Cinta Pada Istri Urakan - Bab 102 Apakah Dia Sedang Bersama Dengan Para Penculik Itu?

Di kamar pasien, setelah selesai dilakukan pemeriksaan terhadap Laras, dia didorong kembali ke kamar pasien dan masih dalam keadaan tidak sadar.

Ada banyak orang berdiri di dalam kamar, Jordan yang pertama kali bertanya dengan panik kepada dokter : "Dokter, apakah dia tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, tidak ada masalah dengan batang otaknya, seharusnya pasien akan segera sadar kembali, tidak usah cemas."

Semua orang menghela nafas lega, terlebih Yuni.

Meskipun hasil pelatihan Yuni di pasukan khusus sangat luar biasa, namun biar bagaimanapun itu hanyalah latihan, pukulan yang diberikannya kepada Laras adalah pertempuran asli pertamanya, jika tenaga yang dikeluarkan saat memukul belakang kepala seseorang terlalu kuat, maka akan mudah menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh seseorang, bahkan menyebabkan kematian.

Selama melaksanakan tugasnya selama setengah bulan ini, Laras memperlakukannya dengan sangat baik, bagaikan kepada adik kandungnya sendiri, jika karena kesalahannya menyebabkan Laras terluka, maka meskipun dia menggunakan nyawanya sebagai jaminan, itu tetap tidak akan cukup untuk menggantinya.

Damar juga menghela nafas lega, dia menepuk-nepuk pundak adiknya, lalu menenangkannya dengan suara pelan, "Tidak apa-apa, jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri."

Manda dan Fanny juga berada disana, saat itu mereka menerima telepon dari Yuni yang mengatakan kalau Laras pingsan, membuat mereka sangat khawatir.

Saat dokter sedang memeriksa Laras, Manda baru tahu kalau ternyata Laras bukan pingsan dengan sendirinya, namun karena dibuat pingsan oleh Yuni, hanya saja saat itu dia sibuk dengan keadaan Laras, jadi dia tidak banyak bertanya.

Sekarang dia harus bertanya dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.

"Yuni, apa yang terjadi, bukankah kamu menyebut dirimu adalah pengawal Laras, kenapa kamu bukannya melindunginya dengan baik malah memukulnya sampai pingsan?"

Yuni menunduk, dia bahkan sulit untuk menjelaskan hal ini kepada Laras, apalagi kepada Manda dan yang lainnya.

Jordan maju dan bertanya : "Kalian berdua pasti adalah teman nyonya pradipta bukan?"

Manda : "Aku adalah kakak sepupunya."

Fanny menatap Jordan dengan sedikit malu-malu, namun karena dia terlalu gemuk, dia dengan rendah diri bersembunyi di belakang Manda, "Aku, aku adalah teman seasramanya, teman baiknya, namaku Fanny." apakah dia itu adalah kakak tentara yang dibilang oleh tuan muda Laras yang ingin dikenalkan kepadanya? Tampan sekali, tampan sekali.

Jordan menjelaskan dengan serius : "Nona Manda, nona Fanny, berkenaan dengan tindakan yang dilakukan oleh saudari Yuni kali ini, tim kami masih harus mendiskusikan dan mengadakan pemeriksaan lebih lanjut lagi, setelah itu kami pasti akan memberikan penjelasan yang memuaskan kepada kalian. Sekarang sudah malam, biarkan nyonya pradipta beristirahat dengan baik, kami akan menjaganya dengan baik."

Manda mengibaskan tangannya dan berkata dengan marah : "Tidak usah sok berbicara dengan nada birokratis terhadapku, aku tidak tenang menyerahkan adikku kepadanya lagi."

Jordan mengangguk : "Tentu saja, maksudku adalah nyonya pradipta akan dirawat oleh pembantu di kediaman pradipta."

Manda menatap Laras yang terlihat bagaikan tidak memiliki kehidupan sama sekali berbaring di atas ranjang, dulu Laras dipukul sampai wajahnya bengkak dan lebam-lebampun dia tidak pernah dipukul sampai pingsan, sedangkan Yuni memukul sebentar saja langsung membuatnya pingsan, semakin dipikirkan semakin membuatnya marah, "Aku tidak tenang, aku harus berada di sini untuk menunggunya sadar kembali."

Fanny juga bersikeras, "Iya, setidaknya kami harus melihatnya sadar kembali." Wow, lumayan jika bisa lihat pria tampan lebih lama lagi.

Jordan tidak ada alasan untuk mengatakan tidak, dia menoleh dan menatap Yuni yang terdiam ketakutan lalu memerintahkannya : "Kalau begitu kamu kembali dengan kami ke markas."

"Tapi....."

"Damar, kamu tinggal di sini, saat kakak ipar sudah sadar, kamu jelaskan kepadanya, kamu tahu harus bagaimana menjelaskannya bukan?"

Damar memberikan hormat ala tentara dan melaksanakan perintahnya, "Baik, aku tahu."

Jordan masih harus bergegas kembali ke markas untuk menunggu informasi dari Gavin, jadi dia membawa Yuni dan bergegas pergi dari sana.

Di dalam kamar pasien masih ada beberapa orang, selain Yuni, Manda dan Fanny, masih ada kepala pelayan Dewa, Pandu dan juga Lira, tuan muda tidak berada di rumah, nyonya muda malah terluka, mereka juga tidak dapat lepas dari tanggung jawab.

Begitu Jordan pergi, Fanny untuk sementara tidak berada dalam kondisi terpesona lagi, dia mendekat ke samping Manda dan berbisik kepadanya : "Aku tidak menyangka kalau tuan muda Laras menikah dengan orang yang begitu hebat."

"Suaminya memang hebat, namun ada masalah dengan matanya."

"Hah?"

"Jika tidak bagaimana mungkin dia bisa menyukai Laras?"

"Ini....." Bolehkah saudara sendiri mengatainya seperti itu?

Sekitar jam 10, Laras akhirnya sadar, begitu bangun dia langsung mengatakan sakit, "Awww, sakit sekali...." dia mengulurkan tangan dan menyentuh belakang kepalanya, ada sebuah benjolan sebesar telur, dia tidak bisa menyentuhnya.

"Dia sudah sadar, sudah sadar."

Semua orang mengelilinginya, Manda menunjukkan sebuah angka dengan jarinya lalu menggoyangkannya di depan Laras, "Apakah kamu bisa melihatnya? Ini berapa?"

"Manda, meskipun kamu bodoh, aku juga tidak akan ikut-ikutan bodoh sepertimu."

"Hah, sudah bisa memaki orang, kalau begitu kamu sudah tidak apa-apa."

Fanny mendekat ke samping Laras lalu menggodanya : "Tuan muda Laras, jangan bilang kalau kamu berduel satu lawan satu dengan adik Yuni, lalu kamu salah perhitungan sehingga membuatnya mempunyai kesempatan untuk memukulmu."

Laras memutar bola matanya, namun hanya dengan satu pukulan sudah membuatnya KO seperti itu, benar-benar sangat memalukan.

Setelah dia sadar, pikiran dan ingatannya juga sudah kembali, dia menyapu sekilas orang-orang yang ada di dalam kamar, dia tidak melihat Yuni, namun malah ada Damar di sini.

Damar adalah pengawal pribadi Gavin, seharusnya dia ikut dengan Gavin, kecuali tugas Gavin sangat spesial, sehingga hanya bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri.

Dia teringat kembali yang tadi, dia tidak merasa kalau Yuni bisa sebegitu tidak masuk akalnya sampai membuatnya pingsan, kecuali dia mempunyai alasan yang sangat penting, kalau begitu apa alasannya itu?

Laras adalah orang yang pintar, begitu beberapa pertanyaan itu bertabrakan di dalam benaknya, maka dia kira-kira sudah memiliki gambaran, apakah Yuni membuatnya pingsan karena itu ada hubungannya dengan Gavin?

"Pandu, kamu antar Fanny pulang terlebih dahulu baru kembali ke rumah, besok pagi-pagi sekali baru datang lagi kemari untuk menjemputku."

"Paman Dewa, paman ikut pergi dengan Pandu saja, biarkan Lira saja yang tinggal di sini."

"Manda, kamu hati-hati saat mengendarai mobil, kabari aku setelah sampai di rumah."

"Lira, kamu pergi ke luar dulu."

Setelah dia mengusir semua orang, Laras menatap Damar dan langsung bertanya : "Yuni membuatku pingsan apakah ada hubungannya dengan Gavin?"

Damar benar-benar tidak bisa mengatakan apapun, untuk sesaat dia tidak tahu harus mengatakan apa.

"Melihat ekspresimu, aku rasa tebakanku benar." awalnya Laras juga tidak yakin, bagaimana bisa dua hal yang sangat berbeda bisa saling berhubungan, namun saat dia melihat ekspresi Damar, dia yakin kalau tebakannya benar.

"Gavin dimana? Dia sudah kembali?" Laras bertanya.

Damar hanya bisa menggeleng, "Jenderal masih ada tugas, masih belum tahu kapan bisa kembali."

Laras bertanya : "Yuni sudah memberitahumu soal situasi saat itu bukan?"

"Iya."

"Aku bertemu dengan orang yang menculikku waktu itu, buronan itu sudah melarikan diri dari penjara, apakah pihak kepolisian tahu kalau dia sudah melarikan diri? Dia ada di Jakarta, sangat berbahaya."

"Aku hanya ingin memanggil polisi untuk menangkapnya, kenapa Yuni harus menghentikanku? Aku ingat saat itu Yuni melihat ke ponselnya, itu adalah perintah yang diberikan kepadanya dari kemiliteran bukan?"

"Perintah yang dikeluarkan oleh kemiliteran tidak memperbolehkan aku ikut campur, aku sudah menghalangi rencana kalian bukan? Benar kan? Bisakah kamu mengatakan sesuatu?"

Damar benar-benar tidak mengatakan apapun, dia tidak akan mengatakan apapun yang tidak boleh dikatakan.

"Jika kamu tidak mau mengatakan apapun, maka anggap saja semua tebakanku barusan benar, apakah Gavin sedang bersama dengan kelompok penjahat itu?"

"Baiklah, kamu tidak mau mengatakan apapun, aku tahu kalau hal-hal ini tidak boleh diberitahukan kepadaku, aku jamin kalau aku akan diam saja dan tidak akan membuat masalah, aku hanya ingin bertanya kepadamu, apakah Gavin mau menangkap kelompok berbahaya itu?"

Raut wajah Damar terlihat serba salah, ada banyak hal yang merupakan rahasia dan tidak boleh diberitahukan kepada pihak luar, namun Laras sudah bisa menebak hampir seluruh kebenarannya, hal ini sudah di luar kendalinya.

Semakin Laras menebaknya, pikirannya semakin jernih, alasan Yuni tiba-tiba membuatnya pingsan juga terasa masuk akal, dia sekarang sangat khawatir akan keadaan Gavin, meskipun Damar mengatakan kepadanya "Jenderal saat ini dalam keadaan aman", dia tetap merasa sangat khawatir.

Para penculik jahat yang kejam itu, semuanya adalah binatang yang tidak berperikemanusiaan, mereka bahkan tidak merasa kasihan sama sekali terhadap gadis-gadis tidak bersalah itu, apalagi terhadap orang yang ingin membawa mereka ke pengadilan.

Dia tidak bisa membayangkan apa akibatnya jika identitas Gavin sampai terbongkar.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu