Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1102 Dia Tidak Seharusnya Muncul

Dirga bergegas ke rumah sakit dengan kecepatan tertinggi. Begitu dia memasuki ruang gawat darurat, dia langsung menemukan Yuka yang sedang duduk di meja resepsionis.

Dia segera menghampirinya, bertanya dengan terengah-engah, "Bagaimana kondisinya?"

Yuka, “Telah terselamatkan, masih berada di ruang perawatan inten. Sekarang masih belum diketahui sejauh mana efek obat terhadapnya. Kamu cepat pergi melihatnya, dokter sedang menunggumu untuk tanda tangan. Ruang perawatan inten ada di lantai empat gedung rawat inap, cepat pergi."

Dirga mengangguk, berburu-buru mengatakan, "Kamu jangan berpikir terlalu banyak, aku akan menemuimu nanti."

"Aku baik-baik saja, kamu cepat pergi lihat Amanda."

"Oke, tunggu aku."

Setiap masalah selalu memiliki sifat prioritasnya. Sekarang situasi Amanda adalah hal paling penting dan mendesak. Dirga bergegas menuju gedung rawat inap.

Di ruang perawatan inten, Dirga akhirnya menemukan Amanda yang berhasil diselamatkan. Pada saat ini, wajah Amanda seputih kertas, tergeletak di sana bagai tak bernyawa. Dia bertanya kepada perawat di sebelah, "Bagaimana keadaannya sekarang?"

Perawat memberinya jawaban yang sama dengan Yuka, menambahkan bahwa efek sisa tidak akan diketahui sebelum dia bangun.

Perawat meminta Dirga untuk menandatangani setumpuk dokumen. Dirga dalam suasana hati yang berat. Ketika Nguyen dirawat di rumah sakit, dia juga yang menandatangani halaman demi halaman pemberitahuan penyakit kritis dan jaminan tanggung jawab. Tidak sangka, dia harus menandatangani dokumen yang sama lagi.

"Nona perawat, bolehkah aku menunggu di sini sampai dia bangun? Aku berjanji tidak akan sembarang pergi, aku hanya duduk di sini."

Perawat ragu-ragu sejenak. Pasien ini merupakan pasien bunuh diri, takut emosi pasien tidak stabil ketika bangun dan merasa adanya kerabat di samping mungkin dapat menenangkan emosi pasien, perawat pun setuju.

Perawat pergi dengan dokumen yang telah ditandatangani. Dirga perlahan mendekati tempat tidur. Jika tidak ada detektor yang menunjukkan tekanan darah, detak jantung dan lainnya, dia tidak bisa membedakan apakah Amanda masih hidup atau tidak.

Dirga memegang tangan Amanda, sentuhan dingin membuatnya merasa bersalah.

Akhir-akhir ini, dia tenggelam dalam perasaan cinta. Amanda berkata ingin pindah keluar, takut dirinya yang terus-menerus lembur akan mengkhawatirkan orang tua. Tentu saja dia tahu bahwa ini hanyalah alasannya, tetapi dia tetap menyetujuinya. Dia kira Amanda butuh waktu untuk mencerna kenyataan bahwa dia mencintai orang lain.

Dia mengira, Amanda yang kuat akan mampu menghadapi kenyataan ini.

Siapa tahu, Amanda malah ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang ekstrem ini.

Dirga adalah orang yang paling mengerti Amanda, dia bahkan bisa mengerti mengapa Amanda bunuh diri.

"Amanda," dia membungkuk, mencondongkan tubuh ke telinganya, memanggilnya dengan lembut, "Amanda, ini aku, kamu harus bangun, jangan tidur lagi, bangun, kita obrol baik-baik, oke?"

Air mata mengalir dari sudut mata Amanda, dia bisa mendengar suara Dirga.

Melihatnya mengalirkan air mata, Dirga agak emosional, "Amanda, aku tahu kamu bisa mendengar kata-kataku, dengarkan aku, tidak mudah bagi kita untuk bisa menjalani kehidupan baru, apakah kamu mau menyerah begitu saja?"

"Dulu kita hidup bagai telur di ujung tanduk, melalui hari ini, meragukan hari esok. Tapi bahkan dalam lingkungan sekeras itu pun, kamu masih bisa masuk ke jurusan kedokteran dengan kemampuanmu sendiri. Kamu adalah orang terbaik di antara kami. Kamu yang dulu sangat percaya diri, sangat luar biasa, tidak ada yang bisa mengalahkanmu."

"Sekarang, kita telah menjalani kehidupan yang didambakan sejak kecil, memiliki kehidupan yang stabil, memiliki keluarga yang harmonis, juga memiliki pekerjaan yang bagus. Apakah kamu mau membuang semua yang didapatkan dengan sulit ini?"

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan, apakah kamu ingin aku selalu hidup dalam rasa bersalah sepanjang hidupku, Amanda, bangunlah, kamu adalah keluarga kami, kakek, nenek, ayahku, bibi, paman, semua orang sangat mengkhawatirkanmu."

Dirga memegangi tangannya erat-erat, terlihat bulu matanya bergetar, kemudian matanya perlahan membuka.

"Amanda, lihat aku, bisakah kamu melihatku, apakah kamu mengenaliku?"

Amanda sangat lelah, setelah mengunjungi gerbang kematian, tubuhnya merasakan lelah yang tidak pernah dirasakannya. Dia menggerakkan bibir, tetapi tenggorokannya sangat kering. Ketika dia bernapas, hidung dan tenggorokan begitu sakit bagai ditusuk jarum.

"Amanda, Amanda, apakah kamu mengenaliku?"

Amanda mengangguk perlahan, tenggorokkan mengeluarkan suara samar.

"Pelan-pelan saja, apakah kamu tahu apa yang terjadi pada dirimu sendiri?"

Amanda mengangguk sekali lagi, dia benar-benar tidak memiliki energi untuk berbicara, tenggorokan juga sangat sakit.

"Sini adalah rumah sakit, tahukah kamu?"

"Iya" Dia akhirnya mengeluarkan suara yang jelas.

“Apakah kamu mau minum air?” Dirga sambil membunyikan bel perawat, “Mau minum air?”

Perawat bergegas kemari, melihat pasien sudah bangun, dia juga sangat senang.

"Amanda, apakah kamu Amanda?"

"Iya."

"Bagaimana perasaanmu?"

"Sakit"

"Ketika kamu dilarikan kemari, kamu dalam kondisi koma dan harus menjalankan pembilasan lambung. Tabung hanya dapat dimasukkan melalui lubang hidung, mungkin ada kerusakan selama proses pembilasan, tapi semua ini termasuk normal. Apakah ada bagian lain yang sakit?"

"Tidak." Suara Amanda mulai pulih perlahan, tapi masih sangat ringan dan lambat.

"Apakah kamu lupa dengan apa yang terjadi semalam?"

"Tidak." Dia cukup yakin.

Perawat mengangguk, memandang ke arah Dirga, "Kondisinya lumayan baik, aku akan melapor ke dokter."

Setelah itu, Amanda dipindahkan ke ruang inap umum. Dokter memberi tahu Dirga bahwa kondisi fisik Amanda dapat pulih setelah dirawat beberapa hari, tetapi kondisi mentalnya perlu ditenangkan oleh keluarga.

"Baik, terima kasih, dokter."

Hanya tersisa mereka berdua di bangsal, kamar pasien tunggal memang bagus, bangsal terlihat seperti suite hotel. Ada sebuah pot eceng gondok kuning di meja kopi, penuh kehangatan dan harapan.

Dirga membawa dokter ke pintu, bangsal menjadi sunyi. Dia perlahan berjalan kembali ke ranjang dan bertanya dengan lembut, "Kamu lapar tidak, apakah mau makan sesuatu?"

Amanda menggelengkan kepala, kekuatan fisiknya telah pulih banyak, dia sudah bisa berbicara, "Siapa yang menyelamatkanku?"

"Aku dengar pemilik lantai bawah yang menyelamatkanmu. Aku harus mencari kesempatan untuk berterima kasih padanya."

"Maaf telah membuatmu khawatir."

Dirga menarik napas dalam-dalam, tidak tega untuk menyalahkannya, hanya mengeluh, "Asalkan kamu sudah tidak apa-apa, jangan berbuat hal seperti ini lagi kedepannya, janji padaku."

Amanda tidak berbicara, tidak bisa memberi janji untuk waktu yang lama.

"Amanda, mengapa kamu berbuat demikian, mengapa?"

"Orang lain tidak tahu, apakah kamu juga tidak tahu?"

"Aku kira, apa pun yang terjadi, kamu tidak akan menempuh jalan ini."

Amanda tersenyum ringan, "Ya, aku juga telah menasihati diriku kesekian kalinya untuk lepas, tetapi aku tidak bisa melakukannya. Bisakah kamu memahami bagaimana rasanya hidup tanpa harapan? Apakah kamu mengerti bagaimana rasanya putus asa?"

"Tidak mesti sampai segitunya, Amanda."

"Mesti, kaulah harapanku untuk hidup. Kamu adalah segalanya bagiku. Tanpa kamu, aku tidak bisa hidup."

“…”

Dirga terdiam untuk waktu yang lama, dia tidak bisa menjanjikan apa pun padanya, juga tidak bisa membujuknya, dia sangat bingung.

Pada saat yang sama, Yuka menghentikan gerakan membuka pintu, berdiri dengan kaku di tempat.

Dia tidak seharusnya muncul pada saat seperti ini.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu