Cinta Pada Istri Urakan - Bab 917 Ayah Dan Anak Saling Mengenali Satu Sama Lain

“Anak muda, namamu siapa?” Pria bertanya dengan semangat.

“Namaku Jerome, setelah berumur enam tahun.”

Pria tidak terlalu mengerti mendengarnya, dia hanya tahu harus menahan pemuda ini, dia langsung memegang pergelangan tangan Jerome, bertanya: “Lalu sebelum kamu berusia enam tahun?”

Jerome menggeleng kepala, “Aku sudah tidak ingat lagi.”

Pria memegang erat tangan Jerome, memperhatikan dia secara cermat dari atas sampai bawah.

Dia memperkenalkan diri berkata: “Margaku Ayubi nama Musa, Musa Ayubi, apakah kamu ada kesan?”

Jerome menggeleng, dia hanya samar-samar merasa agak familiar terhadap penampilan Musa, jadi baru memberanikan diri bertanya sebentar, tidak menyangka asal bertanya ternyata mendapat hasil yang mengejutkan, sungguh bertanya pada orang yang tepat.

Mungkin, ini adalah takdir.

“Lalu mamamu?”

“Tiga puluh tahun yang lalu, sudah meninggal.”

“Sudah meninggal?” Walau dari awal sudah ada persiapan dalam hati, tapi Musa tetap merasa sedih, dalam hati memegang semacam pikiran akan ada keberuntungan, dia gemetaran sambil mengulurkan tangan mengeluarkan dompet dari dalam sakunya, mengeluarkan selembar foto usang yang sudah menguning dari dalam dompet, “Ini adalah anak dan istriku, kamu……. kamu……. apakah kamu punya gambaran?”

Jerome menundukkan kepala, bagaikan mendapatkan harta karun mengambilnya dari tangan Musa, foto lama sudah menguning, warna sudah bukan warna aslinya, itu adalah foto sekeluarga terdiri tiga orang yang diambil di studio foto, papa adalah orang Indonesia berambut hitam beralis tebal dan bermata besar, mama adalah orang Amerika dan Eropa beraura terhormat dengan rambut pirang dan mata biru, anak laki-laki yang ada di tengah, bola mata dan rambut berwarna hitam, penampilan lebih mirip ke papanya.

Sebagai seorang anak blasteran, penampilan anak laki-laki sangat tampan, walau warna sudah menguning, juga masih bisa melihat mata anak laki-laki itu yang jernih dan transparan.

Hanya saja, jelas sekali anak lelaki kecil ini berusia di bawah enam tahun, kurang lebih dua atau tiga tahun.

“Apakah kamu memiliki gambaran anak muda? Anak laki-laki yang ada dalam foto, apakah kamu?” Musa terus menatapnya, “Saat mereka menghilang, putraku juga berusia enam tahun. malam Natal pada tahun itu, membawa anak pulang ke negaranya mengunjungi kerabatnya, awalnya aku juga ikut pergi, tapi karena pekerjaan benar-benar tidak bisa meluangkan waktu, jadi hanya mereka berdua yang pergi. Aku sendiri yang mengantar mereka ke bandara, tak terpikirkan, begitu mereka pergi tidak pernah kembali lagi.”

Waktu, orang, masalah, semuanya sudah cocok, Jerome hampir bisa memastikan hubungan di antara mereka.

“Lalu setelah itu kamu tidak pergi mencari?”

Musa merasa bersalah dan menghela nafas, “Aku dan mamamu kenal dan saling jatuh cinta di Inggris, mamamu sepertinya memiliki sesuatu yang sulit dikatakannya, tidak pernah memberitahuku masalah yang berkaitan dengan keluarganya, aku juga tidak pernah bertemu ayah dan ibu mertua, setelah kami menikah, dan melahirkanmu, dia baru mengatakan mau membawaku pulang ke rumahnya, tapi pada saat itu pekerjaanku benar-benar sibuk.”

“Kami berjanji, mamamu membawamu pulang ke sana dulu, setelah pekerjaanku selesai baru berkunjung ke sana, siapa yang bisa menduga, pada malam Natal itu aku sudah tidak bisa menghubunginya lagi, tiket pesawatku juga sudah dibeli, segera bergegas ke Miami, tapi, aku tidak tahu alamat rumah mamamu, sama sekali tidak tahu harus pergi kemana untuk mencarinya.”

Yang digunakan Musa adalah “mamamu”, jadi, dia juga hampir memastikan hubungan Jerome dan dirinya.

Keadaan berubah seiring berlalunya waktu, Musa sering mengingat istri dan anaknya, selama tiga puluh tahun, rasa sakit berangsur-angsur mereda, kerinduan sehari demi sehari bertambah, setiap tiba hari sembayang kubur dan Perayaan Onde (perayaan yang melambangkan keutuhan dan keharmonisan keluarga), dia pasti akan bersembayang, jika mereka sungguh sudah meninggal, maka anggap saja memperingati, jika mereka masih belum meninggal, maka anggap menambah berkah.

Jerome berpikir, keluarga besar kakek terlalu rumit, dalam hati ibu ada rasa was-was jadi tidak memberitahu ayah secara detail, masalah sampai sekarang, ibu sudah meninggal, dendam sudah terbalaskan, dia juga tidak ingin menambah kecemasan dan kebencian ayah lagi.

“Bagaimana mamamu bisa meninggal?” Suasana hati Musa, lebih bersemangat dibandingkan perkiraannya sendiri, sudah kesepian tiga puluh tahun, setelah dipastikan, tetap membuat air mata mengalir di wajah tuanya.

Jerome berpikir dan mempertimbangkannya, perlahan mengatakan: “Pada malam Natal tiga puluh tahun lalu, ada pencuri masuk rumah kakek, setelah pencuri itu ketahuan mulai pembunuhan kejam terhadap keluarga kakek, karena aku masih kecil terus bersembunyi di selimut, pencuri tidak menyadarinya aku baru terhindar dari bencana itu. Kemudian banyak polisi yang datang ke rumah, aku sangat takut, ingin lari pulang ke rumah untuk mencarimu, akhirnya karena tidak kenal jalan malah hilang.”

“Aku demam dan pingsan di jalan, setelah sadar diberitahu sudah pingsan selama setengah bulan, tidak ingat apa-apa, aku juga sudah tiba di Vietnam. Pada saat itu masih terlalu kecil, banyak masalah yang tidak aku ingat lagi, bagaimana aku tiba di Vietnam juga tidak jelas, guruku memberiku nama Jerome.”

Ketika mengatakan kata-kata ini, Jerome tidak memiliki perasaan apa-apa, sama seperti menghafalkan buku, dia tidak berniat berbohong, tapi kebencian mendalam dan hutang darah seperti itu, dia tidak ingin orang tua yang sudah paruh baya ini memikulnya di pundak.

“Kemudian pelan-pelan tumbuh dewasa, aku mulai perlahan mengingat beberapa hal, belum lama ini guruku meninggal karena sakit, aku mengandalkan sedikit ingatan mencari sampai ke sini.”

Musa berusaha keras menahan air matanya, sambil gemetaran membuka kedua tangan dan memeluk erat Jerome, “Putraku, kamu belum meninggal, sungguh bagus sekali, apakah kamu tahu betapa sulitnya aku mencarimu?”

Ini adalah sebuah perasaan yang sangat aneh, Jerome tidak bisa mengatakannya, dia hanya tahu, di saat pria di depan membuka kedua tangan untuk memeluknya dan sayup-sayup mulai terisak, hidungnya juga terasa berair.

Dia tidak pernah mudah mengalirkan air mata, tapi di saat ini, matanya mulai terasa kabur.

Suasana hati Musa penuh semangat, siapa yang bisa menduga, orang yang sudah dia cari di seluruh dunia selama tiga puluh tahun, mencari hingga dia juga menyerah, mendadak, muncul di hadapannya, ini adalah putranya, bagaimana bisa menyuruhnya untuk tidak bersemangat?

Suara Jerome agak tersedak sambil bertanya: “Aku….. siapa namaku?”

“Dirga Ayubi, namamu Dirga Ayubi, kelak kamu bukan anak yatim piatu lagi, juga tidak perlu terlantar di luar lagi, kamu pulang ke rumah bersama papa. Di rumah masih ada kakek dan nenekmu, mereka pasti akan senang sekali, pasti akan senang sekali.”

Jerome tidak menolak, alangkah bagusnya, dia sudah memiliki rumah, dia juga memiliki tempat tujuan, dia masih ada anggota keluarga, di dunia ini dia tidak kesepian seorang diri lagi, alangkah bagusnya.

Pertemuan ayah dan anak yang tak terduga ini, benar-benar sebuah keajaiban, luar biasa hingga tak terbayangkan.

Sebenarnya kali ini Musa menemani bawahannya Ferdian Ren ke sini, Ferdian Ren mendapat kabar, mengatakan kalau putrinya masuk rumah sakit, istrinya ditangkap dan masuk penjara, dia mau tidak mau harus menyempatkan diri untuk datang.

Ferdian Ren tidak kenal dengan orang dan lingkungan di sini, Musa malah karena masalah pencarian orang, sering ke sini, karena itu ada sedikit koneksi di sini, jadi menemani dia ke sini.

Saat ini, Ferdian sedang berada di dalam kamar putrinya, melihat perut putrinya yang membesar seperti itu, dia tercengang.

“Momo, kamu…… kamu…… kapan kamu menikah?”

Almora menarik selimut hingga menutupi kepalanya, dia merasa malu sekali untuk menjawab pertanyaan ini?!

Ferdian merasa sangat cemas, pada saat bersamaan dalam hati juga sangat kesal, dia dan Farah pisah rumah selama bertahun-tahun, Almora selalu ikut dengan Farah di dalam negeri, dia sungguh sedikit pun tidak paham dengan situasi putrinya.

“Bukankah kamu sedang kuliah di kota Jakarta? Bagaimana bisa datang ke Miami?”

Almora tetap tidak mau menjawab.

“Papa selalu memperhatikanmu, tahu kamu sambil kuliah sambil berkembang di dunia hiburan, tahun sebelumnya aku katakan pada mamamu bahwa ingin pulang ke dalam negeri untuk melihatmu, mamamu mengatakan pekerjaanmu sibuk, menyuruhku untuk tidak mengganggumu, kenapa akhirnya malah menjadi seperti ini? Mamamu tetap tidak bisa merubah kebiasaan buruknya yang suka berbohong, ternyata membohongiku, bahkan mengenai masalahmu juga berbohong padaku.”

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu