Cinta Pada Istri Urakan - Bab 187 Mantan Pacar Datang Mengetuk Pintu?

Melihat wajah Laras yang sombong itu, Gavin benar-benar ingin pada saat ini juga berada di sampingnya dan mencubit wajah kecilnya yang lembut itu.

"Ya sudah, sebentar lagi aku masih harus pergi melanjutkan pekerjaanku, apakah semuanya baik-baik saja di rumah?"

"Seharusnya sih baik-baik saja."

"Apa maksudnya dengan seharusnya sih baik baik-baik saja, memangnya setengah bulan ini kamu juga tidak pulang ke rumah?"

"Kamu bahkan tidak di rumah, jadi untuk apa aku pulang ke rumah."

Perkataannya yang manis ini membuat Laras tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menaikkan sudut bibirnya, "Aiya, aku tahu kamu merindukanku, tapi kamu juga tidak perlu menunjukkannya dengan begitu jelas, biar bagaimanapun kamu kan adalah seorang pemimpin, jadi kamu harus memperhatikan imagemu."

Suara Gavin terdengar sedikit cerah, dia bahkan sengaja berkata ke sampingnya : "Aku sedang memberikan contoh kepada sekumpulan pria-pria single ini dengan menggunakan tindakan nyata untuk memberitahu kepada mereka apa yang dinamakan dengan memiliki baik karier maupun keluarga."

"........" Dasar kekanak-kanakan, "Oh iya, apakah kamu mengenal seorang ahli yang bisa mengobati rematik?"

"Kenal, memangnya kenapa?"

"Ada seorang murid di sini yang kakeknya sepanjang tahun hanya bisa berbaring di atas ranjang karena ada masalah dengan kakinya, sebelumnya pernah diobati, katanya itu adalah rematik, tapi karena kemudian tidak mempunyai uang untuk mengobatinya, maka tidak diobati lagi, terus sampai sekarang. Mon bilang kalau kakeknya sekarang setiap hari tidak bisa tidur karena kakinya sangat sakit, aku ingin membantu mereka, boleh ya?"

Gavin langsung menyetujuinya, "Baiklah, aku akan menghubungi orang itu, besok aku akan mengirim pesawat khusus kesana untuk menjemput kakek, aku akan mengatur semuanya di sini, minta kakek untuk datang kesini saja sudah cukup."

"Ok, kamu memang yang terbaik, muah muah."

Gavin menengok ke kiri dan kanan, setelah itu dia mendekat ke layar dan dengan cepat serta malu mengerucutkan bibirnya lalu berkata dengan lirih : "Muah muah."

"......." Makin kekanak-kanakan saja orang ini.

Setelah mereka berdua bermesraan sebentar, ekor mata Laras melirik ke luar jendela, komandan Dimas masih sedang menunggunya.

Jadi dia berkata : "Ya sudah, sampai di sini dulu, aku mau pergi memberitahu Mon soal ini, menyuruhnya untuk pulang ke rumah dan mempersiapkan segala sesuatunya."

Setelah mematikan panggilan videonya, Laras berterima kasih kepada Dimas dan bergegas pergi mencari Mon.

Selesai pelajaran, Laras mengantar Mon sampai ke depan pintu gerbang sekolah.

Mon sedang menggendong sebuah keranjang bambu kecil di punggungnya, adiknya diletakkan di dalam keranjang bambu itu, tubuhnya yang kecil harus menggendong adiknya berjalan 2 jam perjalanan untuk pulang ke rumah, dengan ketekunannya yang seperti ini, Laras ingin sekali bisa membantu gadis kecil ini.

Hari ini Mon merasa sangat gembira, di bawah cahaya keemasan, wajah merah gadis kecil itu memperlihatkan giginya yang putih.

Adiknya juga sama.

"Guru Atmaja, aku akan pulang dan memberitahu kakek, terima kasih banyak."

"Kamu sudah berterima kasih berkali-kali, cepat pulang, jika tidak nanti saat sampai di rumah langitnya sudah gelap."

"Emm, sampai jumpa besok guru Atmaja."

Keesokan harinya pagi-pagi sekali, pesawat khusus kemiliteran sudah datang, tim medis membawa kakek naik ke atas pesawat dengan menggunakan tandu, Mon dan adiknya juga pindah ke asrama sekolah untuk sementara.

Karena Mon tidak bisa menghubungi orang tuanya, jadi Dimas sengaja pergi ke departemen sensus penduduk untuk memeriksa keluarga ini.

Jika tidak diperiksa maka tidak tahu, begitu diperiksa dia menemukan hal yang mencengangkan, orang tua Mon ternyata adalah buronan, saat ini keberadaannya tidak diketahui.

Dimas segera melaporkan berita itu, "Bos, tidak salah lagi, Parto dan istrinya, Minah adalah buronan yang kabur pada kasus besar 2 tahun yang lalu, saat itu kita juga tidak tahu kalau mereka ada hubungannya dengan segitiga emas, sekarang mereka sudah 2 tahun lebih tidak memberikan kabar apapun, bahkan orang tua dan anaknya juga tidak dia pedulikan. Kali ini bisa ditemukan oleh kita, benar-benar adalah sebuah keajaiban, semua ini berkat kakak ipar."

Gavin senang mendengar sanjungannya terhadap Laras itu, "Tentu saja, kita harus mengingat jasanya."

Dimas kembali berkata : "Gunung Sumbing sangat luas, terjal dan juga berbahaya, jika mereka berniat untuk bersembunyi di sini, meskipun kita mencarinya ke semua tempat, kita tetap tidak akan menemukannya. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menemukan informasi tentang mereka di sini."

Gavin : "Kakek dan anak mereka juga tidak bisa menghubungi mereka?"

Dimas : "Tidak bisa, Mon berkata kalau setelah ibunya melahirkan adiknya, dia langsung pergi dengan ayahnya, mereka bahkan juga membawa pergi 4 juta, satu-satunya uang yang tersisa di rumah mereka, tapi kemudian mereka tidak ada kabarnya lagi, nomor teleponnya saat ini sudah tidak aktif."

Gavin : "Orang seperti ini benar-benar tidak pantas disebut sebagai manusia. Kamu terus periksa keadaan di sana, aku disini juga akan memeriksanya dengan mengikuti petunjuk ini, tetap berhubungan denganku."

Markas Besar Pasukan Khusus Serigala di Jakarta, seluruh tim merasa sangat bersemangat karena petunjuk baru ini, mereka segera mengadakan penyelidikan yang menyeluruh.

Informasinya menunjukkan kalau Parto Dwi dan Minah dua tahun yang lalu ditangkap di sebuah KTV, karena hasil tes urin menunjukkan hasil negatif dan juga karena kecerobohan petugas kepolisian yang bertugas saat itu, mereka berdua langsung dilepaskan.

Kemudian berdasarkan pengakuan yang didapatkan dari beberapa pecandu narkoba yang ikut ditangkap pada saat itu, semua obat-obatan terlarang yang dihisap oleh mereka pada hari itu dibawa oleh pasangan suami istri ini.

Mereka bukan pemakai, melainkan pengedar.

Meskipun demikian, karena kecerobohan petugas kepolisian yang bertugas pada saat itu, membuat pasangan suami istri pengedar narkoba ini bisa melarikan diri.

Menurut petunjuk waktu yang diberitahukan oleh Mon, hari itu juga adalah panggilan telepon terakhir yang dilakukan oleh Parto dan Minah kepada orang rumah.

Pasangan suami istri itu pasti ingin mengeruk uang untuk dibawa ke rumah, namun mereka tidak menyangka kalau mereka malah akan menjadi buronan.

Karena orang-orang di gunung susah untuk mendapatkan informasi dari luar, maka Mon sampai saat ini masih tidak tahu kalau orang tuanya sudah menjadi buronan, dia bahkan khawatir mungkinkah terjadi sesuatu kepada orang tuanya.

Hari itu sepulang sekolah, Mon membawa adiknya bermain di lapangan.

Setelah tinggal di sekolah, dia mempunyai lebih banyak waktu.

"Kakak, kakak, ada banyak orang, ada banyak orang." adiknya yang berumur 2,5 tahun menggumamkan 2 kalimat pendek yang diulang.

Mon berlari ke depan pintu gerbang sekolah untuk melihatnya, ternyata ada banyak orang datang ke gunung ini, orang yang menunjukkan jalan adalah kepala sekolah.

Mon segera berlari ke dalam kamar, "Guru Atmaja, guru Atmaja, kepala sekolah membawa banyak sekali orang datang kemari."

Laras dan Manda yang baru saja berencana untuk menyiapkan bahan pelajaran saling memandang, "Ayo, kita pergi melihatnya." mereka berdua berkata secara bersamaan.

Di depan pintu gerbang sekolah, kepala sekolah membawa lebih dari 10 orang untuk datang ke sekolah, dilihat dari peralatan mereka, sepertinya mereka adalah pendaki.

"Kepala sekolah, untuk apa mereka datang kemari?" Laras maju menghampiri mereka dan bertanya.

"Mereka semua adalah tim pendaki, mereka ingin menginap 1 malam di sini, oh iya, ada seorang nona yang datang untuk mencari seseorang." setelah berkata seperti itu, kepala sekolah membawa orang itu ke hadapan mereka, "Nona ini mencari guru Pradipta, kalian antar dia untuk pergi mencarinya, aku mau pergi memasak sedikit air untuk mereka."

"Baik.

Nona yang ditunjuk oleh kepala sekolah itu mengenakan setelan loreng-loreng, kedua kakinya memakai sepatu hiking, dia juga memakai topi, kacamata hitam dan masker, membungkus dirinya dengan sangat erat.

Meskipun demikian tetap saja tidak dapat menutupi tubuhnya yang tinggi dan juga langsing.

Dia menutupi seluruh wajahnya, jadi mereka hanya bisa melihat figurnya saja.

Nafasnya terengah-engah, dia bahkan tidak sempat meminum setetes airpun, hanya berkata dengan suara yang mendesak : "Cepat bawa aku pergi menemui guru Rendra......" melihat tatapan mata penasaran kedua orang di depannya itu, dia segera menurunkan maskernya dan juga melepaskan kaca mata hitamnya, kemudian berkata dengan sopan dan juga tulus, "Terima kasih atas bantuan kalian berdua."

"Kamu....." Laras dan Manda membelalakkan kedua mata mereka, mereka tidak berani percaya kalau mereka sudah melihat artis besar yang sangat terkenal itu--Ariel Tatum.

Terlebih Laras, dagunya bahkan hampir jatuh, apa maksudnya ini, mantan pacar datang mengetuk pintu?

Perlu diketahui jika di sini bukanlah camp untuk merasakan bagaimana hidup di alam liar, di belakang tempat ini adalah hutan liar yang benar-benar belum pernah terjamah, jika tidak ada orang lokal yang membawa jalan, kemungkinan besar tidak akan bisa keluar dari sini.

Si Ariel ini bukannya menikmati kehidupannya sebagai artis besar, malah datang kemari untuk mencari seseorang, dapat dilihat jika dia memiliki hubungan yang tidak biasa dengan orang itu.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu