Cinta Pada Istri Urakan - Bab 916 Apakah Kita Pernah Bertemu Di Suatu Tempat

Amanda hanya bisa berkata begitu, “Belum melakukan pengujian maka semua itu tidak bisa dibicarakan, bahan untuk kemanjuran obat Profesor Michael yang menggunakannya, tapi Profesor Michael tidak pernah mengungkapkan resep rahasianya, dan serum darahmu diusulkan oleh profesor Ona, ini malah bisa memastikan, keduanya dikombinasikan, siapa pun tidak bisa tahu apa hasilnya.”

“Lalu waktu itu kamu begitu yakin mengatakannya?”

“.……”

“Kamu mengatakannya dengan begitu yakin supaya bisa menahanku untuk tidak pergi mencari Jeremi balas dendam?”

Amanda tidak menyangkal, dia memiliki kepercayaan diri, asalkan memberinya waktu dan kesempatan, “Bagaimana bisa tahu jika tidak mencobanya? Sudah tahu caranya, maka harus dicoba dulu, sekarang begitu banyak orang yang keracunan, semua sedang menunggu obat penawar, terutama Song. Aku selalu mencari kesempatan untuk bertemu dengan profesor Ona, tapi orang yang menjenguknya terlalu banyak, identitasku lebih khusus, takut terungkap.”

“Apa yang Gavin katakan?”

“Dia hanya mengatakan agar aku menunggu di kamar pasien, masih berpesan padaku walau kamu sudah sadar, juga jangan membiarkanmu berjalan sembarangan, sekarang di rumah sakit banyak polisi setempat dan interpol yang keluar masuk, di luar masih ada banyak wartawan. Dia mengatakan akan mengatur aku bertemu dengan profesor Ona.”

Jerome merasa lega, “Karena dia sudah berkata begini, maka kita tunggu saja dengan sabar.”

“Kamu begitu mempercayainya?”

“Selain dia, aku bisa mempercayai siapa lagi? Kenyataan membuktikan, dia memang orang yang bisa dipercayai.”

Amanda mengangguk kepala, meskipun dia tidak terlalu kenal dengan Gavin dan beberapa orang lainnya, tapi sepanjang jalan ini, jika bukan karena ada mereka, dia dan Jerome belum tentu bisa pergi dengan selamat.

Selain itu, Gavin juga melakukan sesuai yang dikatakannya, memastikan keamanan mereka.”

Di sebelah sana, akhirnya Sugi Ona selesai melakukan pemeriksaan fisik secara rinci, dan setelah hasilnya dikonsultasikan dengan para ahli dari berbagai departemen, langsung dikirim ke kamar pasien.

Laporan pemeriksaan fisik menunjukkan, Sugi Ona menderita anemia berat karena kekurangan gizi dalam jangka panjang, karena itu setiap organ muncul gejala komplikasi yang sesuai, tapi, semua ini bisa dirawat dan sembuh secara perlahan.

Hasilnya termasuk optimis, semua juga merasa lebih tenang.

Menjelang malam, akhirnya Amanda bertemu dengan Sugi Ona, semua paham niat dalam hati masing-masing hanya tidak mengatakannya depan umum, demi kerabat masing-masing, demi lebih banyak korban yang tidak bersalah, mereka mencapai kesepakatan.

Agak malaman, Anis Tata juga tiba di rumah sakit, bergabung dengan tim pengembangan obat penawar.

Tubuh Jerome pulih dengan cepat, keesok harinya sudah bisa bergerak bebas seperti biasa, dia terburu-buru ingin pergi melihat Nguyen Song.

Nguyen Song sudah pindah ke kamar perawatan intensif, virus sudah menyerang sistem pernafasannya, sekarang dia sudah tidak bisa bernafas sendiri, harus menggunakan ventilator baru bisa bertahan hidup.

Perawat di kamar perawatan intensif kenal dengan Jerome, Nguyen Song sudah begitu lama tinggal di rumah sakit, hanya ada Jerome saja yang datang menjenguk.

“Tuan Jerome, sebaiknya sekarang kamu jangan masuk, daya tahan tubuhnya sangat buruk, bakteri yang tidak berpengaruh pada orang normal tapi bagi dia mungkin bisa berakibat fatal.”

“Baik, kalau begitu aku akan berdiri di sini untuk melihatnya……dia masih bisa bertahan berapa lama?”

“Sulit mengatakannya.”

“Apakah kamu bisa membantuku menyampaikan beberapa kata padanya di saat dia sadar?”

“Baik, kamu katakan.”

“Sudah ada kemajuan baru dalam pengembangan obat penawar, suruh dia pasti harus bertahan.”

“Baik.”

“Terima kasih.”

“Sama-sama.”

Jerome berdiri di luar, dibatasi oleh kaca, melihat Nguyen Song yang terbaring di atas ranjang pasien dan sudah tidak mirip dengan manusia, dia sungguh sangat menderita, dan sangat tidak berdaya.

Meninggalkan kamar perawatan intensif, dia menundukkan kepala begitu putus asa berjalan di koridor, sekarang dia tidak bisa melakukan apa pun selain menunggu.

Di sudut belokkan, seorang pria berjalan terburu-buru langsung menabrak dari depan, Jerome gelisah dan tidak fokus, langsung tertabrak hingga jatuh ke lantai.

“Aduh, maaf.” Pria melihat dia memakai pakaian pasien, semakin merasa bersalah, bergegas menuntunnya berdiri, “Anak muda, sungguh maaf sekali, aku jalannya buru-buru jadi tidak melihatmu, kamu tidak apa-apa bukan?”

Jerome melambaikan tangan, “Tidak apa-apa.”

Pria memberikan sebuah kartu nama, mengatakan: “Anak muda, sekarang aku sungguh ada hal penting yang harus dilakukan, jika kamu ada masalah apa, ada bagian tubuh mana yang terasa sakit, bisa langsung menghubungiku, aku pasti akan bertanggung jawab penuh.”

Tangan Jerome dipaksa mengambil sebuah kartu nama, dia masih belum mengatakan apa-apa, pria itu sudah langsung terburu-buru pergi, kelihatannya memang ada masalah mendesak.

Pria itu bukan seorang diri mereka berdua, pria di depan pergi dengan sangat buru-buru, pria di belakang malah sangat ramah, “Anak muda, kamu sungguh tidak apa-apa?”

Jerome membalikkan kepala melihatnya, begitu membalikkan kepala, dia langsung tertegun, pria yang ada di depan ini memberinya semacam rasa familiar yang belum pernah ada sebelumnya, kontur wajah itu, pandangan mata itu, penampilan itu, dan suara yang rendah dan berat itu, sangat mirip dengan seseorang yang ada dalam ingatannya.

“Anak muda? Anak muda? Apakah kamu orang Indonesia?”

Jerome masih tetap tertegun, menatap lurus padanya.

Meskipun pria sedikit tidak mengerti, tapi tetap mempertahankan sikap sopan seorang pria baik, menjelaskan: “Putrinya sedang dirawat inap di rumah sakit ini, sulit dihindari bisa merasa cemas dan terburu-buru, semoga kamu tidak keberatan, jika ada yang tidak nyaman dengan tubuhmu, bisa menghubungiku.”

“Permisi……” Jerome sangat gugup, terlalu gugup sehingga tidak bisa mengucapkan kalimat utuh yang mudah, “Permisi tuan, kamu……kamu……”

Pria tersenyum lembut, “Jangan gugup, ada apa katakan pelan-pelan.”

Jerome menarik nafas dalam-dalam, menyesuaikan suasana hatinya, bertanya ulang lagi: “Permisi tuan, apakah kita pernah bertemu di suatu tempat?”

Pria menunjukkan senyuman canggung, dan jawabannya juga sangat lucu, “Bukankah kalimat ini seharusnya dikatakan oleh wanita cantik?”

Jerome menggeleng, ekspresi di wajah serius sekali, “Tidak, tolong kamu pikirkan baik-baik, apakah kita pernah bertemu di suatu tempat, karena aku terhadap kamu……sepertinya sangat familiar…..”

“Kamu adalah orang Indonesia?” Pria bertanya sekali lagi.

Jerome tidak bisa menjawabnya, dia hanya tahu bahasa ibunya adalah bahasa mandarin, sesuai perkataan Gavin, saat dia menggunakan bahasa mandarin masih terdapat dialek kota Jakarta, kata sangat jelas dan lembut, sesuai dengan standar.

“Atau etnis Indonesia yang tinggal di luar negeri?”

Jerome langsung bertanya: “Apakah istrimu orang lokal di sini? Apakah dia sudah meninggal selama 30 tahun? Apakah kamu memiliki seorang anak laki-laki, meninggal bersama istrimu?”

Kali ini, giliran pria itu yang tercengang, dia tidak bisa mempercayainya sambil melihat Jerome, dalam benak tanpa henti terus menebak identitas Jerome.

Ini adalah ingatan paling menyakitkan yang dia kubur di lubuk hati terdalam, malam Natal tiga puluh tahun yang lalu, istrinya membawa putra mereka yang berusia enam tahun kembali ke negaranya untuk mengunjungi kerabat, sejak saat itu dia kehilangan kabar mereka.

Pada saat itu informasi masih belum berkembang, dia sama sekali tidak tahu harus pergi ke mana untuk mencari mereka.

Dalam sekejap tiga puluh tahun sudah berlalu, sampai sekarang dia masih belum menyerah untuk mencari.

Beberapa tahun lalu, karena pekerjaan, dia hampir mengelilingi seluruh dunia, setiap dia tiba di satu negara, akan minta bantuan pada pihak berwenang setempat, brosur pencarian orang hilang dalam berbagai macam bahasa dipasang hampir di seluruh dunia.

Kemudian perlahan-lahan, dia mulai menerima kenyataan kepergian istri dan putranya, tidak mencari segila itu lagi, tapi hatinya selalu memikirkan anak istrinya, juga sering mengunjungi situs pencarian orang hilang di berbagai negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, dia sedang merencanakan pensiun, dia berencana setelah pensiun, membawa orang tuanya yang lanjut usia dan adik perempuannya yang selalu bernasib buruk, menjalani sisa hidup ini dengan sederhana dan tenang.

Namun, anak muda yang memakai pakaian pasien di depan ini, seketika menusuk ke titik rasa sakitnya, membuat api harapan yang sudah lama dipadamkannya mulai menyala kembali.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu