Cinta Pada Istri Urakan - Bab 284 Tidak Bisa Bicara Tanpa Topik Anak

Kediaman Gavin, Tuan muda kembali pagi hari ini, tapi ia berada dalam suasana hati yang buruk. Semua orang melihatnya dan menghindarinya.

Sebelumnya, Jino menerima telepon dari rumah sakit, mengatakan bahwa Kakek Mon telah keluar dari ruang operasi, perdarahan otak yang disebabkan oleh pukulan benda keras, dan hidupnya bisa dipertahankan sementara, tapi dia belum melewati periode berbahaya.

Gavin berpikir, ketika Kakek Mon meneleponnya, pasti hatinya juga sedang dilema. Orang biasa sepert Kakek Mon saja tau mana yang benar dan salah benar dan bisa berdiri bertentangan dengan keluarganya. Di satu sisi prajurit khusus yang terlatih secara profesional jadi salah arah membantu penjahat melakukan sesuatu, dan pihak itu adalah musuh bebuyutannya.

Memikirkan kembali ke adegan di mana Darius berhadapan dengan senjata api, ia merasa sangat sedih. Dia mengangkat senjata untuk keadilan dan perdamaian. Dia tidak pernah berpikir untuk mengambil senjata melawan rekannya.

Helikopter Darius adalah helikopter paling modern di dunia, yang dapat menghindari dari pelacakan radar.

Ini menunjukkan bahwa kelompok Paman Keempat tidak sejatuh yang mereka bayangkan. Mereka tidak hanya memiliki kekayaan untuk melawan satu negara, tetapi juga memiliki senjata dan peralatan yang paling canggih.

Nenek keluar untuk melihat cucunya dan berkata,  "Gavin ada masalah apa? Lihatlah wajah hitammu, seperti ingin memakan orang "

Gavin menggelengkan kepalanya.  "Ini tentang pekerjaan. Nenek, jangan tanya.  "

"Baiklah, nenek mengerti, " Wanita tua itu duduk di samping cucunya, menyentuh wajahnya dan berkata,  "Gavin, nenek tahu itu pekerjaanmu, tapi nenek harus mengingatkanmu bahwa kamu tidak perlu kerja di garis paling depan lagi. Jangan sekali pergi ke sana selama setengah tahun. Terlalu berbahaya. Kamu tidak sendirian sekarang. kamu perlu sesering mungkin menanam benih untuk punya anak."

"......" Gavin menghibur, "Nek, jangan khawatir. Bahkan jika aku ingin pergi, atasanku harus mempertimbangkannya. Karena penampilanku sudah dikenal, aku tidak lagi cocok untuk pekerjaan yang berbahaya seperti menyamar."

Nenek: "Jangan berpikir aku tidak tahu. Kamu bisa menipu Laras dengan perkataan ini. Apakah kamu pikir bisa menipuku? Heh, pekerjaanmu mana ada yang tidak berbahaya? Aku harap kamu bisa duduk di pusat komando dan tunjuk-tunjuk perintah saja, jangan pergi pukul-pukulan lagi."

Gavin: "Aku mengerti. Nek, aku baik-baik saja. Hanya saja ada hal sedikit menjengkelkan. Bukan masalah besar."

Nenek memandangnya, dan pria itu memaksa untuk sedikit tersenyum. "Benar, senyum, bisa sepuluh tahun lebih muda, jangan cemberut, membuahilah ketika kamu berada dalam suasana hati yang baik, dan bayi akan lebih cantik nanti."

"..." Nenek benar-benar tidak bisa bicara tanpa ada topik tentang anak ya.

Ada bau kuat di dapur, Nenek mendadak ingat, "Oh, masih ada sup ginseng di atas kompor. Jangan sampai gosong." Nenek berlari ke dapur terburu-buru dan berkata, " Aku merebus ini untuk cucuku, dan aku mengandalkan sup ini untuk kamu bisa membuat anak dari cucu menantuku."

Didapur, koki berkata, "Nyonya, aku lihat apinya, sudah harus dimatikan."

Gavin memikirkan rasa dari sup ginseng. Perutnya terasa mual, seperti yang dikatakan Laras, sup yang dibuat nenek membuat Laras merasa was-was dengan hidupnya.

Sekarang, dia juga sama.

"Nek, masih terlalu dini. Aku akan menjemput Laras"

Nenek berlari keluar dari dapur dan berkata, "Aku sudah menyelesaikannya. Duduklah dan aku akan menyajikanmu semangkuk sup."

Gavin berlari ke pintu seakan ada pelumas dikakinya dan berkata, "Tidak nek, aku dan Laras akan makan diluar hari ini."

"Ah? Kita siapkan makan malam sangat cepat kok."

"Nenek, hari ini hari perayaan tahunan kami. Aku biasanya tidak bisa menemaninya dengan baik. Aku tidak bisa berkata tidak untuk hari ini."

Ketika nenek mendengar itu, dia tersenyum, "Aku pikir kamu cuma mati rasa, aku tidak tahu kamu bisa menyenangkan hati perempuan, jadi sekarang aku lega. Pergilah dan dan jangan pulang malam ini. Selamat bersenang-senang."

"Terima kasih nek." Gavin lega.

"Bersenang-senanglah agar kamu bahagia dan kamu bisa mendapat bayi yang cantik, carilah motel yang bersih sore ini."

"......" Nek, bagaimana kamu bisa tahu semua ini? Gaya ini sangat tidak cocok denganmu.

-

Bel di kampus berbunyi, dan murid-murid berlarian keluar kelas.

Pohon osmanthus di sekolah sedang mekar. Aromanya menyegarkan dan udara terasa manis.

Diet Fanny sudah berhasil, kali ini, dia benar-benar bertekad untuk menurunkan berat badan.

Dia sudah menurunkan dari 65 kg ke 55 kg.

Tujuannya 45 kg.

"Fanny, malam kerumahku untuk minum sup sore ini?" Laras menggoda.

Fanfan menggeleng kepalanya dan menolak, "Pergi kamu, berhenti menggodaku. Apa kamu takut setelah aku kurus akan menjadi yang tercantik di sekolah?"

Laras tertawa, "Silahkan saja."

Mereka bercanda dan berjalan berpisah jalan, lalu melambai berpisah, yang satu pulang ke asrama untuk lanjut olahraga, yang satu lagi pulang kerumah dengan wajah sedih.

Sup nenek benar-benar menyakitinya, dan bahkan keinginannya untuk pulang menjadi berkurang.

Begitu dia keluar dari sekolah, dia melihat kendaraan off-road militer Gavin, memakan 2 tempat parkir.

Tapi dia tidak melihatnya. Tidak ada orang didalamnya.

Laras melihat dengan tidak bisa percaya.

Kenyataannya, Gavin biasanya tidak pernah parkir sedekat ini dengan pintu. Pertama, memakan tempat dan kedua, terlalu menarik perhatian.

Biasanya terparkir di bawah pohon yang sedikit jauh dari pintu.

Perlahan-lahan mendekat, Laras akhirnya melihat Gavin. DIa berdiri disisi lain mobil, menyandarkan pungggungnya, menyenderkan kepalanya, mobil besar itu menutupi dia.

Dia terkejut melihatnya sedang merokok.

Dia menyender dipintu, melihat ke tanah, merokok, dan merokok lagi, tanpa melihat ke arahnya.

Disaat itu, Laras tidak ada alasan untuk tidak merasa cemas. Dia tidak pernah tahu bahwa dia merokok, atau dia memang perokok tapi tidak pernah merokok didepannya.

Sesuatu pasti terjadi!

"Gavin." Dia memberinya panggilan lembut.

Gavin sedikit menggigil. Melihat kedatangannya, ia dengan cepat memadamkan rokok dan melemparkannya ke dalam tong sampah di sampingnya. Dia menggerakan kakinya dan berpura-pura tenang mengatakan, "Aku telah memberitahu nenek tentang membawamu keluar untuk makan hari ini, senang tidak?"

Laras tersenyum, tetapi ketika ia melihat puntung rokok tersebar di tanah di samping tempat sampah, ia tidak bisa tersenyum.

Dia menunjuk dengan matanya, dan bertanya, "Kenapa kamu merokok sebanyak itu?"

"Tidak, aku tidak merokok, itu bekas orang lain."

Meskipun ia mengatakan itu, ia membungkukan badan untuk memungut puntung rokok satu per satu dan melemparkan mereka ke dalam tong sampah.

Adegan ini mengejutkan Laras. Sebagai orang yang sangat menjaga kebersihan, ia bahkan mengambil puntung rokok di tanah dengan tangan kosong.

jika itu bukan dia sendiri yang merokok, maka dia tidak akan percaya.

"Sudah berapa lama kamu ada di sini? "

"Tidak lama, aku barusan selesai kerja, dan menunggu kamu disini sebentar. "

"Sebentar saja, kamu merokok lebih dari lima batang? "

"......"

Laras memandangnya dengan hati-hati. Ada lingkaran hitam di matanya, kemudian di keningnya ada garis-garis kerutan di tengah alisnya, meskipun dia sekarang memaksakan senyumannya, dia tidak akan bisa menghilangkan jejak yang tidak rata di keningnya.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu