Cinta Pada Istri Urakan - Bagian 377 Halo, Namaku Nadira

Vero juga menghadiri acara pesta keluarga hari ini, dia sudah bertahun-tahun tidak berjumpa dengan semua orang, kemunculannya saat ini, sungguh membuat semua orang terkejut.

Setelah Vero dan Sonny bersama lagi, dia tidak akan lagi hidup dengan kenaifan.

Setelah dipikir-pikir, dia sendiri merasa masih menyukai film.

Perjalanan ke beberapa negara dalam beberapa tahun ini, terdapat peningkatan terhadap pemahaman suatu masalah, dia juga telah mengisi pengetahuan dirinya dengan penuh, dia merasa sudah saatnya untuk kembali.

“Bos Pradipta, aku berencana untuk membuat sebuah film sastra tahun ini, dan sedang dalam tahap persiapan, bagaimana menurutmu?”

Aaron tanpa berpikir panjang, dia menyetujui dengan cepat, “Kakak sepupu, kamu mau membuat film, aku pasti mendukung, berapapun semua adalah hal yang mudah bagimu.”

Vero sangat kegirangan, “Serius?”

“Sungguh.”

Vero menepuk-nepuk pundaknya, “Sudah cukup, lain kali aku membawamu bertemu dengan pemeran perempuanku, aku baru saja menemukan yang bagus, dijamin kamu puas.”

Aaron tertarik dengan mengangkat satu alisnya, “Jangan lain kali dong, bagaimana kalau hari ini? Melihat kakak sepupu yang begitu menyukainya, pasti bukan barang yang biasa.”

Vero melirik kearahnya, “Simpan baik-baik nafsumu, pemeran wanitaku masih polos, jangan kamu nodai.”

“…..kak, bagaimana kamu berkata begitu padaku? Sungguh sedih hatiku.”

“Kamu kira aku masih belum mengenalmu? Beberapa waktu yang lalu berbelanja dengan aktris ini, dan beberapa waktu yang lalu pergi nonton dengan aktris itu, jika kencan tidak dirahasiakan dengan baik akan difoto oleh orang lain. Aku kasih tahu ya, sebelum film ini dirilis, segala sesuatu yang berhubungan dengan film harus dirahasiakan, terlebih adalah pemeran wanitaku.”

“Serahasia ini?”

“Iya, tunggu sampai harinya tepat, kuijinkan kamu untuk memeriksa kelas satu kali. Untuk masalah uang, jutaan puluhan ratusan juta bukanlah hal yang banyak, bos Pradipta, anda yang mengurusnya.”

Aaron menjadi serius dalam sekejap, “Kamu masih meminta sponsor apa?”

Vero : “Kakak lelakiku yang tidak jelas, tidak setuju….mereka memang tidak begitu setuju aku masuk di bidang ini, selanjutnya… kamu juga paham, aku kesulitan beberapa tahun ini, relasi yang sebelumnya, hubungan lah, semuanya terputus, jadi……”

“kak, mereka tidak mendukungmu, aku mendukungmu. Film Virgomu itu satu-satunya film literatur yang aku lihat, sangat bagus.”

“Terimakasih.”

“Kamu sendiri tidak memainkan peran?”

“Tidak ah, kali ini adalah seorang gadis muda yang terjun ke masyarakat, wajah tuaku yang sudah dimakan umur ini tidak cocok, aku tidak bisa meyakinkan diriku sendiri.”

“Haha, mempunyai rasa percaya diri untuk mengakui masih bagus.”

Vero menunjukkan tinjunnya, “Kupukul kamu.”

Aaron bertanya dengan serius: “2 miliar cukup?”

Vero bertepuk tangan dengan gembira, “Terimakasih bos Pradipta, aku akan berusaha supaya kamu tidak kehilangan uang.”

Aaroon : “Kalau begitu aku yang berterimakasih padamu.”

Vero: “Mari mari, minum segelas minum segelas.”

Aaron : “Aku tunggu teleponmu.”

Vero : “Ok.”

——

Setelah jamuan makan selesai, Laras langsung berpisah dengan semua orang, dia bergegas menemani Manda pergi.

Demi menghindari Rendra, Manda sampai matipun tidak bersedia menghadiri jamuan makan.

“Halo, aku sudah keluar, kamu dimana sekarang?”

“Baiklah, Jarakku tidak jauh, aku akan segera kesana menemuimu.”

Laras meletakan handphonenya, tepat sebelum pergi, terdengar suara Christian dari belakang.

“Kamu tidak pergi bernyanyi?”

Laras menoleh dan melihatnya, dia mengenakan outer berbulu warna putih, dan bibirnya yang merah karena kedinginan, seperti mengoleskan lipstick, dia masih bocah tampan yang dulu.

“Tidak pergi, aku dan mereka kebanyakan tidak mengenal.”

“Sering bertemu nanti juga pasti kenal.”

Laras menggelengkan kepala, “sudah jelas-jelas kemampuan bernyanyiku menjijikan, masih harus di depan banyak orang, aku takut malah sampai terlihat urakan”

Christian digoda olehnya, “Kamu masih sama, tidak paham menyembunyikan sesuatu.”

“Salah, aku hanya merasa tidak ada yang bisa disembunyikan didepanmu, lagipula kamu tahu rasa malu dan hal konyolku, jika para tetua ada disini, aku pasti berubah menjadi sangat penurut.”

Christian mengejeknya, “Sepertinya nenekku terlalu disiplin.”

Laras berkata dengan blak-blakan, “Hah, tentunya tidak bisa tanpa peran paman keduamu.”

“Aku perhatikan sekarang kamu kelihatannya terlalu banyak dikekang mereka.”

“Kamu salah lagi, aku tidak dikekang mereka, ini dinamakan komunikasi yang tulus dan sabar terhadap para penatua.”

“……..baiklah, tidak ada yang bisa menandingimu.”

Laras bersiap untuk pergi, “Mungkin kamu masih ada urusan? Jika tidak ada, aku pergi dulu, sudah janjian dengan Manda untuk shoping bersama.”

Christian ingin bicara namun terhenti, lagi-lagi bimbang, dan akhirnya bertanya, “Kenapa tidak pakai gelangku ? bukankah menyukainya? Hanya ingin membuatku senang ?”

Ini sungguh canggung, Laras berkata dengan malu-malu : “Ah, aku tidak sengaja memutuskannya kemarin, dan manik-manik kristal itu jatuh ke lantai, nanti aku pergi belanja membeli seutas tali kemudian mengikatnya.”

Christian menganggukkan kepala, hatinya timbul sedikit rasa senang, “Oh begitu, karyawan toko itu bilang tidak mudah putus, membohongiku.”

“Aku saja yang tidak sengaja hehe, kalau begitu aku pergi ya, Manda masih menungguku.”

“Pergi kemana? Aku mengantarmu,” Christian dengan sigap berkata, “Kamu tunggu aku, aku ambil mobil.”

“Ehn…..”

Christian baru saja berbalik, didepannya terlihat Lana yang bersembunyi dibelakang mobil diseberang jalan, Lana berada dibelakang sebuah mobil, mencoba untuk memutar otak, sudah jelas bahwa sedang mengintip mereka.

Empat mata saling bertatapan, Lana juga malu untuk bersembunyi lagi, dia berpura-pura datang dengan berbesar hati, “Sungguh kebetulan, kalian juga akan pergi?....”

Sebuah taksi baru saja lewat, Laras bergegas pergi dan melambaikan tangan kepada mereka, “Kamu mengobrolah, aku pergi dulu ya.”

Sambil berbicara, wanita yang berada didalam taksi itu pergi, adapun mobilnya Christian, dia dari awal juga akan menolaknya.

Lana berjalan kearah depan dan menatap mata Christian, bertanya dengan nada setengah bertanya setengah menginterogasi : “Putus denganku dan masih bisa bilang bukan karena dia? Kamu jangan berbohong padaku, pandangan matamu sudah nampak jelas.”

Christian : “…….”

Lana: “Dia sudah menikah, suaminya dia adalah Gavin Pradipta, dan demikian dia juga adalah istri orang lain, kamu enggan untuk melupakannya seperti ini, memangnya ada gunanya?”

“Tidak!” Christian tidak mengaku dan berbicara, “Kamu terlalu berlebihan menanggapi perasaanku padanya, dulu kita adalah teman sekolah, sekarang adalah senior dari anggota keluarga, berbeda dengan apa yang kamu maksud.”

Lana melanjutkan pertanyaannya: “Kamu sedang membohongi siapa ha? Membohongi dirimu sendiri? Apakah kamu belum menyadari kedua matamu sangat berbinar saat melihatnya?”

Christian berbalik dan pergi, “Aku malas berbicara denganmu.”

Lana tidak begitu senonoh untuk mengikutinya, tetapi hatinya tersimpan perasaan tidak senang, sekarang dia tidak bisa lagi mengggunakan identitasnya sebagai seorang pacar untuk menginterogasinya, dia hanya tahu dirinya tidak mempunyai hak atas hatinya, hanya perasaan kesal, benci, dan tidak senang.

Apalah seorang Laras?! Bukankah hanya beruntung saja menikah dengan Gavin, jika tidak ada Gavin, hanya seorang yang tidak punya aturan.

Semakin Lana memikirkan dan semakin tidak senang, karena Laras, ayahnya berencana pulang, dan juga tidak berpikir dia dan ibunya apakah cocok tinggal disini.

Karena Laras, ayahnya bukan lagi satu-satunya ayah miliknya, dan ayah masih memberikan barang yang paling mahal untuk Laras, namun dia tidak punya.

Karena Laras juga, ayah dan ibunya lebih sering bertengkar, ayahnya juga tidak seperti dulu yang begitu lembut dan melindungi.

Keluarga mereka, karena Laras, banyak sekali perubahan yang terjadi.

Dia tidak mengerti, mengapa semua orang begitu menyukai Laras.

Dan pada saat ini, seorang gadis asing tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang, “Halo, kamu temannya Christian?”

Lana berbalik dan melihat, namun tidak mengenali gadis ini, “Kamu siapa?”

“Aku dulu adalah teman sekolahnya, tadi aku melihat kalian berbicara disini, Oh ya, masih ada Laras.”

“Kamu…..”

“Halo, namaku Nadira Santoso.”

Dalam hembusan angin dimusim dingin, Nadira tersenyum dengan penuh dendam, dan mengulurkan tangan kepada Lana.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu