Cinta Pada Istri Urakan - Bab 55 Kemampuan Akting (1)

Laras tidak pernah merasa kesepian seperti ini, dia tidak punya teman, tidak ada keluarga, tidak ada orang untuk diajak bicara, dan hatinya panik.

Kereta api melewati satu perhentian, dia melihat rute yang sangat familiar, dan stasiun untuk kembali ke rumah segera sampai.

Dipikir-pikir, hampir tiga bulan tidak kembali kerumah, waktu itu dia bersumpah tidak akan berhubungan dengan keluarga Atmaja lagi, tapi tempatnya hidup selama 20 tahun, tidak mungkin hanya dengan satu sumpah sudah bisa melupakannya.

Paman dan bibi tidak baik padanya, kakak sepupunya juga sangat dingin padanya, tapi kakek, nenek dan Manda sangat baik padanya.

Nenek sudah meninggal, kakek masih ada, Manda sering bilang kakek merindukannya, si Manda sialan itu, kali ini tidak tahu pergi senang-senang kemana lagi.

Atau tidak, aku pergi lihat kakek?

Mengingat ini, Laras secara reflek langsung menelepon Manda.

“Bukankah kamu bilang mau putus hubungan denganku? Masih telepon aku untuk apa?” Begitu telepon masuk, Manda langsung bertanya dengan marah, “Aku sibuk, ada apa langsung bicara saja.”

Suara yang familiar, dan rasa yang familiar, Laras menahan emosi, “Apakah Yang Mulia ada dirumah? Hamba ingin menemui kamu.”

“Heh......sekarang kamu pulang?”

“Ehn, kereta api sampai stasiun aku turun, pergi lihat kakek.”

Suara Manda tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dan berkata, “Kalau begitu aku pergi ke stasiun jemput kamu.”

“Heehee, Yang Mulia memang pengertian, tidak sia-sia hamba menyayangi kamu.”

“Laras, matilah kamu!”

“Hahahahahaha.......”

Keluar dari stasiun, Laras langsung melihat mobil Maserati merah, Manda memakai kacamata hitam, dan bertanya dengan angkuh: “Nona pergi kemana? Perlu tumpangan?”

Laras langsung naik, menaruh satu kantong plastik berisi buah-buahan dibelakang mobil, dan berkata: “Nona Manda, ayo jalan, ke tempat biasa.”

“……”Manda marah, dia seakan menjadikannya sebagai supir, lalu bertanya, “Laras, kenapa kamu terus berdebat denganku, apa aku tidak perlu dihormati?”

Laras menjulurkan tangan, menggunakan jari telunjuk menyentuh wajah kecilnya, tersenyum kecil, dan bertanya: “Wajahmu hanya seharga berapa rupiah?”

Manda benar speechless, tapi dia harus mengakui, sungguh disayangkan Laras bukan seorang laki-laki, dengan tampangnya yang menggoda, seorang wanita bisa membuat hatinya menggelitik, “Hei, perhatikan kata-katamu, kamu ini sekarang sudah ada pemiliknya, adik ipar tahu kamu begitu genit?”

“Dia ya…,”senyum jahat Laras, “Lain hari ku perkenalkan padanya.”

“Kelihatannya kehidupan pengantin baru kalian sangat hangat dan manis.”

Laras mencemberutkan bibirnya tersenyum, “Yah lumayan, kamu ini anak kecil, tanya masalah orang dewasa untuk apa, fokus sana nyetir.”

“.....iya, aku tidak bisa menang debat sama kamu!”

Sepanjang perjalanan kakak adik ini ngobrol penuh dengan canda tawa, hati Laras sedikit baikkan, sesampai dirumah, mobil parkir dihalaman, dia melihat ada satu mobil hitam asing yang berhenti disana.

“Dirumah mu ada tamu?”

“Tidak tahu, mungkin tamu ayahku, tidak ada hubungannya denganku, ayo, pergi lihat kakek, dia setiap hari bilang merindukanmu.”

“Ehn.”

Laras turun dari mobil, menenteng buah, mengikuti Manda masuk kerumah.

Dua orang ini baru saja masuk rumah, sudah mendengar suara teriakan bibi, “Apa, Maksud Anda malam itu tidak jadi?”

“Iya, aku bahkan tidak pernah melihat orangnya, dia terburu-buru naik pesawat terbang kemari,” Tere Liye menjulurkan tangan memperagakan angka, “Proyek milyaran rupiah, ini bukannya sibuk selama tiga bulan, akhirya berhasil juga.”

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu