Cinta Pada Istri Urakan - Bab 524 Bertemu Teman Lama

Laras mendapatkan perawatan yng sangat baik di Mansion, setiap hari juga keluar rumah pada saat mengantar anak ke sekolah dan menjemput anak pulang sekolah, dan juga ada supir pribadi, lebih menyenangkan daripada dulu.

Sebenarnya dia bisa tidak keluar mengantar-jemput anak, tapi setiap hari di rumah sangat bosan, anggap saja keluar cari angin.

"Apa kamu keluar?" Gavin meneleponnya, "Hari ini makan bersama di luar saja."

Laras memikirkan Bobi saja sudah sedih, dipikir-pikir Gavin pasti lebih sedih darinya, oleh karena itu, tanpa berpikir banyak dia langsung menyetujuinya, "Baik."

"Bawa anak-anak, setelah selesai makan aku akan mengantarkan kalian pulang, kue liat berwarna sudah dibuat?"

"Koki hanya bisa membuat kue yang sebenarnya, mana bisa membentuk kue lilin, kalau hasilnya tidak bagus nanti dikritik Nana lagi, dia mau kamu yang membuatkan untuknya."

***(kue lilin = kue mainan memakai malam - sejenis tanah liat)***

"Hahaha, baik, kalau begitu nanti selesai makan aku temani mereka buat, kita janji di tempat biasa saja, aku disini sedikit macet, kalian pergi dulu."

"Baik."

Setelah Laras menjemput anak-anak, langsung pergi ke restoran keluarga yang biasa mereka datangi.

Begitu anak-anak masuk langsung berlari ke area bermain, Laras duduk sambil menunggu, masih bisa melihat anak-anak.

Menunggu tidak begitu lama, Gavin pun datang, tapi juga ada seorang teman lama, Laras melihatnya, senyuman di wajahnya berubah kaku.

Gavin sendiri mendapatkan pandangan membunuh Laras, langsung menjelaskan, "Kami mengantarkan Darius ke bandara, jadi datang bersama-sama."

Jenny juga membantu menjelaskan: "Aku yang bilang ingin menemuimu, kamu jangan menyalahkan dia."

Menghadapi mantan saingan cinta, Laras mana mungkin akan menampilkan kemarahannya, tentu saja bisa sedermawan apa harus sedermawan itu juga, bisa sesopan apa harus sesopan itu, "Mana mungkin, aku bukan orang yang curigaan, mari, duduklah......sekarang apa harus memanggilmu polisi Wijaya?"

Jenny tersenyum, "Boleh juga."

Laras berbalik memanggil anak-anak, kedua anak berlari kemari dengan bercucuran keringat.

"Paman Dita, kamu sudah beberapa hari tidak datang melihatku." Langsung ucap Nana.

"Bukankah hari ini sudah datang menemanimu, nanti selesai makan paman bawa kalian pergi buat kue liat berwarna."

"Baik, sudah ada teman yang membawa kuenya ke TK, cantik sekali, kita harus membuat kue yang lebih cantik."

"Tentu saja."

Gavin membawa mereka ke depan meja, memperkenalkan: "Namanya Bobi, namanya Nana......Ini adalah tante Jenny."

"Halo tante Jenny." Panggil Nana dan Bobi bersamaan.

Jenny memegang wajah kecil Nana, dengan kagum mengatakan: "Halo Nana, kamu lucu sekali," Lalu pandangannya berpindah pada Bobi, "Halo Bobi, kamu sangat mirip......."

Dia tanpa sadar langsung melihat Gavin, anak ini jelas-jelas versi Gavin semasa kecil, tapi mengapa mereka memanggilnya paman, apa kedua anak ini bukan anak Gavin?

Lalu dia terpikir tadi Gavin bilang kalau Laras masih belum memaafkannya, dia tidak tahan ingin tertawa.

"Tante Jenny, aku mirip siapa?" Anak-anak selalu suka menanyakan pertanyaan sejelas-jelasnya, Bobi yang pendiam juga sama.

"Kamu sangat mirip dengan waktu paman Dita masih kecil." Ucap Jenny langsung.

Bobi melihat paman Dita, wajahnya senang, paman Dita tampan sekali, dia tau kalau ini sedang memujinya.

Jenny berkata lagi: "Laras, aku bukan bermaksud mengganggu kalian sekeluarga berkumpul, aku hanya ingin mencari kesempatan mengobrol denganmu."

Dalam sekejap Laras menjadi canggung, membenarkan: "Siapa yang sekeluarga dengan dia, tidak ada hal semacam itu."

Wajah Gavin juga canggung, ditolak langsung di depan orang lain, aku tidak mau harga diri lagi ya?

"Apa aku boleh berbicara berdua dengan Laras?" Dia melihat ke arah Gavin.

Gavin langsung mengangguk, "Nana, Bobi, ayo pergi dengan paman, kita kesana lihat ada makanan enak apa."

Oleh karena itu, Gavin menggandeng tangan anak satu kiri satu kanan dan pergi.

Jenny melihat punggung mereka, dengan iri menyayangkan: "Kalau anak kami tidak gugur, mungkin juga sudah sebesar mereka."

"......" Laras menatapnya dengan heran, "Apa......apa maksudmu?"

"Kamu jangan panik, anakku dengan Darius, tidak ada hubungannya dengan Gavin."

"......Oh, aku, aku tidak panik kok."

Pelayan mengantarkan air, lalu Jenny berterimakasih, mengambil air dan meminumnya, "Di lingkungan seperti itu tidak mengizinkan anak kami lahir dengan lancar, jadi aku hanya bisa menahan sakit untuk menggugurkannya, setelahnya terus menghindari hamil, sekarang umurku juga sudah tua, umur Darius juga lebih tua dariku, juga tidak tau nantinya ada kesempatan menjadi orangtua atau tidak."

Laras benar-benar tidak kepikiran, Jenny yang dulunya begitu menyukai Gavin sampai kehilangan akal sehat, sekarang bisa begitu jujur mengatakan rahasia ini di hadapannya.

Perubahan Jenny membuat Laras terkejut.

"Beberapa tahun yang lalu, kami tidak bisa pulang kemana-mana, berkeliaran di luar, beberapa kali aku sudah tidak bisa tahan lagi, mereka bertiga pria dewasa yang terus menyemangatiku. Mereka demi kepercayaannya dan beban yang mereka pikul, sungguh mengesampingkan nyawa mereka."

"Kamu tidak tau, hari-hari yang tidak tau entah masih ada esok semacam itu, aku setiap pagi membuka mata, asal Darius tidak di sebelahku, aku langsung takut dia sudah mati, sungguh, sekarang di pikirkan kembali aku merasa sangat takut."

"Darius pernah memberitahuku, tidak ada orang yang bisa menemanimu selamanya, di dalam hidup, pasti ada suatu saat kamu harus berjalan sendiri, hari-hari ditemani begitu singkat, jadi kita tidak punya alasan untuk tidak menghargai kebersamaan setiap harinya."

"Aku dan Darius sangat beruntung masih hidup di dunia ini, aku berpikir, selain kematian, tidak ada yang bisa memisahkan kami."

Jenny berkata beruntun, walaupun wajah Laras tampak tenang, tapi hatinya sangat terkejut, Jenny yang dia kenal, bukan seperti yang ada di depan matanya ini.

Jenny berkata lagi: "Laras, aku dengan tulus meminta maaf padamu, aku sungguh meminta maaf dengan tulus atas semua kebodohanku, dan juga luka yang telah aku buat padamu, maaf."

"Tidak......tidak apa-apa, semuanya sudah berlalu......" Laras merasa tersanjung.

"Bobi baru saja pergi tidak lama, Darius juga masih mempunyai gugatan, belum ditetapkan, tunggu kasusnya selesai, kami akan menikah. Mungkin saja papa mamaku akan keberatan, tapi tidak apa-apa, pendapat orang sekitar tidak akan menggoyahkan keinginanku untuk menikahinya, aku pikir orang tua dan kakakku akan mengerti."

Laras mengangguk, "Kalau begitu......selamat."

Jenny memutar kepalanya melihat Gavin dan anak-anak, "Kamu lihat, kalian sekeluarga begitu bahagia, kamu tidak berencana membiarkan Nana dan Bobi mengetahui tentang papanya?"

"Aku......"

"Beberapa tahun itu, Gavin juga sangat menderita, beberapa kali demi lebih cepat pulang menjumpaimu, terjerumus kedalam bahaya, dia terlalu gegabah, hampir saja membocorkan dirinya, hampir saja mengantarkan nyawanya. Itu bukan main-main, begitu salah langkah, semuanya akan kalah."

"Mereka adalah pria yang dilahirkan untuk mengerjakan hal besar, kita bisa jatuh cinta pada mereka, bukankah juga karena kelembutan yang ada di balik ketangguhan mereka? Memilih pria yang seperti apa, berarti juga memilih kehidupan yang seperti apa, hidup terlalu singkat, menurutku menikmati apa yang ada lebih penting, bagaimana menurutmu?"

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu