Cinta Pada Istri Urakan - Bab 131 Aku Ini Suamimu

Setelah muntah, perutnya juga jadi lega, tapi masih tetap lapar, Gavin menyedok setengah mangkuk bubur, sesendok demi sesendok menyuapi dia makan, dia jadi seperti cacing beras yang sekali orang menjulurkan tangan langsung saja membuka mulut untuk makan.

Sore hari, Gavin membawa Laras pergi ke supermarket, pria itu terus menggandeng tanganya, terus di sampingnya.

Gavin adalah orang yang membawa sinar di sekelilingnya, berjalan sampai mana saja bisa menarik sorotan mata banyak orang, Laras berjalan dengan dia, merasakan sinar iri mengelilinginya yang berasal dari semua penjuru.

“Gavin, telapak tanganku berkeringat, apa bisa tidak gandengan?”

“Panggil aku apa?”

“Nama, apa namamu bukan Gavin?”

“Aku kira kamu seharusnya memanggilku dengan nama yang lebih formal lagi.”

“Pak ketua? Tuan muda? Bos?”

Gavin tahu dia itu sengaja, telapak tangan besar merangkul pinggang belakang wanita itu menariknya ke dalam pelukkan, lalu dibatasi dengan dua masker menciumnya dengan paksa.

“Jangan bercanda lagi ok, di muka umum seperti ini, banyak sekali orang yang melihat….. baik, aku menyerah, suamiku…”

Gavin mengangguk puas, dan dengan serius berkata: “Seterusnya panggil aku seperti ini, ingat ya.”

Setengah lebih wajah Laras tertutup oleh masker, hanya terlihat sepasang mata besar seperti buah anggur, sekali bola mata bergerak, bulu mata bersinar, “Ga…. Ah!”

Baru saja membuka mulut, Gavin dibatasi dengan masker mengigitnya, dibatasi dengan dua lapis masker, dia masih juga bisa mengigit, terlalu keji sekali.

“Di kemudian hari kalau salah memanggil harus dihukum, pertama kali salah hukuman kecil saja, kalau sudah diajari masih tidak diperbaiki maka harus dihukum berat.”

“Apa hukuman beratnya?”

“Kamu boleh mencoba.”

“…..” Dulu sudah tahu kalau Gavin sangat zalim, juga sudah pernah merasakan kezalimannya, tapi sekarang ini, dia kenapa bisa merasa kezaliman Gavin membuat orang suka dan makin cinta?

Kemana pria tampan yang dingin yang dulu? Kemana raja pasukan yang keren dan tampan sekali itu?

“Tangan keringatan ya?” Gavin melepaskan tangannya, berjalan ke sisi satunya lagi, menjulurkan tangan satunya lagi, alis mata terangkat, memberi kode ke wanita itu untuk datang ke sana sendiri.

Hati gadis kecil Laras, langsung melompat, pria kasar dan tua yang kaku dan serius ini, sejak kapan berubah jadi bisa menggoda seperti ini?

“Kenapa lamban sekali? Ayo buruan.”

Laras merapatkan bibir, untuk mencegah dirinya tak tahan untuk tertawa terlalu ceria, dia dengan cepat menjulurkan keluar satu tangannya lagi dan bergenggaman dengan erat bersamanya, masih sama bergenggaman dengan sepuluh jari bersilangan seperti itu.

Saat dia tidak ada di sampingnya, dia cemburu, termangu, sakit hati, tidak ingin kembali ke kediaman Gavin, setiap hari dijalani seperti orang berpatah hati saja.

Dia kira setelah pria itu pulang mereka pasti bisa bertengkar besar, yang pasti dia tidak bisa memaafkan penyelewengan pria itu dalam bentuk apapun, walau hanya bersandiwara saja juga tidak boleh.

Dia sampai, pernah memikirkan setelah mereka bercerai dia mau bagaimana.

Tapi sekarang, dia sudah kembali, juga sudah mengambil cuti panjang, menemaninya setiap hari, selalu menjaganya, dia sama sekali tidak ada kesempatan untuk berpikir sembarangan.

Satu tangan Gavin menggandengnya, satu tangan mendorong kereta belanjaan, berjalan sambil meletakkan barang ke kereta belanjaan.

“Beli beberapa bumbu hotpot, aku ingin makan hotpot.”

“Kurangi makan makanan yang bisa buat panas dalam.” Gavin menambah kecepatan, langsung melewati daftar bumbu hotpot.

Terakhir, mereka membeli dua kantong besar penuh barang, pulang dengan memborong banyak barang.

Menjelang petang, sampai di rumah, sekali masuk dalam, Laras langsung kelihatan matahari yang terbenam berwarna merah yang tergantung di ujung gunung itu, “Wah, indahnya.”

Dia menarik masker ke bawah dan berlari ke teras, seperti yang dibilang daun merah di Gunung Sindur sangat indah sekali, tapi dia merasa, matahari terbenam di Gunung Sindur, kecantikannya tidak kalah dari kecantikan daun merah.

Hari yang cerah, langit yang sangat bersih dan transparan tak berawan, di seberang matahari terbenam, di langit muncul pancaran cahaya yang perlahan berubah dari warna unggu sampai biru, seperti di dalam mimpi saja.

Dengan kecepata yang bisa diamati matahari terbenam bergerak ke Barat, sedikit demi sedikit bersembunyi masuk ke dalam gunung.

Kehangatan di dalam rumah sangat cukup, Gavin melepaskan jaket dan masker, membawa barang ke dapur, baru keluar.

“Cepat ke sini lihat, cepat, matahari sudah mau terbenam.”

Gavin melihat ke Laras yang melambaikan tangan ke dirinya sendiri, pancaran cahaya berwarna kuning keemasan menyinari wajah wanita itu, kulit halus dan lembut, alis melengkung seperti bulan, bibir merah dan gigi putih, di mata yang bersinar jernih seakan tersimpan serpihan bintang-bintang.

Betapa cantiknya matahari terbenam, juga tidak melebihi kecantikannya.

Gavin berjalan ke sana dengan cepat, menepuk pundak wanita itu, merangkul kepala belakangnya, menunduk dan mencium, bibir dan gigi saling bersandar.

Matahari yang terbenam menutupi adengan terakhir yang menarik, hanya tersisa sedikit awan malam yang berwarna merah oranye di sisi barat puncak gunung itu.

Warna langit segera menggelap, di langit malam yang berwarna biru keungguan sulit terlihat kerlipan bintang, juga merupakan khyalan lain lagi.

Setelah ciuman yang dalam, lembut dan lama, Gavin perlahan melepaskan wanita itu, ciuman yang tak rela untuk melepaskan kembali mendarat di dahi wanita itu, dia tetap percaya, anak gadis yang begitu cantik dan baik ini, pasti bisa mendapat perlindungan dari Tuhan, tidak ada musibah dan masalah.

Laras awalnya masih agak penat, Apa boleh menyia-nyiakan pemandangan saat-saat terakhir matahari terbenam? Tapi, setelah dia melihat sepasang mata pria itu yang penuh rahasia dan bimbang, keluhan tidak dapat dikatakan keluar lagi, diganti menjadi rasa penasaran yang mendalam.

“Ada apa denganmu? Ada pikiran?” Laras mendongat melihat sepasang mata pria itu, menggoda, “Kenapa seperti mau kehilangan aku saja? Benar cinta sekali sama aku ya?”

Siapa sangka, Gavin tidak hanya tidak mengomelinya, masih dengan tenang sekali berkata: “Iya, memang sangat mencintaimu, bagaimana mencintaimu tetap merasa tidak cukup.”

“Wow, ternyata daya tarikku begitu besar ya, pantas saja bisa ada kakak kelas yang menyatakan cinta, kelihatannya aku sudah seharusnya menilai ulang diriku sendiri, llihat apa bisa jadi artis ternama.”

Suasana yang bagus ini saat itu langsung saja mendingin, “Kamu bilang apa?” ekspresi wajah Gavin agak kaku.

“Apa bisa jadi artis ternama?”

“Kalimat sebelumnya.”

“….” Aduh, gawat, keceplosan, ternyata benar tidak boleh ceroboh, ini akibat rasa puas diri sampai lupa diri.

“Di sekolah ada orang yang menyatakan cinta ke kamu? Kapan itu? Siapa?”

3 pertanyaan berentet cukup untuk menyatakan kemarahan dan kecemburuan Gavin, Laras segera meluruskan, berkata: “Hari waktu aku diculik, seorang pria jelek ke tempatku dan menyatakan cinta padaku, aku bilang aku ada pacar dan lebih tampan darimu seribu kali lipat.”

“Sungguh?”

“Aku mana berani berbohong, aku juga bilang aku sangat mencintai pacarku, memintanya untuk menyerah.”

Alis Gavin yang berkerut erat agak melega, tapi masih agak sedikit tidak senang berkata: “Pacar…. aku ini suamimu.”

Laras menjinjit, sepasang tangan mengait ke lehernya, tak tahan untuk tertawa, “Iya, suami yang suka cemburuan, aku jamin tidak akan sembarangan di sekolah, menaati peraturan, tunggu tamat nanti aku akan mengumumkan statusmu, gimana?”

Gavin masih saja berwajah kaku.

“Kalau sekarang diumumkan, statusmu terlalu tinggi dan terhormat seperti ini, apa aku masih bisa bersekolah dengan tenang? Lagian aku banyak pelajaran yang tidak lulus, mengumumkan tentang kamu, bukannya membuatmu malu saja? Aku sekarang sudah sangat giat belajar, aku mau melepaskan panggilan siswa malas, aku mau mendapatkan beasiswa, tunggu nanti aku sudah diakui atau nilai sudah agak naik, baru umumkan lagi, wajahmu juga bisa bercahaya bukan?”

Laras melihat wajah dingin pria itu, dengan centil mencibir mulut, “Lihat kamu, tadi kamu tersenyum seperti itu sangat tampan, sekarang berwajah kaku seperti ini sedikit saja tidak imut, betapa besar daya tarik istrimu, aku juga tidak bisa menghentikan orang untuk menyukaiku, betul tidak?”

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu