Cinta Pada Istri Urakan - Bab 66 Tidak Bisa Mengingat Wajah Ibu Lagi (1)

Hari itu, dari langit yang kelabu terdengar suara hujan turun.

Ternyata hujan ini sudah turun semalaman, saat Laras bangun di pagi hari, dia membuka matanya dalam keadaan masih mengantuk, dia mengucek matanya dan melihat keluar jendela, "Oh, ternyata hujan."

Jalanan terlihat basah dan licin.

Saat mendengar suaranya, Gavin yang baru saja berniat untuk keluar kamar menoleh dan bertanya : "Kenapa hari ini bangun begitu pagi?"

Laras menyibakkan selimutnya, lalu langsung melompat turun dari ranjang tanpa mempedulikan sandalnya, setelah itu dia berlari ke samping jendela dengan bertelanjang kaki, "Wuaaa, sepertinya hujan sudah turun semalaman."

Dia merasa gembira, tetapi juga merasa sedikit sedih, dia menyender di dekat jendela dan menatap keluar sambil melamun, dia ingat waktu ibunya pergi meninggalkannya, hari itu juga hujan turun semalaman, hari itu terasa sangat dingin dan langit juga terlihat kelabu, setelah ibunya pergi, setiap kali dia melihat hujan, dia akan teringat kepada ibunya.

Hanya saja, dia sudah tidak bisa mengingat wajah ibunya lagi.

Waktu itu dia masih berumur 5 tahun.

Ibunya sudah meninggalkan dirinya selama 15 tahun.

Melihatnya seperti itu, Gavin segera kembali lalu langsung menggendongnya kembali ke dalam selimut tanpa mengatakan apapun lagi, "Hati-hati kamu bisa masuk angin," tangannya yang besar memegang telapak kaki Laras lalu menegurnya dengan sayang, "Lihat kan, kakimu sampai dingin seperti itu, kenapa turun dari ranjang dengan bertelanjang kaki seperti itu, kamu benar-benar sembarangan."

Setelah mereka berdua sudah mempunyai hubungan yang lebih intim, Gavin semakin "mengaturnya", dari atas kepala hingga kaki, dari dalam ke luar, semuanya mau diatur olehnya.

Saat Laras melihat penampilannya yang terlihat sangat tampan dalam seragam militernya, dia langsung tidak bisa menahan dirinya untuk menjahilinya, "Suamiku, temani aku tidur sebentar."

"Dasar siluman rubah kecil penggoda, aku tidak akan tergoda olehmu."

Perkataan ini membuat Laras tidak senang, dia menyangkalnya : "Sebenarnya siapa yang siluman rubah di antara kita berdua? Kamu tuh yang bisa dibilang rubah tua berpengalaman, masih berani mengataiku? Siapa yang setiap hari meminta untuk mencoba gaya baru, siapa yang setiap malam berkata tidak bisa tidur jika belum meniduriku?"

Mulut kecilnya yang pintar berbicara itu semakin lama semakin kurang ajar, Gavin tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya bisa tertawa dengan kesal, setelah itu dia membuka mulutnya dan menggigit pipinya.

"Kamu gigit beneran?" Laras berteriak kencang, "Kalau mau gigit, jangan gigit wajahku, ini adalah sumber penghasilanku, kamu tidak boleh menghancurkan sumber penghasilanku."

Gavin menyerah, dia menguburkan wajahnya di leher Laras lalu menghela napas berat, "Kamu itu...."

"Aku kenapa? Aku sangat imut dan cantik, aku juga masih muda, tidak ada tandingannya."

Meskipun dia tidak dapat membalas setiap perkataan yang diucapkan oleh Laras, tetapi dia tidak pernah membayangkan kalau dia akan merasa sangat bahagia seperti ini, kebahagiaan yang berasal dari hati, begitu bahagianya sampai-sampai dia tidak ingin menutupi tawanya, begitu bahagianya sampai-sampai dia ingin terus menerus memeluknya.

Meskipun begitu, Gavin adalah orang yang sangat rasional.

Dia bangkit berdiri lalu merapikan seragam militernya, kemudian berkata dengan serius : "Aku harus pergi, kamu tidur lagi saja, hari ini hujan, nanti kamu minta supir untuk mengantarmu ke kampus."

"Hari ini aku ingin pergi menjenguk Yana." Laras tiba-tiba berkata.

Gavin terdiam selama tiga detik, lalu berkata : "Sebaiknya kamu pergi bersama dengan teman-teman yang lain, aku khawatir keluarganya masih menyalahkanmu."

"Baiklah, aku akan mengajak Manda untuk pergi bersamaku."

"Jika ada masalah, kamu bisa hubungi aku kapanpun juga."

"Emm."

Di depan rumah sakit siloam, banyak sekali mobil yang sedang mengantri, orang-orang datang dan pergi, setelah Laras menunggu cukup lama, barulah Manda datang dengan santainya, selain Manda, ketua kelas dari kelas mereka juga ikut datang.

"Hari ini turun hujan, jadi semakin macet, kamu sudah menunggu cukup lama yah?"

"Lumayan lama, ayo kita naik, aku sudah tahu Yana berada di kamar nomor berapa."

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu