Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1089 Dorongan Hati Yang Tak Tertahankan

Yuka berdiri dengan terbengong di samping mobil, memikirkan kata-katanya, tiba-tiba menyadari bahwa mulutnya agak beracun.

Dia diam-diam berjinjit untuk membuat dirinya terlihat lebih tinggi.

Setelah Dirga meletakkan buku dan tasnya, menutup pintu dan berbalik, melihat Yuka berdiri di sana dengan bengong, dia pun tertawa tanpa alasan.

“Apa yang kamu ketawakan?”

Dirga menggelengkan kepalanya, seperti seorang ayah yang melihat gadis kecil melakukan sedikit trik agar tidak kelihatan celahnya, jadi dia menggelengkan kepala dan menghela napas, ekspresinya sekarang tampak persis seperti seorang ayah.

“Kamu geleng kepala buat apa?” tanya Yuka.

“Masuk mobil dulu, di luar dingin.” Ada kalimat lain yang tersembunyi di dalam matanya, yaitu ---- takut kamu kedinginan.

Keduanya sama-sama bergadang sepanjang malam, selain dari kelelahan fisik mereka, mereka lebih lelah secara mental, duduk didalam mobil, keduanya terdiam, satu mengemudi dengan aman, dan satu lagi mendengarkan lagu dengan tenang.

Dirga melirik gadis kecil yang duduk disebelahnya, dalam kesannya, Yuka sepertinya bukan orang yang pendiam, dia pasti ketakutan dengan apa yang terjadi semalam.

“Apakah ini pertama kalinya kamu mengalami hal seperti ini?” Dirga tiba-tiba bertanya.

“Ya.”

"Kamu telah melakukannya dengan baik, aku melihat keahlianmu dalam membalut luka pasien kemarin, bahkan kepala perawat juga memuji kamu, aku tahu kamu pernah mengalami haloemia sebelumnya, bisa sampai tahap ini benar-benar tidak mudah."

"Terima kasih atas bujukanmu, aku hanya …… tidak apa-apa, aku bisa mencernanya sendiri."

Dirga meliriknya lagi, terlihat tatapan kecil yang terluka tetapi keras kepala, sepertinya kejutan ini memang tidak kecil.

Dirga tersenyum dan berkata, "Bagaimana kamu bisa menjadi dokter di masa depan jika seperti ini?"

"Aku tidak mengambil jalan ini secara sukarela." Jadi, dia bisa dengan mudah mundur, dia merasa jantung kacanya tidak tahan menghadapi hidup dan mati di rumah sakit, dia bahkan membenci langkah-langkah eksperimental yang rumit dan shift sepanjang malam.

Dirga berhenti untuk bertanya lagi, dia mungkin tahu bahwa Yuka dipaksa oleh Dr. Fu untuk belajar kedokteran. Ayah dan anak perempuannya masing-masing mengambil langkah mundur karena haloemia yang tidak tertahankan, dan dia akhirnya memilih mata kuliah pencitraan medis.

Padahal dalam pandagan Dirga, Yuka adalah orang yang sangat bahagia, dia disayang oleh kedua orang tuanya sejak masih kecil. ayahnya juga telah membuka jalan untuk masa depannya, alangkah baiknya, dia bisa menjalani hidup yang riang tanpa beban.

Namun, dilihat dari ekspresinya yang tidak bahagia sekarang, sepertinya Yuka tidak berpikir begitu.

Sekolah kedokteran hanya berjarak dua atau tiga kilometer dari rumah sakit, hanya perlu beberapa menit jika mengemudi kendaraan, namun, Dirga terus mengelilingi jalan, dia akhirnya bisa bertemu dengannya, pastinya tidak ingin membiarkannya pergi begitu saja.

Mobil berjalan dengan sangat lambat, mobil di belakang membunyikan klakson, Yuka tiba-tiba terbangun. "Kemana kamu pergi? Kamu salah jalan, sekolah kedokteran ada di College Road, bukan di sini."

Dirga berkata dengan pelan, "Aku tahu, di depan bisa memutar balik, sudah tiga putaran."

"……" Yuka menatapnya dengan heran dan bertanya, "Kamu sedang mengelilingi jalan?"

"Bagaimana aku bisa berbicara dengan kamu begitu banyak tanpa mengelilingi jalan?"

"Kamu …… " Yuka tidak tahu apa yang dia maksud, jika dikatakan bahwa dia berniat buruk, tampaknya juga tidak benar.

Melihat kepanikannya, Dirga dengan cepat meyakinkan: "Aku akan segera membawamu ke sekolah, aku tidak akan berkeliling lagi …… sebenarnya, aku hanya ingin bersamamu lebih lama, bahkan jika kamu tidak menyadarinya, setelah putaran ini, aku memang berencana untuk lagsung membawamu ke sekolah."

Yuka sedikit tidak senang, tapi entah kenapa dia punya harapan kecil, dia berpikir didalam hatinya: hanya ingin bersamaku lebih lama? Mengapa? Mengapa tidak meneleponku setelah kembali begitu lama?

Selanjutnya, kecepatan mobil dipercepat, dan segera tiba di depan pintu sekolah kedokteran.

Dirga menghentikan mobil, tetapi dia tidak turun, dia menoleh untuk melihat Yuka, Yuka yang saat ini terlihat sangat menyedihkan, pikiran Dirga yang tertekan selama lebih dari setahun tiba-tiba mengalir ke hatinya seperti air, "Yuka " dia memanggil namanya secara langsung, dan alasannya tidak bisa menghentikan dorongan hatinya. "Apakah perjanjian kita sebelumnya masih berlaku?"

“Ha?” Yuka tampak bingung.

"Dulu, setahun yang lalu, aku berkata, aku akan memberimu jawaban ketika aku menyelesaikan masalah Nguyen Song, masih ingat?"

Yuka terdiam, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, dan pikirannya sepertinya kembali ke malam tahun lalu ketika dia di bar, dia menerima pesan dari Dirga, Dirga memintanya pergi ke bar, Yuka tidak menunda dan langsung pergi ke bar, tetapi malah melihat dia dan Amanda Verto memeluk dengan penuh kasih sayang.

Jangan-jangan, ini adalah jawaban Dirga?

"Melihat ekspresimu, aku rasa kamu masih ingat, kan? Aku bisa memberimu jawaban sekarang, aku..."

“Bukankah kamu sudah menjawab?” Yuka menyela, hubungan ini tidak jelas, Dirga terus bermain dengan perasaannya, betapa banyak sakit hati yang diderita oleh Yuka, Dirga bahkan masih berani menyebutkan tentang masalah ini.

Dirga penuh dengan kebingungan dan menyangkal: "Aku belum menjawab, sama sekali belum."

"Kamu masih menyangkal, Dirga, jika kamu berani melakukannya, kamu harus berani mengakui, ini adalah moralitas minimum nurani, ternyata kamu adalah orang yang suka memainkan perasaan orang, anggap saja pada saat itu aku buta dan salah melihat!" Yuka berkata dengan bergairah, setelah berkata dia ingin membuka pintu mobil dan turun.

Terdengar suara “klik”, Dirga mengunci pintu mobil satu langkah lebih cepat, masalah ini harus diklarifikasi sekarang.

"Buka pintunya, biarkan aku turun, aku ingin turun!"

Dirga meraih pergelangan tangan Yuka dan menariknya mendekati dirinya sendiri.

"Ah, apa yang kamu lakukan! Aku akan segera memanggil polisi jika kamu berani melakukan sesuatu padaku."

Dirga harus melepaskannya, dia langsung berkata: "Aku tidak pernah bermain dengan perasaan siapa pun, hatiku hanya ada kamu, hanya kamu seorang."

"Kamu bohong lagi, kamu kira aku tidak tahu hubunganmu dengan Amanda Verto? Jangan manganggap aku sebagai anak kecil."

“Amanda Verto?” Amanda Verto adalah adikku.”

"Pembohong, kamu pembohong, aku melihat kalian berciuman dengan mataku sendiri, kebohongan apa yang kamu karang?"

"Kamu ada di bar hari itu?"

Air mata Yuka hampir jatuh, "Bukankah kamu yang mengirimku pesan untuk pergi melihat kenyataan? Aku pergi, dan melihat kamu dan Amanda Verto berciuman di depan umum, kamu …… kamu terlalu tidak bertanggung jawab, memanfaatkan perasaan Amanda Verto, menginjak-injak perasaannya sesuka hatimu, pada saat kamu menyukainya, dia adalah pacarmu, tetapi kalau kamu tidak menyukainya, dia adalah adikmu, mengapa kamu begitu tak tahu malu?! Biarkan aku turun, aku ingin turun! "

Dirga telah mendengarnya dengan jelas, dia sangat tenang, berpikir hubungan antara dia dan Yuka semakin jauh dalam satu tahun terakhir, Amanda Verto memang tidak luput dari perhatian.

"Aku tidak memintamu untuk pergi ke bar malam itu, mau cek catatan atau pun berhadapan muka langsung dengan Amanda Verto, aku yakin aku tidak mengirimimu pesan untuk pergi."

“……”

“Bukan aku yang kirim, percaya padaku.”

Yuka menekan bibirnya, menatap Dirga dengan lurus, dan mengeluarkan ponselnya untuk mengonfrontasinya, catatan obrolan saat itu masih ada di dalam ponselnya, dia tidak tega menghapusnya.

Dirga juga mengeluarkan ponselnya dan juga membalikkan catatan obrolan, selama setahun ini, dia juga tidak tega menghapus catatan obrolan dengannya.

Keduanya saling membanding, dalam catatan obrolan Yuka terdapat alamat bar pada waktu itu, yang dikirim oleh Dirga, tetapi dalam catatan obrolan Dirga tidak ada pesan seperti itu, juga tidak memanggil dia untuk datang.

Jelas, ponsel Dirga pernah disentuh oleh orang lain.

Dan pada saat itu, satu-satunya orang yang bisa mengambil ponselnya dan asal mengirim pesan adalah Amanda Verto.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu