Cinta Pada Istri Urakan - Bab 787 Setiap Keluarga Memiliki Kesulitan Sendiri

Setelah memarkir mobil dengan baik, tiga orang menemukan sebuah restoran jepang yang agak tenang, sambil minum sake, sambil ngobrol santai.

Laras adalah orang yang tidak bisa menyembunyikan masalah dalam hatinya, tapi sisi lain adalah kakak tertua dari suami, dia juga tidak enak hati langsung bertanya.

Tapi, tetap harus bertanya juga.

“Kakak pertama, bagaimana kamu bisa terjerat oleh Maira?” Laras melirik Gavin, masih menggunakan siku untuk mengingatkannya agar bekerja sama, “Tadi saat di luar Gavin melihat dia menggandeng lenganmu sambil memilih pakaian, aku bilang pasti salah paham, dia malah mengatakan belum tentu, kamu lihat masalah ini......he he, kamu jelaskan saja padanya.”

Gavin merasa difitnah, juga hanya istri sendiri, dia baru tidak langsung marah dan membalikkan meja.

“Aku itu......”

“Kamu apa kamu, bukankah kamu yang mengatakan, asalkan pria pasti akan memiliki niat pada wanita, selingkuh atau tidak selingkuh hanya melihat apakah ada kesempatan itu atau tidak, hah, bukankah kamu yang mengatakannya ?”

“......” Gavin sangat kesal tapi hanya bisa minum saja, sabar, istri pilihan sendiri hanya bisa bersabar saja, siapa yang suruh malam masih harus tidur sambil memeluknya!

Rendra menatap mata Laras yang terus bertanya bahkan bisa dikatakan mendesaknya dengan pertanyaan, lalu melihat Gavin sejenak walau dia tidak menjelaskan apa-apa tapi dia sudah mengerti, dia langsung tersenyum datar, dengan jelas dan terbuka menjelaskan: “Sekarang memikirkannya lagi, dari awal ini adalah sebuah pemerasan tabrakan. Aku bertemu dengan Maira di persimpangan depan mall, saat itu dia sedang menyebrang jalan, mobilku tidak cepat, tapi tidak tahu mengapa dia terjatuh di depan mobilku.”

“Aku turun dari mobil untuk memeriksanya, dia mengatakan kalau kakinya keseleo, dan kebetulan terjatuh di genangan air kotor, celana juga kotor. Aku bilang mau antar dia ke rumah sakit, dia bilang tidak perlu, tapi perlu ganti celana, maka aku hanya bisa membayar dia satu setel pakaian. Kemudian aku berpikir ada sesuatu yang salah, perilakunya membuat aku merasa sangat tidak nyaman, selajutnya, seperti apa yang sudah kalian lihat.”

“Mengenai perilakunya, aku juga tidak ingin mengkritik lebih banyak, ini bukan pertama kalinya dia melakukan hal yang di luar batas seperti ini, dulu dia juga sering mengirimkan pesan wechat yang aneh padaku, aku sudah memperingatkannya untuk tidak melewati batas, tapi sepertinya tidak berguna.”

Berbicara sampai di sini, Rendra penuh rasa khawatir dan menghela nafas, “Sebenarnya Manda sangat peduli dengan Maira, jika dirinya tahu kalau kakaknya sendiri memiliki niat seperti ini, dalam hati pasti sangat sedih. Apalagi Manda......”

Ketika Rendra mengungkit Manda dia menunjukkan keadaan yang sangat cemas, dan terdiam tidak bicara lagi, ini membuat Laras semakin khawatir, “Dia kenapa?”

“Apakah kalian sudah lama tidak bertemu?” Rendra bertanya.

Laras berpikir-pikir, lalu mengangguk, “Beberapa waktu lalu aku agak sibuk, terkadang kalau ada waktu luang telpon mengajaknya bertemu, kebetulan dia juga sibuk, kami memang sudah lama tidak bertemu, tapi selalu saling menghubungi lewat wechat.”

Rendra menggeleng kepala, “Tulisan kurang bisa menyampaikan perasaan, mungkin terlalu lama berada di rumah, aku menemukan dia berubah menjadi sangat sensitif dan mudah marah, sekarang Wulan berada dalam masa suka melawan tahap pertamanya, mulai memiliki ide dan sesuatu yang disukainya sendiri, aku tahu dia berada di rumah menjaga anak sangat lelah, setiap hari dari pagi sampai malam harus menghadapi anak, ruang lingkup kehidupannya jadi kecil, tekanan jadi besar, emosinya juga sangat mudah menjadi buruk.”

Laras: “Kamu mengatakan......Manda mengalami depresi pascapersalinan?”

Gavin memperbaiki lalu berkata: “Setelah persalinan namanya depresi pascapersalinan, Wulan hampir berusia dua tahun, sekarang Manda depresi, itu adalah penyakit, harus pergi menemui psikiater.”

Rendra: “Iya, aku bilang iya, dia malah tidak mengakuinya, berkata lebih banyak sedikit dia langsung menangis, aku juga menyemangatinya agar pergi bekerja, tapi dia mengatakan tidak tenang meninggalkan Wulan, akhir-akhir ini suasana hatinya tidak stabil, mau nangis langsung nangis, selain lebih banyak menemaninya aku tidak bisa melakukan apa-apa, terkadang aku melakukan sesuatu, lakukan atau tidak lakukan, dia akan marah, melihat aku marah, tidak bisa melihat aku juga marah......jadi masalah Maira sekarang jangan sampai membiarkannya tahu.”

“Iya iya iya, itu saja tidak cukup, depresi bisa besar bisa kecil, dalam waktu dekat ini aku juga tidak terlalu sibuk, begini saja, besok aku pergi melihatnya, bawa dia keluar jalan-jalan dan berbelanja.”

“Baguslah kalau begitu.”

Laras berpikir, masih sedikit khawatir dengan Maira, “Sebenarnya hari ini aku pergi ke rumahnya, dia tidak ada di rumah, aku bertemu bibi, aku juga berakting pada bibi untuk menyelidikinya.”

“?” Rendra dan Gavin memiliki pandangan kebingungan yang sama.

“Aih, ini bukan intinya, intinya adalah, aku dengar Maira dan paman akhir-akhir ini ingin bangkit kembali, Maira dalam lingkaran sosial kelas atas menjalin hubungan dengan berbagai macam orang kaya, cara bertindaknya juga tidak pantas, awalnya aku ingin pergi untuk mengkonfirmasi sebentar, tapi dia tidak ada di rumah, hanya bertemu dengan bibiku.”

“Konfirmasi dengan bibi, memang benar mereka ingin bangkit lagi, perusahaan sudah dalam tahap pemilihan lokasi. Jika kabar Maira dengan para orang kaya itu benar, maka, kelak jika dia mengganggumu lagi, kamu tidak perlu segan-segan, apa itu kaki keseleo, apa itu ganti rugi pakaian, semua itu hanya tekniknya saja.”

Rendra mengangguk, “Aku mengerti, jujur saja aku tidak peduli bagaimana Maira, aku hanya khawatir dengan suasana hati Manda.”

Gavin sangat paham dengan perasaan kakak pertamanya saat ini, dia dengan tenang mengatakan: “Tapi baik buruknya keluarga Atmaja akan langsung mempengaruhi suasana hati Manda, jadi bagaimanapun, itu tetap berhubungan dengan depresi, harus diobati.”

Rendra menghela nafas, “Selama bertahun-tahun, dalam hati Manda selalu merasa bersalah pada kakaknya, ditambah terus bosan berada di rumah menjaga anak, akhirnya jadi depresi.”

Gavin: “Apakah perlu aku membuat janji dengan Anis Tata? Manda menolak untuk melakukan pengobatan dan tidak bersedia pergi ke rumah sakit, kalau begitu tidak perlu pergi ke rumah sakit, semuanya keluar dan berkumpul bersama, suruh Anis Tata lihat kondisinya.”

Rendra: “Tentu saja itu sangat bagus sekali.”

Laras: “Kalau begitu akhir pekan saja, akhir pekan ini, kita bentuk sebuah hari pertemuan keluarga, bawa anak-anak, pergi ke sumber air panas di pingiran kota, bagaimana?”

Gavin: “Apakah perlu menginap semalam di luar?”

Laras: “Aku tidak masalah, kakak pertama bagaimana?”

Rendra: “Asalkan Manda setuju, aku juga tidak masalah......hanya saja, sekarang aku ingin membawanya pergi belanja saja, dia akan menggunakan berbagai macam alasan untuk menolaknya, dia takut bepergian.”

Laras berjanji dengan tulus berkata: “Besok, serahkan padaku, aku yang membujuknya.”

Rendra mengangkat gelas sake dan bersulang padanya, “Baik, terima kasih.”

Laras tersenyum, bersikap lugas mengatakan: “Sama-sama, ayo bersulang!”

Sake baru saja mau masuk ke mulut, Gavin dengan cepat menghentikannya, dia langsung merebut gelas sakenya, “Aku yang minum, kamu jangan minum terlalu banyak.”

Laras mengerucutkan bibir, sangat tidak senang, “Kenapa, apa aku tidak bisa minum tiga gelas sepuas hatiku?”

Gavin sambil tersenyum penuh canda berkata: “Pendekar wanita ingin minum, kita minum di rumah saja, jamin kamu bisa minum sampai puas, kalau lagi berada di luar sudahlah, bisa merusak citramu, setidaknya kamu juga orang terkenal.”

Laras tahu, orang ini ingin mendapatkan keuntungan tak terduga, huh, tidak akan semudah itu menenangkan kemarahannya, dia adalah seorang wanita yang berpikiran sempit.

“Orang terkenal?” Dia tidak bisa menahan diri untuk membantahnya, “Apakah aku se terkenal kamu pemimpin Pradipta? Kamu satu kata menyuruhku pergi ke Barat, walaupun aku sudah sampai di Timur juga harus bergegas kembali lagi.”

“......Hehehehe, aku mana berani memerintahkanmu, di rumah kedudukanmu lebih tinggi dariku? kedudukanmu sungguh luar biasa.”

“Cukup, jangan meninggikanku, aku bertemu orang saja kamu curiga sana curiga sini, aku pergi ke pusat kota saja kamu masih diam-diam mengikutiku, ini yang namanya kedudukan luar biasa dalam keluarga?”

Gavin berusaha memberinya isyarat mata, apakah bisa memberinya sedikit harga diri!

Rendra menundukkan kepala dan tersenyum, menepuk bahu Gavin sambil berkata: “Haish, setiap keluarga memiliki kesulitan sendiri dan masalah yang berbeda, hahahahaha.”

....…

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu