Cinta Pada Istri Urakan - Bab 274 Aku Tidak Membuatmu Senang?

Dengan sinar bulan yang membanjiri, Gavin sekuat tenaga melebarkan mata, dengan penuh perhatian melihat wanita itu, bahkan sampai merasa mengedipkan mata merupakan semacam menyia-yiakan waktu.

Laras sangat malu sekali, ingin melarikan diri, tapi di hadapannya adalah Gavin yang terhormat tinggi besar ini, dia tidak bisa melarikan diri.

Dia hanya bisa menutup mata dengan sepasang tangannya.

“Menutupi apa, apa yang bisa kamu tutupi lagi selain muka?” Gavin tertawa, menjulurkan tangan dan menarik tangan wanita itu ke bawah.

Laras menjelaskan, “Nenek yang mempersiapkan, aku mana bisa membeli barang seperti ini.”

“Haha, ini benar nenek kandungku, yang paling dan sangat menyayangiku.”

“….” Laras canggung sekali, dengan sekuat tenaga menyimpan kembali sepasang tangan, bersilangan melindungi depan dadanya.

Dia ingin melindungi bagian yang paling tidak aman.

Suara serak Gavin yang sabar menahan, berkata: “Menutupi bagian atas, bagian bawah tidak bisa tertutupi.”

Sambil dia mengatakan, tangan juga langsung ikut menyentuh ke sana.

“Tunggu, tunggu.” Laras berselingan menggoyangkan kaki untuk menghindari tangan pria itu, tubuhnya juga secara reflek membalikkan badan dan membelakangi pria itu, “Kenapa begitu tidak sabaran, ambil dulu barang yang seharusnya disiapkan ke sini untuk bersiap-siap.”

Dia tidak membalikkan badan malah lebih baik, sekali membalikkan badan, pembuluh darah Gavin semakin merengang.

Kata-kata sudah tidak bisa mengungkapkan harapan di lubuk hatinya, dia langsung saja melepaskan handuk yang ada di pinggangnya, memeluk pinggang wanita itu, langsung menempel ke atasnya.

“Ah!” Laras terkejut, dia sudah hampir saja menangis sedih, bisa dibilang menggunakan segenap jiwanya untuk menolak, “Hei, pelan, pelan… pelan sedikit…”

Gavin seakan seperti binatang buas yang terkurung dan baru keluar dari kandang, haus tak tertahankan, berhadapan dengan sepotong daging segar yang besar, rasionalitasnya ditelan habis oleh hasrat.

“Sakit sakit sakit, pinggang tuaku sudah mau putus!!!”

Gavin memeluk pinggang wanita itu, langsung membuangnya ke atas ranjang, tangannya juga sekalian menyalakan satu lampu ranjang.

“Untuk apa menyalakan lampu?”

“Enak dilihat.”

“Tidak boleh lihat.” Laras merangkak mau mematikan lampu.

Gavin menangkap sepasang kaki wanita itu dan menyeretnya balik, dengan nafas yang kasar berkata: “Berpakaian seperti ini bukannya untuk memperlihatkan ke aku?”

“Bukan.”

“Bukan?” Pria itu menggigit telinganya, selanjutnya berhenti tak bergerak lagi.

“Kamu….” Laras memutarbalikkan pinggang, menoleh dan melototi pria itu.

Gavin berkata: “Kenapa aku? ….. apa kamu masih berpikir melapor ke nenek?”

“Aku bukannya pemalu seperti itu, kulit mukaku tebal.”

“Ow? Oh yah, kalau begitu kenapa bisa takut menyalakan lampu?”

“….”

Dengan sinar lembut yang hangat berwarna kuning, Gavin terpesona melihat tubuh yang indah itu, diam tak bergerak seperti ini, dia juga membutuhkan pengendalian diri yang kuat, menganiayanya dalam waktu bersamaan juga sedang menguji dirinya sendiri.

“Rindu tidak denganku?” Dia bertanya.

Laras membuang muka, melancipkan mulut berkata: “Tidak rindu.”

“Tidak rindu?” Gavin menahan dengan kuat, menahan seperti ini, di bagian yang terdalam, dia kembali berhenti, “Sebenarnya rindu tidak?”

“Tidak….”

“Masih tidak?” Pria itu menggigit daun telinganya, jari yang kasar mengelus bagian yang paling sensitif dari wanita itu.

“…..” Laras geli bukan main, seluruh badannya secara reflek melintir, ”Kamu menyebalkan!”

“Kalau begitu sebenarnya rindu aku tidak?”

“….” Laras menggigit bibir, pipinya merah dan juga memanas, dia tak berhenti menyusut, memanggil pria itu.

Suara Gavin yang rendah dan berat seperti penyedap rasa saja melintas di selaput teliga wanita itu, dia berkata: “Gadis kecil, semakin kuat saja tekadmu ya?”

Selesai mengatakan, dengan satu tangan dia membalikkan tubuh bagian atas wanita itu, menunduk, membuka mulut dan mengisap wanita itu.

Laras tak berhenti menggeliat, meski bagian atas, atau bagian bawah, semua sudah tidak bisa dijaga, menggoda sekaligus dari tiga penjuru secara bersamaan di tubuh wanita itu, tidak bisa dikontrol mulai agak bergetar.

“Rindu aku tidak?” Gavin menghentikan mulutnya dan bertanya ke wanita itu lagi, suara seraknya terdengar semakin berat dan dalam.

Laras sudah berdiri di atas awan hampir terbang, tinggal sedikit saja, tinggal sedikit saja.

“Rindu tidak?” Tangan pria itu juga berhenti.

“Rindu!” Dia dengan suara besar mengatakan, tidak hanya rindu di hati, tubuh juga rindu.

Gavin menunjukkan senyuman puas, bagian pinggang mulai bergerak, ditambah bantuan dari sepasang tangan dan bibir, serangan yang cermat.

Belum beberapa kali, Laras sudah mau terbang.

Otak yang kekurangan oksigen senang seperti menggila, dia yang terbungkus tak berhenti mengejang.

Ini adalah momen yang paling memuaskan bagi Gavin, juga merupakan momen terasa paling berhasil, dia sangat suka sekali gaya wanita itu yang seakan mati.

Setelah kepuasan sesaat, Laras jadi lumpuh total, tapi dia tahu, asal Gavin menggodanya lagi sebentar saja, dia bisa senang sampai mau mati lagi.

Dia terengah-engah, bersemangat tapi tak bertenaga berkata: “Apa benar sup dan minuman nenek itu bermanfaat?”

“Perkataanmu ini maksudnya aku perlu mengandalkan sup dan minuman itu?”

“…..” Apa aku sudah salah berkata?

“Dulu waktu tidak minum sup dan minuman itu, apa tidak membuatmu senang?”

“…..” Beri aku kesempatan untuk menjelaskan.

Sepasang mata Gavin yang memerah, langsung membalikkan wanita itu melihatnya, dia menekan wanita itu, berkata: “Mengingat kamu mengira bahwa sup dan minuman itu yang bekerja, kalau begitu lebih baik dibuktikan saja, hari ini aku yang mengatur semua.”

“…..” Tidak tidak tidak jangan, tolong!

Satu malam tanpa tidur lagi.

——

Keesokan hari, Gavin pagi sekali sudah bagun, perang semalaman membuatnya tambah bersemangat, pagi sekali sudah lari pagi di perkarangan rumah.

Nyonya tua walau berusia lanjut, jam tidur pendek, pagi sekali juga sudah bangun.

Nenek dan cucu keduanya bertemu di perkarangan, duduk dan berbincang bersama.

“Nenek, apa terbiasa tinggal di sini?”

“Belum terbiasa, tapi demi cicitku, tidak terbiasa juga perlu dibiasakan.”

Nenek memberinya sebuah tatapan mata yang bermaksud dan tak bisa dipercaya, bertanya: “Semalam merasa ada kejutan tidak?”

Gavin jadi tersipu, “Nenek kamu jangan bercanda.”

“Anak kecil kamu malu apa dengan nenek, cepat beritahu nenek, juga bagus untuk membuat nenek merasa sedikit keberhasilan.”

“Gavin tersenyum berkata: “Yah begitulah.”

“Begitulah? Datar sekali? Hmph, kalau begitu besok-besok aku tidak bantu kalian siapkan lagi, aku rasa Laras seharusnya tidak berani melakukan persiapan semacam ini.”

Gavin memohon untuk dimaafkan, “Nenek, sangat bagus, terima kasih, tapi jangan dibahas lagi ya?”

Kali ini barulah nenek puas, “Ok, aku tahu cucuku malu, nenekmu ini, besok-besok masih akan membantu kalian mempersiapkan, tenang saja.”

“……”

“Nenek umur segini, juga tidak tahu kapan pergi menemui kakekmu, nenek hanya berharap bisa segera melihat cicitku, apa kamu mengerti?”

“Iya, mengerti.”

“Jadi kamu harus semangat.”

“Sudah berusaha keras sekali, tapi masalah ini tergantung nasib.”

Nenek menghitung waktu, berkata: “Kamu lihat kalian juga sudah menikah satu tahun, kalau bukan sengaja melakukan kontrasepsi, mungkin saja aku sekarang sudah menggendong cicit.”

“Tapi….”

“Tapi apa, Laras memang usianya masih agak muda, tapi lalu bagaimana lagi? Saat rajamu mengeras juga tidak peduli usianya masih muda.”

“….”

“Nenek tidak menghalangi Laras bersekolah, belajar itu tidak ada batasan, setelah melahirkan anak juga tetap saja bisa sekolah, tidak mengganggu apapun, betul tidak?”

“Betul.”

“Ditambah lagi, kalau kamu menerima tugas dan pergi dalam waktu lama, kemungkinan jelek andai kata kamu tidak kembali lagi, tidak ada penerus seperti ini, seperti itu apa masih bisa membuat kita hidup?”

“Nenek kamu ini sedang menyumpahiku?”

“Puih puih, aku tarik omonganku, pengandaian tadi tidak dihitung, cucuku selamanya selamat dan aman saja. Tapi Gavin, nenek sungguh benar-benar ingin sekali melihat cicit kecil, aku sudah tidak sabaran.”

Gavin mengangguk, “Aku tahu, nenek.”

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu