Cinta Pada Istri Urakan - Bab 197 Mengapa Kamu Bersembunyi Dariku?

Jordan bertanya : “Siapa yang masih hidup?”

“Itu adalah Rendra dan Manda, mereka sudah menjawabku, dua murid ada di samping mereka, semua baik-baik saja, hanya terperangkap didalam sana.”

Jadi, siapa kah tiga orang lainnya yang tidak menjawab itu?

Jordan tidak berani untuk bertanya lagi, yang lain nya juga tidak berani bertanya lagi.

Tim penyelamat dibagi dua kelompok besar, kelompok pertama menggali untuk menyelamatkan Rendra dan Manda, kelompok lainnya sedang membahas cara untuk menyelamatkan Laras.

Menurut jawaban Dimas, sebelum rumah itu runtuh, Rendra dan Manda masing-masing memeluk satu murid, sudah membawa mereka sampai ke pintu keluar.

Tetapi Laras, melepaskan tangannya, memberanikan diri menerobos masuk untuk menyelamatkan sepasang kakak adik yang ada di sudut.

Rumah itu tidak hanya runtuh, juga dihancurkan oleh longsoran batu gunung, ada sebagian lantai rumah sudah tertimbun oleh batu gunung itu.

Pada saat itu tempat lokasi dimana Laras berada, adalah bagian salah satu tempat yang tertimbun oleh batu gunung itu, di bawah tanah yang sangat dalam.

Walaupun sangat beruntung bisa menghindar dari longsoran batu gunung itu, terkubur begitu lama, juga bisa mati lemas karena kekurangan oksigen, atau juga bisa mati karena kekurangan air.

Tim penyelamat sudah dekat.

Tetapi bagaimana cara menyelamatkan nya pun, sudah menjadi satu masalah yang besar.

Disini tidak ada mesin penggali yang besar, jika mau menggalinya hanya bisa bergantung pada tenaga manusia, kecepatannya lambat, produktivitas juga rendah, menggali sampai tempat yang tertimbun bisa-bisa memerlukan beberapa hari.

Tetapi apakah orang bisa bertahan selama berhari-hari?

Jalan gunung terblokir, didalam juga tidak bisa keluar, diluar juga tidak bisa masuk, keluar masuk hanya bisa lewat helikopter.

Di saat semuanya sedang kebingungan, pelacak yang ada di tangan Jino mengeluarkan suara “tik tik tik”.

Dia sangat bahagia, “Dibawah ini ada orang, masih hidup, dibawah dengan jarak tempat berkedalaman lima meter.”

Dengan kata lain, batu besar yang tertimpa oleh tanah longsor, meningkatkan seluruh dataran disini hingga lima meter.

Jino juga mengatakan : “Disini tidak ada tanah, hanya ada batu besar, oksigen bisa masuk melewati celah-celah batu.”

Dengan hati-hati Sonny mencoba menyelidiki keadaan bentuk tanah di tempat itu, dan berkata : “Mungkin kita bisa menggali lubang untuk turun ke bawah.”

Jordan mengangguk-angguk, “kalau begitu sudah ditetapkan, manfaatkan waktu sebaik-baiknya, langsung dilakukan!”

Semua nya bersamaan berkata : “Baik, langsung dilaksanakan!”

Di sisi lainnya, helikopter mengangkut guru dan murid secara bergiliran keluar dari sana.

Karena mereka kabur tepat waktu, orang yang berhasil keluar tidak ada yang terluka parah.

Ariel bertekad tidak ingin pergi,dengar-dengar Rendra masih terjebak di bawah sana, dia bilang dia tidak akan pergi.

Anis sudah membujuk tapi tidak membuahkan hasil, akhirnya mengatakan, “Nona Yang, disini bukan tempat yang aman, tanah disini kemungkinan masih bisa terus meluncur ke depan, pada saat itu, siapapun tidak bisa menjamin keselamatan kamu.”

Asisten nya juga menarik nya ke helikopter, “Kak Yang, jangan ragu lagi, melindungi hidup kamu sendiri itu sangat penting.”

Ariel sudah memutuskan, mengatakannya dengan tegas : “ingin kembali kalian sendiri yang kembali, aku tidak akan pergi, semua konsekuensi aku sendiri yang menanggungnya.”

Semua tidak bisa berbuat apa-apa, Anis hanya berpesan, membiarkan helikopter pergi meninggalkan satu orang.

Anis mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk penyelamatan, begitu ada orang yang terselamatkan, di saat itulah baginya untuk pergi ke tempat kejadian.

Rendra dan Manda, dan juga dua murid, berempat sedang berbaring tengkurap di tanah basah yang dingin, saling berpegangan tangan dengan erat.

Mendengar suara galian dan memahat dari atas, hati mereka juga ikut “tong tong tong” berdetak kencang.

Diatas sedang memahat, dibawah sulit menghindari debu dan bebatuan kecil yang berjatuhan ke bawah, satu tangan Rendra sedang melindungi anak, satu tangannya lagi melindungi kepala Manda.

Dia bertanya dengan suara berat : “Mengapa tidak lari?”

Manda terkejut, berkata dengan jujur : “Saat itu aku tidak berpikir panjang.”

Di waktu yang sangat singkat, bencana yang sangat mendadak, disaat orang-orang sedang dalam keadaan ketakutan, adalah reaksi naluri yang sebenarnya.

“Apakah kamu tidak takut?”

“Tentu saja takut……” Manda berkata tanpa berpikir panjang, “Siapa yang tidak takut? Apakah kamu tidak takut?”

“Ah?......Pertanyaan kamu apakah tidak berubah terlalu cepat?”

“Jawab pertanyaanku.”

“Bukankah kita membahas cara keluar dari sini lebih realistis?”

“Ini bukan pembahasan yang kamu pikirkan, cepat jawab pertanyaanku.”

Rendra pelan-pelan mendekat, Manda tidak dapat melarikan diri.

Karena tidak dapat melarikan diri, maka dia menyangkal, “Tidak, bagaimana aku bisa bersembunyi? Bukankah setiap hari kita selalu bertemu?”

“Kamu sembunyi atau tidak hati ku tidak menghitungnya?” Rendra balik bertanya, dengan nada bicara yang sedikit marah.

“Lalu di saat kamu bersama pacarmu, untuk apa aku berkumpul bersama kalian untuk menjadi bohlam kalian?”

“Sudah kukatakan aku tidak berjanji padanya untuk kembali bersama nya.”

Manda dengan suara “cih”, “Siapa yang percaya?”

Rendra benar-benar tidak tahu harus bagaimana dengan perempuan ini, jelas-jelas belum lama sebelumnya dia berkeingingan untuk merayu nya, sekarang berbalik bersikap diam dan dingin dengannya, juga tidak mempercayainya.

Dia meraih leher belakangnya, dan bertanya : “Untuk apa aku membohongimu? Mengapa kamu tidak mempercayaiku?”

Manda adalah orang yang lurus, membalasnya dengan jelas : “Aku tidak menyangka bahwa kamu adalah lelaki yang serakah, aku baru mengetahuinya sekarang.”

“???” Wajah Rendra penuh pertanyaan, “Apa maksudmu?”

“Kamu sambil bergabung dengan artis besar, juga sambil ingin bermain ambigu dengan ku, orang kota seperti kalian memang gemar bermain, aku tidak main lagi, bisakah aku keluar dari permainan ini?”

Rendra benar-benar diperlakukan secara tidak adil, dia akhirnya telah mencicipi rasa “penderitaan”.

Bahkan jika di tunda, di periksa, dia seperti biasa tetap tenang, karena di hatinya sudah ada perhitungan, seperti tidak ada hal yang menakutkan jika dia merasa dia melakukan hal yang benar.

Tetapi sekarang menghadapi pertanyaan Manda, dia benar-benar tidak mengerti.

Kemudian, dia menjelaskannya baik-baik dan berkata : “Pertama, aku sama sekali tidak kembali bersamanya; kedua, aku tidak bermain ambigu denganmu, hanya kamu, cih, apakah kamu terlalu memandang tinggi dirimu?”

“Kamu……” Manda langsung menendangnya dengan kesal.

“Ekh!” Rendra menahan kesakitan dan mengeluarkan suara yang di tahan.

“Jangan berpura-pura, aku sama sekali tidak menggunakan tenaga apapun.”

Rendra tidak bisa mengeluarkan suara lagi karena kesakitan, menahannya sambil menggigit giginya.

Manda merasa ada sesuatu yang tidak beres, merentangkan kaki nya ke bawah, kaki nya bisa menyentuh batu yang keras atau dinding yang menimpa di atas tubuhnya, dia hampir tertimpa oleh itu.

Celah ini ruang nya tidak besar, bentuknya juga tidak beraturan, dikarenakan dua anak fisik yang kecil juga tidak terluka.

Berbeda dengan orang dewasa.

Orang dewasa? Manda tiba-tiba teringat, tempat yang tidak bisa dia untuk merentangkan kakinya, Rendra yang berbadan tinggi berkepala besar bisa merentangkan nya?

“Kamu kamu kamu……Apakah kamu tertimpa?”

Rendra tidak mengatakan sepatah kata pun, sudah kesakitan hingga kedua kaki nya sudah mati rasa, juga posisi tulangnya hampir salah karena dia menendang kakinya.

“Kamu tertimpa di bagian yang mana?” Dengan tidak bisa menahannya Manda mulai menangis, “Mengapa tidak kamu katakan dari tadi? Kamu tertimpa di bagian yang mana, ha?”

Tangisan Manda, membuat dua anak juga ikut menangis dengan keras.

Rendra hampir putus asa, sambil menahan rasa sakit yang tajam akibat patah tulang, juga sambil membujuk orang.

Tidak hanya membujuk anak kecil, juga harus membujuk anak besar.

“Jangan nangis lagi, yang paling penting adalah menjaga kekuatan fisik, lempengan batu yang diatas sangat tebal, tidak begitu mudah dilewati, lebih baik kita bertahan disini sebentar.”

Dua anak terisak-isak, Manda bertanya sambil terisak-isak : “Apakah kamu yang membantu aku untuk mendorong lempengan batu besar ini ke atas?”

Rendra bingung harus tertawa atau menangis, “Nona, aku lebih tinggi darimu, runtuh pun tidak langsung runtuh ke arah ku, apakah runtuh sampai ke arah kurcaci sepertimu?”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu