Cinta Pada Istri Urakan - Bab 41 Didiamkan (2)

"Jangan mengalihkan pembicaraan."

"Aku tidak mengalihkan pembicaraan, aku hanya ingin tahu, apakah karena kamu melihatnya tumbuh besar, kamu percaya moralnya baik, jadi hal ini pasti adalah salahku, pasti murid dengan karakter buruk sepertiku ini yang sedang menggodanya?"

Tidak peduli dia berhadapan dengan siapa, begitu pihak lain sudah menghina kehormatannya, dia pasti akan menyerangnya dengan sekuat tenaga, bahkan keras dilawan keras olehnya.

Pemikiran Gavin sama dengan guru-gurunya terdahulu, setiap hal yang berhubungan dengan dirinya, tidak peduli kebenarannya seperti apa, pasti adalah salahnya.

Dia sama dengan mereka, sebelum memahami kebenaran suatu masalah, dia sudah membuat kesimpulan akhir, ini adalah penghinaan terhadap karakternya.

Gavin tidak bisa menjawabnya, memang benar, dia mempunyai prasangka yang seperti itu.

Laras tertawa dengan pahit, dia merasa kalau dirinya sangat menyedihkan, "Kamu bahkan sudah berpikir seperti itu, aku berkata sebanyak apapun tetap tidak ada gunanya, kamu merasa seperti apa ya sudah begitu saja, aku malas untuk bicara lagi."

Kalimat aku malas untuk bicara lagi mendorong amarah Gavin sampai ke puncaknya, dia membawa map informasi yang ada di tangannya lalu berkata dengan dingin, "Kamu malas bicara, aku juga malas untuk mempedulikanmu, aku mau pergi dinas beberapa hari, urus dirimu sendiri dengan baik."

"Hei...kenapa mau pergi lagi?"

Gavin pasti melakukan apa yang dikatakannya, dia benar-benar malas untuk mempedulikannya, dia berjalan ke lift tanpa berkata apapun lagi, menolehpun tidak.

"Hei, hei.....Gavin," Laras tidak tahu harus berbuat apa, dia segera menyusulnya, "Kapan kamu pulang?"

"Tidak tahu."

"Tidak tahu lagi, kalau begitu apa yang kamu ketahui?"

Gavin masuk ke dalam lift dan membelakanginya, "Aku tidak tahu apapun mengenai kalian, aku juga tidak ingin tahu."

Selesai bicara, pintu lift juga sudah tertutup, Laras merasa sangat sedih, ini maksudnya apa?

Ini membuktikan kalau Gavin hanya kembali untuk mengambil barang, setelah mengambil barangnya, dia langsung pergi, pergi ke kampus juga kemungkinan hanya sekalian jalan.

Laras berdiri di sana, setelah pintu lift tertutup, maka yang ada di depannya adalah cermin seluruh badan, dia bengong memandang dirinya sendiri, hatinya samar-samar merasakan sakit, sedih dan juga marah karena diperlakukan tidak adil, berbagai macam emosi tidak berhenti bergejolak di dalamnya.

Dia tertawa pahit, menertawakan dirinya yang bodoh, tentu saja dia mempercayai penilaiannya sendiri, dia adalah orang yang sangat bijak dan hebat, bagaimana mungkin bisa salah dalam mempercayai seseorang?!

Sedangkan terhadap Christian, biar bagaimanapun dia tidak bisa marah kepadanya, jadi dia hanya bisa menerima semua ketidakadilan ini.

Laras merasakan sesuatu yang serasa ingin mendesak keluar dari matanya, dia menarik napas yang dalam dan mengepalkan kedua tangannya dengan erat, lalu mendongak serta berusaha dengan sekuat tenaga agar tidak menangis, kedua tangannya tidak berhenti mengipasi matanya.

Dia tidak akan mengijinkan dirinya menangis di saat seperti ini, tidak sama sekali!

Gavin yang sekali lagi duduk di dalam mobil, terlihat tidak lebih baik dari Laras, yang satu adalah keponakannya, yang satu lagi adalah istrinya, mereka berdua bergandengan tangan dan berciuman di tengah jalan yang penuh dengan orang yang sedang berlalu lalang, ini adalah saat yang paling menyedihkan bagi seorang pria.

Dia sangat ingin mempercayai Laras, tetapi saat ia baru saja pergi, dia sudah langsung bersama dengan Christian, kemarin dia bahkan berjanji kepadanya tidak akan berkhianat, tetapi hari ini sudah terpampang adegan yang tidak menyenangkan seperti ini, dia sedang mempermalukan siapa?!

Dia tidak seharusnya berharap kepada Laras, dia tidak seharusnya berharap kalau Laras benar-benar dapat dengan patuh bertindak sesuai tempatnya.

Mungkin, dia memang seseorang yang tidak tahu tempatnya, tidak keberatan memberikan kesuciannya kepada siapapun, tidak keberatan menikah dengan siapapun, lebih tidak keberatan berselingkuh di luar setelah menikah.

Mungkin dia yang terlalu menganggap dirinya sendiri terlalu tinggi, dia mengira hal yang dimilikinya cukup untuk menarik perhatiannya, tetapi sehebat apapun dia, tetap tidak bisa merubah karakternya yang tukang selingkuh.

Tukang selingkuh, dia benar-benar tidak ingin menggunakan kata-kata ini untuk mendeskripsikan Laras, gadis yang saat dijumpainya pertama kali terlihat bersinar bagaikan cahaya bulan itu.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu