Cinta Pada Istri Urakan - Bab 812 Mengakui Penyesalan

Romo: "Oh, kalau begitu kamu berencana tinggal seterusnya di dalam negri, atau hanya sementara?"

Eli berpikir, sebenarnya dia juga tidak bisa membuat keputusan, "Kalau itu harus melihat rencana suamiku."

Romo: "Baik."

Tanpa alasan, suasana diantara kedua orang ini menjadi canggung lagi, Eli juga tidak bertanya mengenai karma dan keluarga Bakrie yang tidak sengaja mereka bocorkan, juga tidak langsung menjawab permintaan maaf Romo, sedangkan Romo juga tidak tau mau membicarakan apa lagi.

Laras awalnya ingin mencari kesempatan agar mereka berdua bisa berbicara, tapi melihat Eli yang duduk tidak tenang, akhirnya menyerah.

Laras mulai mencari topik pembicaraan untuk memecahkan keheningan yang canggung ini, "Pa, kenapa kamu ada disini?"

Romo: "Datang lihat-lihat, ingin melihat apakah ada tempat yang harus diperbaiki."

Laras: "Papa sudah bekerja keras, waktu istirahat pun sibuk."

Romo tersenyum pahit dan berkata: "Kalau begitu bisa bagaimana lagi, cepat pulang kerumah juga sendirian, bosan sekali."

Laras mengejek, "Pa, kamu harusnya memperkaya kehidupan tuamu sendiri."

Romo tidak senang, membenarkan: "Setengah baya!"

Laras tidak bisa menahan tawanya, tawa Laras ini juga membuat Eli tertawa, dia dengan lembut berkata: "Umur tidak mengampuni orang, kita tidak bisa tidak mengaku tua."

Romo setuju dengan perkataan ini, juga berubah menjadi berperasaan, "Hais, benar, rasanya Laras hanya sebesar Nana, sebentar saja sudah menjadi mama dari 2 orang anak, nanti sebentar lagi Nana sudah mau menikah."

Sambil berkata, sepertinya tidak secanggung tadi, dendam selama 20 tahun lebih, menghilang karena waktu, menjadi ringan karena anak-anak.

Nana Bobi sudah kenyang, anak-anak tidak bisa duduk tenang, setelah selesai makan pergi ke area anak-anak bermain.

Tidak ada cara, Laras hanya bisa ikut pergi kesana.

Bagi Eli dan Romo yang sudah lama tidak berjumpa, ini adalah berdua yang terpaksa.

Di atas meja sebenarnya ada sangat banyak makanan, ada hamburger, ada potongan ayam goreng, dan juga sisa stik ayam goreng yang baru Nana makan, Romo juga tidak segan, mengambil dan memakannya.

Beberapa tahun ini, Romo juga sangat menjaga kesehatan, meskipun Reni "berubah menjadi pengkhianat" di akhir-akhir, tapi 20 tahun ini, dia memang menjaga Romo dengan sangat baik, poin ini tidak bisa tidak diakui.

Sejak Reni masuk penjara, kehidupan Romo juga ada perubahan yang sangat besar, perubahan yang sangat jelas adalah, tidak begitu perhitungan di bidang makanan.

Dia mendapatkan alasan yang pantas, malah juga kehilangan pernikahan dan pasangannya.

Apalagi, dia sekarang memang sangat lapar, makan apapun semuanya enak.

Eli mengingatkan: "Itu adalah sisa makanan Nana, ini masih belum dimakan, kamu makan ini saja."

Romo tersenyum, "Tidak apa-apa, aku semuanya makan, kebetulan lapar, kamu sudah kenyang belum?"

Eli mengangguk, "Sudah, sudah."

Romo: "Ini semua harusnya kamu tidak terbiasa makan bukan?"

Eli tersenyum lembut, "Aku tidak apa-apa, yang paling penting anak-anak suka makan."

Romo: "Benar, aku sekarang juga tidak ada permintaan yang lain, aku hanya ingin menjaga Laras dan kedua anaknya baik-bai, kamu tau kan, aku sekarang tinggal di sekitar rumah mereka, jalan beberapa langkah saja langsung sampai."

Eli: "Benarkah? Ini dengan kamu yang dulu benar-benar tidak sama."

Romo terdiam, lalu tersenyum tipis, "Dulu hatiku tertutupi dengan minyak babi, egois sekali, sekarang sudah tua, baru tau apa yang paling berharga, apa yang harus dijaga."

Eli yang mendengar, jantungnya tanpa dikontrol menjadi sakit, sebentar kuat, sebentar pelan.

Dia menahan rasa sakitnya, dengan asal bertanya: "Apa papa mama kamu baik-baik saja?

Laras tersenyum pahit, menggeleng dan mengatakan: "Sudah tidak ada."

Eli dengan maaf menghela nafas, "Benarkah, maaf, aku tidak seharusnya mengungkitnya."

Romo: "Tidak apa-apa, kamu juga tidak tau. Mamaku sudah meninggal sangat lama, saat itu Laras masih sangat kecil, sedangkan aku juga di luar negri, mamaku ketika meninggal bahkan tidak melihatku kembali ke jalan benar, mengenai papaku......"

Romo menghela nafas berat berturrt-turut, setiap kali memikirkan kematia papanya, dia sangat ingin menampar pipinya sendiri, "Bisa dikatakan aku sendiri yang membunuh papaku."

"......" Eli terkejut sekali, hatinya penasaran, tapi juga tidak ingin banyak bertanya, dia ingin meninggalkan harga diri untuk dirinya sendiri.

"Aku tidak lama kembali ke dalam negri, papaku diperiksa terkena parkinson, aku awalnya ingin menjemputnya untuk tinggal bersamaku, agar aku bisa berbakti, tapi tidak menyangka Reni terus menyiksanya. 5 atau 6 tahun yang lalu dia sudah meninggal, sampai dia meninggal, aku masih tidak tau apa-apa."

"Lalu Laras menemukan sebotol obat di barang peninggalan papa, lalu menjadi curiga, setelah diselidiki, baru tau rupanya obatnya ditukar oleh Reni. Awalnya penyakit papa tidak akan memburuk begitu cepat, semuanya karena siksaan kejam Reni, membuat harapannya tidak terpenuhi sebelum meninggal, ini semua adalah salahku."

"Tidak hanya itu, dia juga sangat cemburu dan membenci Laras, setelah aku kembali ke dalam negri, dia mempunyai pemikirannya sendiri aku bisa mengerti, separuh kerja kerasku semuanya ada di Australia, apakah kekayaan di Australia masih tidak cukup membuatnya tenang? Dia seperti setan penghisap darah, selamanya tidak pernah puas, tidak hanya hatinya kejam, juga membuat anaknya menjadi rusak, aku sungguh tidak ada cara untuk hidup bersama dengannya."

Romo sama seperti keran yang terbuka, begitu membicarakan hal ini, dia dengan sendirinya membicarakan begitu banyak.

Sebenarnya dia tidak akan berbicara begitu banyak dengan Laras, juga tidak tau kenapa, di hadapan mantan istrinya, dia ingin memberitahukan ini.

Mungkin, ini juga caranya untuk menyesal, dia memberitahu Eli pengalamannya yang paling menderita, agar Eli tsu, dia sudah mendapatkan hukuman sepantasnya atas kesalahannya, dia sudah mendapatkan karmanya.

Bagi Eli, dia hampir sudah melupakan nama Reni, sekarang mendengar sekali lagi, dia masih tidak bisa menahan untuk gemetaran.

Pernah di waktu yang sangat-sangat lama, nama Reni ini bagaikan mantra yang menakutkan, merusakkan segalanya, membuatnya sangat menderita.

Di hadapan Reni, dia adalah seseorang yang benar-benar gagal.

"Mamaku sudah lama meninggal, bagaimana juga papaku tidak seteliti mamaku, Laras juga terus dititipkan dirumah kakakku, dia dari kecil sudah mendapatkan banyak derita. Kakak dan kakak ipar bukan orang baik, semua penderitaan yang Laras terima, aku bisa membayangkannya. Jadi, sekarang aku ingin melindunginya dengan baik."

"Tapi, bagaimana juga Laras sudah menikah, sudah menjadi orang keluarga Pradipta, mertuanya itu juga adalah orang yang hebat, hanya dengan cara aku menjadi kuat, dia baru bisa semakin percaya diri. Laras adalah anak yang baik, sangat bekerja keras, sangat pengertian, harusnya kamu bisa melihatnya."

Eli mengangguk, dia tidak bisa berkata-kata, takut begitu mulutnya terbuka, langsung tidak bisa menutupi kekacauan di hatinya.

"Aku sangat sedih melihat Laras, sangat tidak ingin melihat Laras kesulitan, tapi aku tau, suatu hari kita akan meninggal juga, dia masih harus bergandengan dengan suaminya menyelesaikan perjalanan yang tersisa."

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu