Cinta Pada Istri Urakan - Bab 249 Tere Liye ini Pasti Ada Sesuatu.

Bagi Gavin perkataan Laras ada benarnya juga, disaat mereka kebingungan tiba-tiba datang sebuah titik balik.

Dia pernah mendengar nama Tere Liye, tapi malah tidak pernah bertemu Tere Liye.

Menurut penjelasan Laras, Tere Liye sangat mirip dengan gambar paman keempat, juga sama dengan paman keempat suka bermain wanita muda, yang paling penting, Tere Liye sekarang menghilang.

Kalau salah satunya sama masih bisa dibilang kebetulan, tapi ada tiga hal yang sama, maka bukan kebetulan lagi.

Gavin langsung menelfon Hendro, "Segera periksa satu orang, partner kerjasama perusahaan Atmaja Rama, Tere Liye."

Laras yang terkejut tidak berhenti mengedipkan mata, "Apa maksudnya?"

Gavin mempunyai semacam kegembiraan yang tak beralasan, indra keenamnya berkata, kali ini pasti akan ada penemuan baru.

Indra tajam terhadap kasus ini yang ada didarahnya dengan tajam merangsang sarafnya.

"Laras, kali ini kalau penjahatnya tertangkap, maka kamu pahlawan."

"Ah?"

Gavin dengan misterius berkata: "Nanti aku beritahu ketika sudah dirumah."

Laras sambil menerka bertanya: "Jendral Pradipta, apakah anda ingin menceritakan rahasia pekerjaan anda kepada saya?"

Tidak menunggu Gavin menjawabnya, dia langsung menggoyangkan tangannya, "Jangan, jangan, tolong ampuni aku, aku masih mau hidup beberapa tahun lagi."

Gavin: "......"

Brigade anti narkoba sudah mengejar kelompok penyelundupan narkoba di perusahaan segitiga emas selama bertahun-tahun, dari awal sampai akhir tidak pernah berhasil menangkap dalangnya, paman keempat.

Setelah pasukan khusus mengambil alih, juga beberapa kali melewatkan paman keempat.

Paman keempat sudah seperti iblis di diri mereka, mereka tau kalau dia ada, tapi malah tidak tampak juga tidak bisa dipegang.

Longsor di gunung Sumbing kali ini, dalam waktu yang sama menghancurkan rahasia basis perusahaan segitiga emas, juga sekali lagi memutuskan petunjuk keberadaan paman keempat.

Untuk mengetahui keberadaan paman keempat benar-benar tidak mudah.

Apalagi, paman keempat juga sudah menargetkan Laras, Gavin harus menangkapnya.

Masih sedang berpikir, tiba-tiba pertanyaan Laras menyadarkannya, dia dengan penasaran bertanya: "Apakah kalau aku bekerja sama dengan kalian bisa membantumu menyelesaikan kasus ini?"

Gavin tanpa berpikir langsung mengangguk.

Laras menghela nafasnya, berkata: "Baiklah kalau begitu, kalau bukan aku, siapa lagi?, bagaimanapun aku juga pahlawan negara, aku akan bekerja sama denganmu deh."

Gavin dibuat tertawa oleh Laras, dia mengulurkan jarinya menghapus kecap di bibir Laras, "Ehn, pintar."

Setelah selesai makan mereka langsung pulang, sesampainya dirumah, Gavin langsung membawa Laras masuk ke ruangan kerjanya.

Membuka komputernya, menghubungi kantor pusat, sangat cepat, beberapa tentara yang berdiri tegak muncul di layar.

Ini adalah sebuah rapat video call.

"Halo kakak ipar." Di awal video itu, Sonny dan Weiner berebutan menyapa Laras.

Laras dengan tidak sadar menegakkan badannya, melambaikan tangan juga tersenyum pada mereka, "Halo semuanya."

Weiner mendekat, bertanya: "Kakak ipar, kondisinya sudah sehat?"

"Sudah, sudah, terimakasih sudah menolongku, masih belum ada kesempatan berterimakasih secara langsung kepada kalian."

"Kakak ipar jangan sungkan, boslah yang menolongmu."

"Harus berterimakasih padanya, pada kalian juga harus berterimakasih. kalau ada waktu datang makan bersama ke kediaman Gavin."

Laras pernah mendengar Lira bilang, dulu ketika Gavin masih single, bawahannya sering datang ke kediaman Gavin makan bersama, lalu mungkin sejak ada dia, mereka tidak pernah datang lagi.

Dia tidak ingin karena dia mempengaruhi pertemanan mereka.

Mereka semua adalah orang yang sehidup semati.

Laras melihat kearah Gavin, seperti memohon, "Ajak mereka datang kerumah makan, ya? Ramai-ramai."

Gavin menyeret kursinya dan duduk disebelah, "Baik...... Besok libur besar, yang tidak ada urusan semuanya datang kesini."

"Siap~~~" Tentara disana menyorak gembira.

Kembali ke topik, rapat video call mendadak kali ini, tidak segampang mengajak makan bersama.

Gavin: "Jordan, kamu buat alur waktunya, Laras, coba ingat-ingat lagi, kapan dan dimana pernah bertemu Tere Liye."

Laras gugup tanpa alasan, sambil memandang Gavin.

"Jangan gugup, pelan-pelan ingat, katakan apa yang kamu ingat."

Laras mengangguk, mulai mengingat kembali.

"Tere Liye adalah kawan bisnis pamanku, aku tau orang ini semua dari mulut paman dan bibiku, pertama kali berjumpa dengannya pada saat aku SMA kelas 1, dia datang ke rumah makan, jelasnya aku sudah tidak terlalu ingat, aku hanya ingat penampilannya sangat buruk, selalu menyipitkan matanya, aku sangat membencinya."

"Beberapa kali belakangan juga dirumah, Paman dan Bibi memanggilnya kak Liye dengan akrab, aku ingat setiap kali paman ada kesulitan di bisnisnya, selalu memanggil kakak Liye, dia sangat dekat dengan paman dan bibiku."

"Oktober akhir tahun lalu pernah dengar sekali, aku sangat ingat." Laras melihat Gavin, berkata, "Anggap dia yang mengajakku, tapi dia tidak muncul."

Gavin memotong, "Yang ini aku tau, kamu ceritakan belakangnya."

"Oh.....Lalu hari itu aku pertama kali diculik, aku sangat ingat, hari itu aku pergi kerumah paman lalu bertemu dengannya, dengar-dengar dia baru pulang dari Amerika, bisnis di Amerika berhasil mendapatkan bisnis 700 juta dollar US, hari itu aku benar-benar sial."

"Lalu hari ulang tahun kakekku, aku melihat dia dengan pamanku membicarakan sesuatu, tapi setelahnya tidak melihat orangnya, mungkin pergi lebih awal."

"Lalu tidak pernah bertemu dengannya lagi, hanya tau dia investor perusahaan Atmaja, juga membantu perusahaan Atmaja naik pasar, intinya di mata pamanku dia adalah orang baik."

"Tapi krisis perusahaan Atmaja kali ini, dia tidak pernah muncul. Itu yang aku ketahui, kalau kalian mau tau lebih jelasnya, harus bertanya paman dan bibiku."

Laras sudah selesai berbicara, Gavin memberinya gestur "OK".

"Hendro, kamu mendapatkan sesuatu tidak?"

Hendro berkata: "Bos, Tere Liye ini pasti ada sesuatu, aku bahkan tidak mendapatkan data yang berhubungan dengannya."

Gavin: "Tidak ada, atau datanya dienkripsi?"

Hendro: "Tebakanmu benar, dienkripsi, dan juga menggunakan tingkat program enkripsi yang sama dengan tim kita, kalau tidak ada kunci khusus, tidak akan terbuka."

Gavin: "Kunci Tere Liye dan juga perusahaan Atmaja."

Hendro: "Baik! Kakak ipar, sesuai dengan gambar ini, apa kamu bisa menjelaskan lebih spesifik ciri-ciri Tere Liye?"

Gavin membuka gambarnya di komputer, agar Laras bisa melihat lebih jelas.

Laras melihat gambaran layar komputer sudah hampir sama dengan orang aslinya, dia berpikir dengan hati-hati, berkata: "Bentuk wajahnya kurang lebih seperti itu, hidungnya lebih besar sedikit, dagu lapisnya lebih besar sedikit, dia sangat gemuk, wajahnya sangat lebar, seluruh wajahnya berlemak, mengenai matanya.....lebih besar sedikit, bukan matanya yang besar, tapi kelopak matanya sangat lebar, mirip dengan mata segitiga."

Laras sambil menjelaskan, tentara disana yang bertanggung jawab untuk menggambar sambil memperbaiki, gambar yang sudah diperbaiki langsung dikirim ke komputer Gavin.

Dengan seperti ini, gambar Tere Liye semakin mirip, semakin sama dengan asli.

"Kira-kira seperti ini, ini sudah sangat mirip dengannya, karena aku sangat membencinya, aku merasa dia sangat sangat buruk, jadi sangat mengingat wajahnya."

Weiner sambil tertawa berkata, "Kakak ipar, dibandingkan dengan bos kami, Tere Liye memang sangat sangat buruk, hahahaha."

Tentara yang ada diseberangnya semua tertawa, seketika wajah Laras memerah.

Gavin mengelus kepalanya, dengan pelan berkata: "Kamu mandi dulu, aku memberi tugas kepada mereka dulu."

"Oh." Laras langsung bergegas pergi, bahkan tidak menyapa mereka lagi, langsung melenggang pergi.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu