Cinta Pada Istri Urakan - Bab 533 Kembali Hanya Karena Anak-anak

Laras sebenarnya ingin kembali ke ruang makan, tapi sampainya di depan pintu, dia mendengar suara ribut dari dalam, dia curiga, dan dia berbalik dan berjalan lebih dalam ke koridor.

Bagian tengah hotel adalah area lounge yang sangat tenang, kosong dari atas sampai bawah, dan dengan ruang yang sangat besar.

Laras mencari tempat untuk duduk, tidak bisa mengatakan apa yang salah.

Jika kamu ingin mencari, kamu bisa langsung katakan kepadaku, dari pada bibirmu mengatakan tidak keberatan, tapi malah mencari bukti dibelakangku?!

Persetan dengan keberatan, anak ini anakmu jelas saja kamu tidak keberatan, kamu ingin aku berpura-pura didepanmu, atau untuk membuktikan kapasitasmu?

Orang di keluarga kalian, setiap kali membuka mulut hal yang dibahas pasti anak, anak, dan anak. Menyiapkan babak besar ini untuk membiarkan anak-anak mengenali leluhur mereka dan kembali pada mereka, adalah ide yang sangat hebat, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Saat wanita dalam suasana hati yang buruk, seringkali mereka membuatnya menjadi lebih rumit, dan kadang selalu terpaku pada bagian negatif.

Sekarang Laras terjebak dalam pesimisme besar, semakin memikirkannya dia semakin merasa aneh, apakah dia baru saja menyerahkan anaknya kepada Keluarga Pradipta? Jika dia dan Gavin tidak bisa bersama lagi dikedepannya, apa mereka masih memperbolehkan aku membawa anak-anakku?

Di sebuah pernikahan jangan menarik kesimpulan dengan mudah jika belum melewati masa tua, sakit, dan mati. Ada juga yang bercerai diumur 80, mereka ini masih muda, yang satu 26 tahun yang satu 34 tahun, kedepannya bisa bertahan sampai berapa lama tidak ada yang tahu.

Apalagi sekarang, anaknya bukan hanya milik dia seorang lagi.

Ketika dia sedang berpikir, dari belakang terdengar suara yang tidak asing, “Lagi mikirin apa? Wajahnya sampai masam begini?”

Laras menoleh, Christian pun muncul dalam kegelapan, mantanya seperti tinta tampak sangat kecil, dibandingkan dengan semangatnya saat dia masih muda dulu, sekarang ada sedikit perubahan.

“Boleh aku duduk?”

“Tentu saja, ini kan tempat umum, silahkan duduk.”

Christian duduk dengan anggunnya, ditengah mereka disisakan 1 tempat duduk yang kosong.

“Kok duduk sendirian?”

“Aku tidak terbiasa dengan keramaian didalam. Kalo kamu? Kenapa kesini?”

“Aku juga, aku tadi baru datang dengan pesawat, jadi masih sedikit jet-lag.”

“Dari mana?”

“Amerika.”

“Kamu tidak ingin pergi tidur?”

“Hari ini hari besar Keluarga Pradipta dan aku sengaja datang, belum berbicara apa-apa sama nenek, kalau langsung tidur tidak enak.”

Laras mengangguk dan suasanapun kembali hening.

Christian mulai mencari topik diantara mereka, “kamu masih ingat guru Yang?”

“tentu saja, kenapa?”

“Dia juga masih di Amerika, sekolah mengutusnya untuk melakukan pertukaran akademis, beberapa hari yang lalu aku tidak sengaja bertemu dengannya, dia juga menanyakan tentangmu.”

“oh?”

“Dia bilang kamu adalah muridnya yang paling berkesan, dia sangat bangga denganmu, dan juga merasa tidak enak denganmu. Aku juga menceritakan tentang paman, dia merasa lega. Terus dia bilang tunggu dia pulang dia mau bertemu denganmu.”

“okee.. aku sudah ganti nomor, tunggu dia pulang nanti kasih nomor baruku untuknya ya.”

“oke, kalo Pak Seto kamu masih ingat?”

“Omong kosong, aku kan tidak hilang ingatan. Aku bisa lulus pelajaran matematika kan karena Pak Seto yang hebat itu.”

“Dia pergi keluar negeri bersama Guru Yang, katanya kamu itu punya bakat di pelajaran matematika, otak kecilmu sangat pintar, hanya saja tidak menggunakan hati dalam belajar.”

Laras tertawa, dan bicara dengan nada mengolok: “kalo aku belajar dengan hati, apa urusannya dengan mereka?”

“Hehe, akhirnya kamu tertawa.” Christian tidak berani bertatapan mata dengannya, hanya berani meriknya sebentar.

Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, dia tetaplah gadis yang ada dalam ingatannya, mata dan giginya cerah, menyenangkan, tawanya yang mempesona, dan senyumnya yang menawan.

Dia tenggelam didalamnya dan berbicara dengan suara pelan: “tadi aku lihat kayaknya kamu sedikit pasif, apa kamu takut dengan para tetua?”

Laras terkejut.

Christian dan membaca banyak hal dari sorot matanya, “apa masih takut memperkenalkan anak-anak pada para tetua? Apa kamu masih belum baikan dengan paman kedua ?”

“….” Laras terdiam.

“Sepertinya, tebakkanku benar.”

“Laras hanya membalasnya dengan satu kalimat, “Jangan bicara yang nggak-nggak, kamu tidak mengerti.”

“Kamu berubah Laras, dulu kamu tidak pernah mau berdamai dengan mudah.”

“……”

“Dulu semuanya belum ada, kehebohan, kehendak pribadi, kecerobohan, sering ada masalah, tapi kamu malah tetap bahagia tiap hari. Sekarang kamu sudah memiliki semuanya, tapi sepenglihatanku, kamu malah tidak sebahagia dulu.”

Beberapa kata dari Christian menyentuh hati terdalam Laras, dia mengambil nafas keras, dengan tidak berdaya berkata: “aku berbeda dengan dulu, aku sudah punya anak, kalo mau mengambil keputusan harus mempertimbangkan kedua anakku.”

“Mereka bertumbuh perlahan, sudah mulai menanyakan keberadaan Ayah mereka, ada aja yang bilang kalo mereka anak haram, dan mereka mendengarnya. Mereka menghampiriku diam-diam dan bertanya apa itu anak haram, aku tidak bisa hanya karena alasan pribadi jadi mempengaruhi kesehatan mental mereka.”

“mereka, bisa tumbuh dikeluarga yang baik, ada Ibu yang merawat, kasih sayang Ayah, kenapa harus tumbuh di keluarga yang hanya punya satu orang tua? Aku tidak boleh egois.”

Chirstian bertanya: “jadi kamu kembali dengan paman kedua karena anak?”

“iyaa, dia merasa bersalah. Jika aku tidak punya anak, Ibunya akan secepatnya memberikan seorang gadis yang lebih baik menurut Ibunya.”

“Tapi tidak boleh bilang begini juga, karena perasaan paman kedua kepadamu itu sangat tulus.”

“Tulus atau tidak siapa yang tau, suami dan istri yang sudah menikah 20 tahun juga bisa berbalik, cinta itu murah, tidak dapat diandalkan seperti uang.”

Christian menatapnya dengan heran, “kamu benar-benar berpikir seperti itu?”

“Iya.”

“Ternyata kamu juga bisa berpikir begitu teliti, sebenarnya aku juga berpikir seperti itu, kalo tidak punya uang dan jabatan tidak akan ada kesempatan untuk menjalin cinta, kalo punya jabatan dan uang pasti cinta akan datang. Orang jaman sekarang sangat realistis.”

Laras tertawa, “Sepertinya Chris, kamu sudah melewati banyak pengalaman ya, sampai bisa memahami banyak prinsip kehidupan.”

“haha, iya, realitas yang menyakitkan….”

Situasipun hening, keduanya saling meratapi masa muda mereka, yang tidak bisa dikembalikan lagi.

Dalam kegelapan, bayangan Gavin muncul dengan dingin, bukannya dia tidak memperhatikan perasaan Laras, tapi disituasi seperti itu, dia benar-benar tidak bisa menjaganya.

Dia sudah keluar sangat lama dan tidak masuk, waktu itu dia agak khawatir dan akhirnya memutuskan untuk keluar, tidak disangka pemandangan seperti ini yang dilihatnya.

Kalo dulu, dia pasti sudah sangat panik dan memberikan hajaran babak belur kepada Christian.

Tapi apa yang dia dengar, dia dengar kembalinya ini karena anak-anak, dia juga mendengar bahwa cinta itu barang yang murah, dia mendengar Laras berkata, dia mencarinya hanya karena malu.

Apa dia benar-benar berpikir seperti ini?

Melihat mereka berbincang dengan asik, berbicara tanpa berpikir, dia sangat cemburu, dihatinya ada sebongkah kecemburuan, sedikit sakit, dan tidak bisa pulih dalam waktu yang lama…

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu