap mereka dengan tatapan yang memberkati mereka. Dia berpikir, dia sekarang akhirnya mengerti betapa bodoh dan konyolnya obsesinya terhadap Gavin dulu. Setiap orang, baik cinta maupun tidak, tidak boleh kehilangan jati diri dan diri mereka sendiri.

Dia berpikir bahwa dia berutang kata maaf pada Gavin, juga berutang kata maaf terhadap Laras.

Pada malam hari, semuanya mengadakan makan bersama. Ini adalah hari libur yang disetujui bos, tentunya mereka tidak akan menolak.

Usai makan, banyak rekan yang memamitkan diri lebih awal. Weiner memesan tiket pagi-pagi dan bergegas pulang kampong dalam perjalanan satu malam, mungkin tidak akan lama lagi baginya untuk mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan lajang. Sonny dan Jino juga pulang lebih awal. Jarang mendapatkan liburan, tentu saja harus meluangkan lebih banyak waktu untuk menemani istri dan anak.

Ngomong-ngomong, mereka semua perlu berterima kasih kepada Ariel atas liburan ini.

Gavin dan beberapa lainnya yang masih tinggal mengganti tempat untuk lanjut menongkrong, dia juga mengajak Laras untuk bergabung.

Malam musim panas bertiup angin sejuk, sekitar tiga sampai lima sahabat menikmati barbeku dan bir es, momen yang menyenangkan.

Pandu mengantar Laras dan Yuni ke tempat yang ditentukan. Begitu turun dari mobil, terlihat asap putih menyelubungi atmosfer di sekitar mereka, bahkan bau jintan pun mengambang di udara. Laras tidak bisa menahan diri untuk tidak mengejek, “Rekan sekalian, kehidupan kalian tampak sangat bernutrisi!"

Melihatnya kemari, bibir Gavin melengkung, segera mengulurkan tangan dan melambai ke arahnya, memanggil dengan intim: "Laras, cepat kemari."

Begitu Laras melihat senyum lembutnya, dia pun tahu bahwa ia mabuk.

Setelah duduk, dia memandang Gavin, kemudian memandang orang-orang di sekitar, "Kalian…... hari ini hari apa, kenapa kalian punya waktu luang untuk menikmati barbeku di sini?...... Bolehkah kalian minum sebebas ini dalam waktu kerja? Ha?"

Hendro: "Kak, kami sedang liburan sekarang, beberapa yang tidak hadir sudah pada pulang."

Laras sudah lama tidak bertemu Hendro. Ketika melihatnya, dia secara naluriah berbalik untuk melihat Yuni. Yuni sedang menundukkan kepala dan berdiri di belakangnya, tidak mencari tempat untuk duduk. Dia menarik Yuni, berkata dengan suara rendah, "Anak baik, duduk dan makanlah, Mas Pandu, kamu juga duduklah. Sulit bagi kita, kelompok tiga orang untuk keluar dan menikmati camilan di tengah malam. Manfaatkan kesempatan ini untuk makan lebih banyak, mumpung ada bos yang traktir."

Pandu pun duduk tanpa ragu, bertanya dengan penasaran, "Bos, apakah kalian benar-benar sedang berlibur?"

Gavin: "Iya, jangan curiga lagi. Aku berencana untuk membawa kalian semua ke luar untuk bermain. Kamu bantu aku cari tempat yang cocok untuk orang tua dan anak-anak, tidak boleh terlalu panas."

Pandu segera mengangguk, "Baiklah, serahkan padaku, aku akan memberimu tiga pilihan besok pagi."

Gavin melirik Yuni, lalu berbalik ke Hendro, dia memikirkan hal yang sama dengan Laras.

Hendro merasa tidak nyaman dengan pandangan suami istri tersebut. Sejak mendengar percakapan antara Laras dan Yuni dari peralatan pemantauan pada enam bulan lalu, tahu bahwa dirinya pernah mencium Yuni dalam keadaan mabuk, tahu keraguan Laras pada perihal orientasinya, dia menjadi sangat canggung.

Karena hal itu didengarnya dari alat pemantauan, dia tidak bisa memberi penjelasan apa pun, hanya bisa berpura-pura tidak tahu apa pun.

Selama enam bulan terakhir, dia dan Yuni tidak banyak bertemu. Karena mereka tidak berada di unit kerja yang sama, sangat mustahil untuk bertemu jika tidak membuat janji pertemuan. Apalagi jika sengaja menghindari sesama, akan jauh lebih sulit untuk bertemu.

Dia tidak tahu apakah dalam enam bulan terakhir ini, Yuni sengaja menghindari pertemuan dengannya atau memang tiada kesempatan untuk bertemu.

Sekarang, Yuni duduk tepat di hadapannya secara diagonal, tempat yang berjarak paling jauh darinya. Dia berpikir dalam hati, jika Yuni bisa melepaskan cinta bertepuk sebelah tangan ini, itu akan lebih baik.

Tapi, kenapa dalam hatinya memiliki semacam perasaan sedih?

Dia hanya berani melirik Yuni dari sudut mata. Yuni duduk bersama dengan Pandu. Pandu menjepitkan ini dan itu untuk Yuni, sehingga Yuni hanya menunduk untuk makan, gambaran yang tampak harmonis.

Mari kembali ke protagonis hari ini. Protagonis hari ini tentunya adalah Darius dan Jenny. Namun, dua protagonis ini tidak banyak bicara. Orang yang paling banyak berbicara adalah Jordan.

Jordan minum paling banyak, minum banyak, omongan pun menjadi banyak, "Tahun-tahun ketika kalian di luar, jangan berpikir hanya kalian yang melalui masa tidak mudah, kami yang ada di rumah juga tidak mudah. Terutama keluarga kami…... Jenny, tahukah kamu berapa banyak sangsi yang ditanggung orang tua dan aku selama kepergianmu? Ayah dan ibu mengabdikan hidup mereka untuk karier mereka. Mereka malah harus pensiun sebelum mencapai usia. Tahukah kamu betapa memalukannya ini bagi mereka?"

"Oke, aku tahu, masalah ini telah berlalu, tidak usah diungkit. Mari kita bicarakan masalah sekarang. Tahukah kamu seberapa besar harapan ayah dan ibu terhadapmu? Kamu sudah pulang, bos merahasiakan banyak hal untukmu, menarikmu kembali dari jalan pengkhianat ke jalan yang benar, juga menjaga reputasi keluarga kita. Ayah dan ibu berharap kamu bisa membalas lebih banyak, apakah kamu mengerti?"

Jenny terus mengangguk, "Abang, aku tahu, kamu terlalu banyak minum."

"Karena kebanyakan minum, makanya aku menyampaikan semua ini padamu. Jangan bertingkah bodoh lagi kedepannya!"

“Iya, tidak akan lagi.”

"Baik-baik dengan Darius. Gosipan orang lain hanyalah kentut. Kebahagiaan kalian adalah serangan balik terbaik untuk mereka. Pemikiran ayah, ibu, dan aku sama. Dalam hati kami, selama kamu hidup dengan bahagia, kami tidak peduli hal lain."

“Aku mengerti, abang, kamu benar-benar kebanyakan minum.”

Jordan telah tetekan terlalu lama. Di tempat kerja, tidak peduli seberapa keras dia bekerja, seberapa besar usahanya, selalu ada yang meragukan motifnya, "abang dari pengkhianat". Dia menanggung semua ini bertahun-tahun, bahkan ada orang yang berniat jahat ingin menariknya turun dari jabatan; Dalam kehidupan, dia hampir tidak memiliki kehidupan sendiri, bahkan menikah pun hanya menjalankan formalitas dengan profil rendah.

Dia berterima kasih atas kepercayaan Gavin padanya, serta wanita baik hati yang menerimanya apa adanya. Dengan adanya mereka, sehingga masih ada Jordan yang bertahan di jabatan sampai hari ini.

"Hais, kebanyakan minum, agak emosional," Dia menoleh ke arah Darius, emosinya lebih dari sekadar kata-kata, "Perlakukan adikku dengan baik."

Darius dengan sungguh-sungguh berjanji: "Pasti."

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu